Anda di halaman 1dari 14

Menurut FI.

IV, Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit
atau selaput lendir.
Menurut FI. III, Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep
tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau
obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10%

Persyaratan salep menurut FI III, yaitu:


1. Pemerian tidak boleh berbau tengik
2. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar
bahan obat adalah 10%
3. Dasar salep: kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep digunakan vaselin putih.
Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep.
4. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan dasar lain yang cocok, harus
menunjukan susunan yang homogen.
5. Penandaan: pada etiket harus tertera “obat luar”
Penggolongan dasar salep
1. Dasar salep hidrokarbon (vaselin putih, vaselin kuning, parafin cair, paraffin padat,
minyak nabati)
dikenal sebagai dasar salep berlemak. Dasar salep ini digunakan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit, sukar dicuci, tidak mengering, dan tidak
tampak berubah dalam waktu lama.
2. Dasar salep serap (lemak bulu domba)
terbagi atas 2 kelompok. Kelompok pertama adalah terdiri atas dasar salep yang dapat
bercampur dengan air membetuk emulsi W/O. dan kelompok kedua terdiri atas emulsi
W/O yang dapat bercampur degan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep ini
juga berfungsi sebagai emolien.
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air (dasar salep emulsi tipe W/O)
selain dapat dicuci dengan air, dasar salep ini juga dapat diencerkan degan air yang
mudah meyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik.
4. Dasar salep larut dalam air (Poly Ethilen Glicol (PEG))
dasar salep ini tidak berlemak dan mudah dicuci dengan air
Kualitas Dasar Salep
 Stabil selama dipakai harus bebas inkompatibilitas
 Lunak (halus dan homogen)
 Mudah dipakai
 Dasar salep yang cocok
 Dapat terdistribusi merata
Penggolongan menurut konsistensi salep
1. Unguenta
2. Krim
3. Pasta
4. Cerata
5. Gelones / Spumae / Jelly
Penggolongan salep menurut Teraupetis
Penetrasi
1. Salep Epidermik
Salep ini gunakan untuk permukaan kulit, meghasilkan efek dan untuk meredakan rangsangan / enestesi
lokal, tidak diabsorbsi, kadang-kadang ditambahkan antibiotik atau astringen. Dasar salep yang baik untuk
jenis salep ini adalah seyawa hidrokarbon.
2. Salep Endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh tetapi tidak melalui kulit. Dan terabsorbsi sebagian,
digunakan untuk melunakan kulit/selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak lemak.
3. Salep Diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk mecapai efek yang diinginkan.
Misalnya pada salep yang megandung seyawa merkuri, iodide atau beladona. Dasar salep yang baik adalah
minyak lemak.
PEMBUTAN SALEP
1. Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat kedalam dasar salep.
2. Pembuatan salep dapat dibuat dengan metode pencampuran mekanik ataupun metode peleburan.
Bahkan dapat pula dengan campuran kedua metode tersebut.
3. Aturan umum pembuatan salep adalah:
– Zat yang dapat larut dalam salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan.
– Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dahulu diserbukkan dan diayak dengan derajat ayakan
no. 100
– Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung dan menyerap air tersebut,
dilarutkan dulu dengan air, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
– Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.
4. Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca dan harus
menunjukan susunan yang homogen.
FORMULASI DAN EFEK SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI
DEGAN BASIS HIDROKARBON TERHADAP LUKA SAYATA PADA TIKUS
JANTAN GALUR WISTAR
Luka sayat merupakan luka yang terjadi karena teriris oleh instrumen atau benda yang tajam. Basis yang digunakan dalam
formulasi salep ekstrak etanol daun jambu biji yaitu basis hidrokarbon. basis hidrokarbon yang berlemak dan bersifat emolien
sehingga memiliki kemampuan dapat memperpanjang waktu kontak bahan obat dengan kulit, dan dapat membuat salep tidak
mudah cepat mengering dan berubah (Depkes RI, 1995). Basis hidrokarbon diantaranya adalah vaselin album dan cera alba
yang berfungsi sebagai agen peningkat stabilitas salep (Kibbe, 2006). Penggunaan bahan ini dapat membuat salep memiliki
sifat fisik yang baik, yaitu daya sebar salep yang besar dan lama melekat pada kulit, serta memberikan proteksi pada kulit
(Pasroni, 2003). Ekstrak etanol daun jambu biji (EEDJB) terbukti menyembuhkan berbagai jenis luka. EEDJB diperoleh dengan
maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Salep dibuat 3 formula dengan perbandingan komposisi basis hidrokarbon (cera
alba : vaselin album).
Bahan yang digunakan dalam pembuatan salep EEDJB yaitu daun jambu biji, etanol 70%, basis hidrokarbon (vaselin album
dan cera alba) lidokain injeksi 2%, aqua pro injeksi, salep povidone iodine 10% (betadine), alcohol 70%, NaCl 0,9% dan
aquadest.
.

Preformulasi bahan ekstrak etanol


daun jambu biji
1. Daun jambu biji

Daun jambu biji adalah daun tunggal yang


berbentuk bulat telur, ujungnya tumpul, pangkal
membulat dan tepinya rata, memiliki panjang 6-14 cm
dan lebar 3- 6 cm. Daun ini berwarna hijau kekuningan
dan mempunyai pertulangan yang menyirip. Kandungan
senyawa kimia yang terdapat dalam daun jambu biji
yang dapat membantu penyembuhan luka adalah
alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid.
Lanjut….
2. Vaselin Album (FI. III)
- Pemerian : massa lunak, lengket, bening, putih ; sifat ini tetap setelah zat dileburkan
dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan ; tidak
berbau; hamper tidak berasa. - Kelarutan : praktis tidak larut dalam air
dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak
tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah. - Titik lebur : 380c – 560c
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik - Khasiat : penggunaan zat
tambahan.
3. Cera Alba (FI. III)
- Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan; bau khas lemah. -
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P dingin; larut
dalam kloroform P, dalam eter P hangat, dalam minyak lemak dan minyak atrsiri. -
Titik lebur : 620 c – 640c - Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
- Khasiat  :  Zat tambahan                      
Lanjut…
4. Etanol (FI. III)
- Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dan memberikan nyala biru
yang tidak berasap
- Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
eter P. - Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
- Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman
5. Aquadest (FI. III)
- Nama Resmi  :  AQUA DESTILLATA - Nama Lain    
:  Air suling, Aquadest - Rumus Molekul :  H2O
- Berat Molekul    : 18,02
- Pemerian           :  Air suling merupakan cairan jernih;   tidak berwarna;
tidak berbau; tidak mempunyai rasa. -
Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup baik - Khasiat
: Sebagai pelarut
Lanjut…
6. Aqua pro injeksi (FI IV hal 112, FI III hal 97)
- Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
- Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
- Kegunaan : Pembawa dan melarutkan
- Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan
- Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan
7. NaCl (FI. III)
- Pemerian : Hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau;
rasa asin - Kelarutan : Mudah larut dalam 2,8 bagian air; dalam 2,7 bagian
air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam etanol (95%)
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik - Khasiat :
Sumber ion klorida dan ion natrium
 cara pembuatan NaCl 0,9%:
- Menimbang 0,9 gram NaCl di atas gelas arloji dengan menggunakan timbangan
analitik. -
Melarutkan di dalam beaker glass dengan menggunakan aquadest sedikit demi
sedikit hingga larut - Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml.
ditambah aquadest sampai tanda miniskus. Labu ukur di tutup lalu di homogenkan.
Lanjut…
8. Lidokain injeksi 2% : obat yang digunakan untuk membuat mati rasa
Sebagian area tubuh
9. Salep povidone iodine 10% (betadine) : obat ini digunakan sebagai
antiseptic yang dibuat untuk mecegah infeksi akibat luka bakar minor, luka
sayat, luka garukan, dan lecet
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2003. Farmasetika. UGM press : Yogyakarta
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press : Jakarta
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik (JIFFK) Vol.16, No.2, Bulan
2019, Hal. 139- 148 ISSN: 1693-7899

Anda mungkin juga menyukai