Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN SYSTEMIC LUPUS


ERYTHEMATOSUS (SLE)

KELOMPOK 5
Baiq Arifa (P071201180 )
Firman Hidayat (P071201180)
Inayatul Kamali (P071201180 )
Nadya Puspa Wardani (P071201180 71 )
Nurul Bayani (P071201180 )
Saufiliana Nesia (P071201180 )
Susi Mariyati (P071201180 88)
Vega Juandana (P071201180 )
 
DEFINISI

SLE (systemic lupus erythematosus)


adalah suatu penyakit inflamasi
autoimun pada jaringan penyembuhan
yang dapat mencakup ruam kulit, nyeri
sendi, dan keletihan.
ETIOLOGI

Antibody anti RO dan anti LA dapat menyebabkan sindrom lupus


neonates dengan melinitasi plaseta. Sindrom ini dapat
bermanifestasi sebagai lesi kulit atau blok jatung congenital.

Faktor genetic mempunyai peran yang sangat penting dalam


kerentanan dan ekspresi penyakit SLE. Sekitar 20-30% pada
pasien SLE mempunyai kerabat dekat yang menderita SLE.
Faktor lingkungan yang menyebabkan timbulnya SLE yaitu
sinar UV yang mengubah struktur DNA didaerah yang
terpapar sehingga menyebabkan perubahan sistem imun
didaerah tersebut serta menginduksi apoptosis dari sel
keratonosit.

Observasi klinis menunjukan pernan hormone seks steroid


sebagai penyebab SLE. Observasi ini mencakup kejadian
yang lebih tinggi pada wanita usia produktif,peningkatan
aktivitas SLE selama kehamilan, dan resiko yang sedikit
lebih tinggi padaa wanita pascamenoupause yang
menggunakan suplementasi estrogen.
PATOFISIOLOGI
Faktor Faktor Faktor Faktor
Genetik Imunologi Hormonal Lingkungan
 

SLE
(Systemic Lupus
Evythomatasus)

Gejala & gambaran


menurut ACR
(American Collage Of
Rheumatology 1997)
Sistemik Kulit Oral Laboratorium

• Xerostomi
n
• Gangguan
• Arthritis • Butterfly • Lesi
darah
• Serositis rash Ulserasi
• Gangguan
• Gangguan • Discoid • Lesi
imun
ginjal rash Diskoid
• Antibody
• Gangguan • Fotosensiti • Lesi Mirip
antinuklir
saraf vitas lichen
(ANA)
plamus
• kandidiasis
PATHWAY SLE
MANIFESTASI

1. Manifestasi Konstitusional
2. Manifestasi Mukokutan
3. Manifestasi Muskuloskeletal
4. Manifestasi Kardiovaskular
5. Manifestasi Paru
6. Manifestasi Ginjal
7. Manifestasi Neurologis dan Psikiatrik
8. Manifestasi Gastrointestinal
9. Manifestasi Hematologi
10. Manifestasi Mata
KLASIFIKASI

Subcommitte mengajukan diagnosis SLE jika terdapat


empat diantra 11 kriteria berikut beruntun atau secara
stimultan, selama sati interval observasi :

1. Ruam dibagian malar wajah


2. Ruam berbentuk discoid
3. Fotosensitivitas
4. Ulkus dimulut
5. Setositosis (pleuritis, pericarditis)
6. Gangguan ginjal
7. Gangguan neurologis ( kejang atau psikosis )
8. Arthritis
9. Gangguan hematologis (anemia
hemolitik,leucopenia,trombositopenia)
10. Gangguan imunologi
11. Antibody nuclear
PENATALAKSANAAN MEDIS

Pengobatan termasuk penatalaksanaan penyakit akut dan kronik :

1. Mencegah penurunana progresif fungsi organ, mengurangi


kemungkinan penyakit akut, meminimalkan penyakit yang
berhubungan dengan kecacatan dan mencegah komplikasi dari
terapi yang diberikan.
2. Gunakan obat-obatan antinflamasi nonsteroid (NSAID) dengan
kortikosteroid untuk meminimalkan kebutuhan kortikosteroid.
3. Gunakan krortikosteroid topical untuk manifestasi kutan aktif.
4. Gunakan pemberian bolus IV sebagai alternative untuk
penggunaan dosis oral tinggil tradisional.
5. Atasi manifestasi kutan, mukuloskeletal dan sistemik ringan
dengan obat-obat antimalarial.
6. Preparat imunosupresif (percobaan) diberikan untuk bentuk SLE
yang serius
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Antibody fosfolipid dapat timbul tanpa SLE tetapi menandakan resiko keguguran. Temuan
pemeriksaan laboratorium :

1. Tes flulorensi untuk menentukan antinuclear antibody (ANA), positif dengan


titer tinggi pada 98% penderita SLE.
2. Pemeriksaan DMA double standed tinggi,spesifik untuk menentukan SLE
3. Bila titel antibobel strandar tinggi, spesifik untuk diagnose SLE
4. Tes sifilis bias positif palsu pada pemeriksaan SLE.
5. Pemeriksaan zat antifosfolipid antigen (seperti antikardolipin antibody)
berhubungan dengan menentukan adanya thrombosis pada pembuluh arteri, vena
atau pada abortus spontan, bayi meninggal dalam kandungan dan trombositopeni.

Pemeriksaan laboratorium ini diperiksa pada penderita SLE atau lupus meliputi darah
lengkap, laju sedimentasi darah, antibodyantinuklir (ANA), anti-AND, SLE, CRP, analyses
urin, komplemen 3 dan 4 pada pemeriksaan diagnosis yang dilakukan adalah biopsy.
KOMPILKASI

• Ginjal

Sebagaian besar penderita menunjukan adanya penimbunan protein didalam


sel-sel tetapi hanya 50% yang menderita nefritis lupus (peradangan ginjal
yang menetap) pada akhirnya bias terjadi gagal ginjal sehingga penderita
perlu mengalami dialysis atau pencangkokan ginjal.

• Sistem saraf

Kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus. Komplikasi yang paling
sering ditemukan adalah dispungsi mental yang sifatnya ringan, tetapi
kelainan bias terjadi pada bagaiamanapun dari otak, korda spinalis, maupun
sistem saraf. Kejang, pesikosa, sindroma otak organic dan sekitar kepala
merupakan beberapa kelainan sistem saraf yang bias terjadi.
• Penggumplan darah

Kelainan darah ditemukan pada 85% penderita lupus bisa terbentuk bekuan
darah didalam vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan stroke dan emboli
paru. Jumlah thrombosis berkurang dan tubuh membentuk antibody yang
melawan faktor pembekuan darah yang bisa menyebabkan perdarahan yang
berarti.

• Kardiovaskuler

Perdangan berbagai bagian jantung seperti pericarditis, endocarditis maupun


miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat keadaan
tersebut.

• Paru-paru

Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura
(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari keadaan
tersebut timbul nyeri dada dan sesak napas.
• Otot dan kerangka tubuh

Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakan


menderita arthritis. Persendian yang sering terkena adalah persendian pada
jaringan tangan, pergelangan tangan dan lutut. Kematian jaringan pada
tulang panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari nyeri didaerah
tersebut.

• Kulit

Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu ditulang pipi dan pangkal
hidung. Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar
matahari.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawianan, pekerjaan, pendidikan
terakhir, alamat.

2. Anamnesis
a. Penyakit lupus eritematosus sistemik bisa terjadi pada wanita maupun
pria, namun penyakit ini sering diderita oleh wanita, dengan
perbandingan wanita dan pria 8:1
b. Biasanya ditemukan pada ras-ras tertentu seperti negro, cina dan
filiphina
c. Lebih sering pada usia 20-4- tahun, yaitu usia produktif
d. Faktor ekonomi dan geografis tidak mempengaruhi distribusi penyakit
ini
3. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh mudah lelah, lemah, nyeri, kaku,
demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup
serta citra dari pasien

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Perlu dikaji tentang riwayat penyakit dahulu,apakah pernah menderita
penyakit ginjal atau manifestasi SLE yang serius, atau penyakit autoimun
yang lain.

5. Riwayat Penyakit Sekarang


a. Perlu dikaji yaitu gejala apa yang pernah dialami pasien (misalnya ruam
malar-fotosensitif, ruam discoid-bintik-bintik eritematosa
menimbulkan : artaralgia/arthritis, demam, kelelahan, nyeri dada
pleuritik, pericarditis, bengkak pada pergelangan kaki, kejang, ulkus
dimulut.
b. Mulai kapan keluhan dirasakan.
c. Faktor yang memperberat atau memperingan serangan.
d. Keluhan-keluhan lain menyertai.
6. Riwayat Pengobatan
Kaji apakah pasien mendapat terapi dengan klorpromazin, metildopa,
hidralasin, prokainamid dan isoniazid, Dilantin, penisilamin dan kuinidin.

7. Riwayat Penyakit Keluarga


Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakityang
sama atau penyakit autoimun yang lain

8. Pemeriksaan Fisik.
a. B1 (Breath)
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)

9. Pemeriksaan penunjang
DIAGNOSA
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidak mampuan fisik-psikososial
kronis (metastase kanker, injuri neurologis, arthritis).
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan inflamasi
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan untuk memasukkan nutrisi karena gangguan
pada mukosa mulut
4. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang buruk karena suatu
penyakit
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit imunologi
INTERVENSI

No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (NIC)


( NOC)
1 1 1. Comfort level Pain management
2. Pain control 1. Monitor kepuasan pasien terhadap
3. Pain level manajemen nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2. Tingkat istirahat dan tidur yang
keperawatan selama 24 jam nyeri kronis adekuat
pasien berkurang dengan kriteria hasil: 3. Kelola antianalgesik
4. Tidak ada gangguan tidur 4. Jelaskan pada pasien penyebab
5. Tidak ada gangguan konsetrasi nyeri
6. Tidak ada gangguan hubungan 5. Lakukan tehnik nonfarmakologis
intrerpersonal ( relaksasi masase punggung)
7. Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan
ungkapan secara verbal
8. Tidak ada tegangan otot
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (NIC)
( NOC)
2 2 Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering mungkin
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor TD, nadi dan RR
selama 24 jam pasien menunjukan kriteria 3. Monitor WBC,Hb dan Hct
hasil : 4. Monitor intake dan output
1. Suhu tubuh dalam batas normal 5. Berikan antipiretik sesuai advis
2. Nadi dan RR dalam rentang normal dokter
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan 6. Selimuti pasien
tidak ada pusing, pasien merasa 7. Berikan cairan intravena
nyaman 8. Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
11. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban mukosa
3 3 a. Nutritional status : adequacty of 1. Kaji adanya alergi makanan
nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
b. Nutritional status : Food and fluid menentukan jumlah kalori dan
intake nutrisi yang dibutuhkan pasien
c. Weght control 3. Ajarkan pasien bagaimana membuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan catatatan makanan harian
keperawatan Selama 2x24 jam nutrisi 4. Monitor adanya penurunan BB dan
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (NIC)
( NOC)
1. Albumin serum 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
2. Prealbumin serum tidak selama jam makan
3. Hematokrit 7. Monitor turgor kulit
4. Hemoglobin 8. Monitor kekeringa, rambut kusam,
5. Total iron binding capacity total protein, Hb dan kadar Hct
6. Jumlah limfosit 9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan kojungtiva
11. Monitor intake nutrisi
12. Informasikan pada pasien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
13. Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
14. Atur posisi semifowler tinggi selama
makan
15. Kelola pemberian antiemetic
16. Anjurkan banyak minum
17. Pertahankan terapi IV line
18. Catat adanya edema, hiperemik,
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (NIC)
( NOC)
4 4 1. Activity tolerance 1. Monitor respon kardiorespirasi
2. Energy conservation terhadap aktivitas (takikardi,
3. Nutritional status energy disritmai, dyspnea, diaphoresis,
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan pucat, tekanan hemodinamik dan
keperawatan selama 2x24 jam jumlah respirasi)
kelelahan pasien teratasi dengan 2. Monitor dan catat pola dan jumlah
kriteria hasil : tidur pasien
4. Kemampuan aktivitas adekuat 3. Monitor lokasi ketidak nyamanan
5. Mempertahankan nutria adekuat atau nyeri selama bergerak dan
6. Keseimbangan aktivitas dan aktivitas
istirahat 4. Monitor intake nutrisi
7. Menggunakan teknik energy 5. Monitor pemberian dan efek samping
konservasi obat depresi
8. Mempertahankan interaksi social 6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
9. Mengidentifikasi faktor fisik dan cara meningkatkan intake makanan
psikologis yang menyebabkan tinggi energy
kelelahan 7. Monitor pemberian dan efek samping
10. Mempertahankan kemampuan untuk obat depresi
konsentrasi 8. Instruksikan pada pasien untuk
mencatat tanda dan gejala kelelahan
9. Jelas pada pasien hubungan
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (NIC)
( NOC)
11. Catat aktivitas yang dapat
meningkatkan relaksasi
12. Tingkatkan pembatasan bedrest dan
aktivitas
13. Batasi stimulasi lingkungan untuk
memfasilitasi relaksasi

5 5 1. Tissue integrity : Skin and mucous 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan


membrane pakaian yang longgar
2. Wound healing primer dan sekunder 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3. Jaga kebersih dan kering
keperawatan selama 2x 24 jam 4. Monitor kulit akan adanya
kerusakan integritaskulit berkurang kemerahan
dengan kriteria hasil : 5. Mobilasasi pasien ( ubah posisi
3. Intergritas kulit yang baik bisa pasien) setiap dua jam sekali
dipertahankan (sensai, elastisitas, 6. Oleskan lotion atau minyak pada
temperature, hidrasi, pigmentasi) daerah yang tertekan
4. Tidak ada luka/lesi pada kulit 7. Monitor status nutrisi pasien
5. Perfusi jaringan baik 8. Monitor status nutrisi pasien
6. Menujukkan pemahaman dalam 9. Memandikan pasien dengan sabun
proses perbaikan kulit dan dan air hangat
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (NIC)
( NOC)
5. Mampu melindungi kulit dan 11. Obsevasi luka : lokas, dimensi,
mempertahankan kelembaban kulit kedalaman luka, karakteristik, warna
dan perawatan alami cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
6. Menunjukkan terjadi proses tanda infeksi local, formasi traktus
penyembuhan luka 12. Ajarkan pada keluarga tentang luka
dan perawatan luka
13. Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
TKT, vitamin, cegah kontaminasi
feses dan urin
14. Lakukan teknik perawatan luka
dengan steril
15. Berikan tekanan pada luka
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai