Anda di halaman 1dari 40

KARDIOTOKOGRAFI

JANIN

Handy Wiradharma

Lab/SMF OBGYN FK UNMUL / RSUD AWS


Samarinda
 Angka
morbiditas dan mortalitas perinatal
 indikator kualitas pelayanan obstetri

 Angkamortalitas perinatal Indonesia 


77,3-137,7 per 1.000 kelahiran hidup

 60% mortalitas perinatal Hipoksia


intrauterin
 Kardiotokografi metoda elektronik
memantau kesejahteraan janin melalui
penilaian pola denyut jantung janin dalam
hubungannya dengan adanya kontraksi
ataupun aktifitas janin dalam rahim.
INDIKASI
1) Sistem saraf simpatis
Stimulasi saraf simpatis ↑↑frekuensi
denyut jantung janin ↑↑ kekuatan
kontraksi jantung,  ↑↑ volume curah
jantung
2) Sistem saraf parasimpatis
 Terdiri dari serabut nervus vagus yang

berasal dari batang otak.


 Stimulasi nervus vagus ↓↓frekuensi

denyut jantung janin


 Letaknya pada arkus aorta dan sinus
karotid. Bila tekanan darah meningkat
merangsang nervus vagus dan nervus
glosofaringeus  penurunan frekuensi
denyut jantung janin
 Kemoreseptor 2 bagian : perifer (daerah
karotid dan korpus aortik) & sentral
( batang otak).
 Bila kadar O2↓ ↓ dan CO2 ↑↑ 

1) reseptor sentral  peningkatan tekanan


darah memperlancar aliran darah
↑O2 & ↓CO2
2) reseptor periferbradikardia.
 Aktivitas
otak meningkat sesuai dengan
bertambahnya variabilitas denyut jantung
janin dan gerakan janin.
Sistem Pengaturan Hormonal
Stress (hipoksia intrauterin) medula
adrenal mengeluarkan epinefrin dan nor-
epinefrin takikardia  peningkatan
kekuatan kontraksi jantung dan hipertensi
 1.Denyut jantung janin basal (Basal fetal
heart rate )jantung janin saat uterus
relaksasi
 1) Frekuensi dasar djj
 2) Variabilitas

Perubahan periodik (reactivity),  saat


 2.

ada gerakan janin atau kontraksi uterus


 Frekuensi rata-rata denyut jantung yang
terlihat 10 menit,
 Tanpa variabilitas >dari 25 dpm,
 Frekuensi dasar denyut jantung janin
berkisar antara 120- 160 dpm, ada yg
memakai batasan 100-180 dan 115-160
dpm
 Gambaran osilasi yang tak teratur, tampak
pada rekaman denyut jantung janin.
 Variabilitas denyut jantung janin diduga

keseimbangan interaksi dari sistem


simpatis (kardioselektor) dan parasimpatis
(kardiodeselerator).
 Berkurangnya variabilitas denyut jantung

janin hipoksia /keadaan lain


1) Variabilitas jangka pendek (short term
variability)
 Antara 2-3 dpm.

 Arti klinis -> belum banyak diketahui.

2) Variabilitas jangka panjang (long term


variability)
 Gambaran osilasi yang lebih kasar dan lebih

jelas
 Rata-rata siklus 3-6 kali permenit.
Variabilitas jangka panjang dibedakan
menjadi :
 Normal : bila amplitudo > 10 dpm.

 Suspicious/meragukan : bila amplitudo 5-10

dpm.
 Menghilang : bila amplitudo < 5 dpm.

Variabilitas jangka panjang lebih sering


digunakan dalam penilaian
kesejahteraan janin.
AKSELERASI
 Merupakan respon simpatis
 Akselerasi (acceleration) peningkatan

frekuensi yang berlangsung cepat (< 1-2


menit)
 Peningkatan denyut jantung janin > 15

dpm diatas frekuensi dasar dalam waktu


> 15 detik.
1. Deselerasi dini
2. Deselerasi variabel
3. Deselerasi lambat
 Deselerasi dini ditandai dengan:
 Penurunan amplitudo tidak >20 dpm,

lamanya < 90 detik


 Frekuensi dasar djj dan variabilitas N

 Timbul dan menghilangnya

bersamaan/sesuai dengan kontraksi


uterus (seperti cermin).
 Bervariasi,
baik saat timbulnya, lamanya,
amplitudo dan bentuknya
 Berat  rule of sixty yaitu deselerasi mencapai

60 dpm lamanya lebih dari 60 detik.


 Waktu timbulnya sekitar 20 – 30 detik setelah
kontraksi uterus dimulai, berakhirnya sekitar
20 – 30 detik setelah kontraksi uterus
menghilang
 Lamanya kurang dari 90 detik, timbulnya

berulang pada setiap kontraksi


 Deselerasi lambat  patologis
 Freeman (1975) serta Lee dkk (1975)
memperkenalkan uji non stress 
akselerasi denyut jantung janin dalam
respons terhadap gerakan janin
 Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai

gambaran denyut jantung janin dalam


hubungannya dengan gerakan atau
aktivitas janin.
INTERPRETASI HASIL
 NORMAL
 Baseline rate 120-160 bpm
 Variability > 10 bpm
 Decelerations : -
 Accelerations : +

 SUSPICIOUS
 Baseline rate 100-180 bpm
 Variability 5-10 bpm
 Decelerations : - / + (early, variable < 60)
 Accelerations : -

 PATOLOGIS
 Baseline rate < 100 or > 180 bpm
 Variability < 5 bpm
 Decelerations : + (late, variable > 60)
 Accelerations : -
 Sinusoidal pattern
 Menilai gambaran denyut jantung janin
dalam hubungannya dgn fungsi
uteroplasenta dengan adanya kontraksi
 Kontraksi uterus  peningkatan

miometrium dan amnion  pembuluh


darah miometrium kolaps gangguan
sesaat pertukaran oksigen deselerasi
lambat denyut janin (patologi)
Konta Indikasi Contraction Stress Test (CST)

 Absolut : resiko ruptur uteri, perdarahan


antepartum, tali pusat terkemuka
 Relatif : ketuban pecah prematur,

kehamilan kurang bulan, kehamilan


ganda, inkompetensia servik, disproporsi
sefalo-pelvik
 Hasil CST yang negatif keadaan janin
yang masih baik (spesifitas 99%).
 hasil CST yang positif outcome perinatal

yang tidak baik


Thank you!

Any

Anda mungkin juga menyukai