Anda di halaman 1dari 33

PENANGANAN BAHAN

SUMSUM TULANG
(bone marrow)

Sri Hartini Harianja, SST, M. Biomed


Tempat hemopoesis
terdapat di dalam cavitas medullaris tulang panjang dan
tulang pendek serta substantia spongiosa tulang pipih dan
tulang iregular.
Pada waktu lahir, semua tulang dalam tubuh berwarna
merah dan hematopoeintik. Aktivitas pembentukan darah
lambat laun berkurang dengan bertambahnya usia, dan
sumsum tulang merah (medulla ossium rubra) akan
digantikan oleh sumsum tulang kuning (medulla ossium
flava)
Pemeriksaan sumsum tulang
Diagnosa penyakit darah dan sumsum tulang
Penanganan penyakit darah dan sumsum tulang
Pengambilan sumsum tulang
1. BMA (Bone Marrow Aspration)
 evaluasi hematologi
kanker
penyakit metastasis
storage disease
penyakit sistemik kronik
2. BMB (Bone Marrow Biopsy)
seluritas sumsum tulang dan penyakit lebih luas
Kriteria pasien
• 1. Penilaian pasien
Riwayat medis
Gambaran klinis
Pemeriksaan laboratorium
Penentuan tempat asprasi :
1. Dewasa (spina iliaka posterior superior (SIPS), spina iliaka anterior superior
(SIAS), manubrium sterni, prosesus spinosus, vetebra lumbal, krista iliaka)
2. Anak (spina iliaka posterior superior (SIPS), spina iliaka anterior superior
(SIAS), tuberositas tibia (>2 tahun)
SIPS : disukai karena aman, komplikasi minimal dan mudah diakses
Kriteria Pasien
2. Penentuan tanggal aspirasi sumsum tulang
3. Penjelasan prosedur tindakan
4. Informed consent
5. anastesi general utk anak, sedatif untuk dewasa
A. Alat dan bahan
Aspirasi sumsum tulang
Alat dan reagen
a. Jarum punksi (salah, klima, disposible)
b. Spuit 10 cc dan 3 cc
c. Objek glass
d. Kapas, kain kasa steril, plaster
e. Duk berlubang kecil
f. Sarung tangan
g. sterillidokain 2%
h. Providone-iodine (betadine) dan alkohol
Biopsi sumsum tulang
Alat dan Reagen
1. Jarum Biopsi
2. Antiseptik
3. Alkohol 70%
4. Kapas steril
5. Duk berlubang
6. Spuit 5 cc
7. Sarung tangan steril
8. Kasa steril
9. Lidocaine
B. Cara Kerja
Pengambilan sampel dengan cara aspirasi sumsum tulang
dilakukan oleh dokter dan perawat khusus
1. Posisikan pasien sesuai tempat aspirasi sumsum tulang
2. Menggunakan sarung tangan steril
3. Daerah dibersihkan dengan disinfektan larutan betadin atau lkohol
70%
4. Daerah tertutup kain penutup steril (duk) berlubang di daerah
tususkan
5. Lakukan anastesi lokal , menyuntikan lidokain 2% sebanayak 2-3 cc disubkutan sampai periosteum
tempat aspirasi. Tunggu sampai anastesi bekerja
6. Masukkan jarum BMA tegak lurus terhadap trabekula krista iliaka pada bagian tengah SIPS atau 2 cm
posterior dan 2 cm inferior SIAS. Ketika jarum sudah menyentuh periosteriu putar jarum searah dan
berlawanan jarum jam sempai masuk ke trabekula yang ditandai dengan tekanan yang tiba-tiba
berkurang, kedalaman penetrasi lebih kurang 1 cm dari periosteum.
7. Mandrin (jarum bagian dalam) dikeluarkan dari jarum punksi. kemudian dipasang spuit 10 cc pada
jarum punksi bagian belakang, dan dilakukan aspirasi. Bila berhasil memperoleh spesimen sumsum
tulang maka penderita akan merasakan rasa nyeri sesaat. Aspirasi 0,5 cc pertama digunakan untuk
sediaan apus sumsum tulang dan langsung dibuat pada saat itu juga.
8. Lepaskan spuit dari jarum BMA dan segera buat sediaan apus sumsum tulang
9. Jika dbutuhkan aspirasi tambahan, gunakan spuit yang berbeda dan darah dimasukkan kdalam
tabung yang beri antikoagilan EDTA, ISCH merekomendasikan EDTA 1,5 lebih kurang 0,25 mg/ml darah
10. Bila diperlukan , dapat dilanjutkan dengan biopsi
11. Setelah jarum pinksi dicabut, tutup luka dengan kain steril dan tekan selama 5 menit. Plaster luka
dengan kassa yeng telah diberi betadin atau antibiotik. Perban harus tetap kering dan dapat dibuka
setelah 24 jam.
Pengambilan sampel dengan cara biopsi sumsum tulang
1. Pasien diminta untuk buang air besar/kecil sebelum tindakan dimulai
2. posisikan pasien pada posisi tengkurap
3. Cucu tangan
4. Gunakan sarung tangan steril
5. Aseptik dan antiseptik pada daerah sekitar lokasi yaitu krista iliaka superiordan posterior
6. lakukan setiap tindakan secara steril
7. Pasang duk bolong
8. Anastesi dengan lidokain 2% pada krista iliaka posterior 3-5 cc sampai mencapai periostinum
9. Suntikan jarum biopsi dengan cara twisting morion sambil melakukan penekanan sampai
terasa menembus tulang dan dilanjutkan sepanjang 1-2 cm
10. melakukan gerakan empat arah (atas, bawah,kiri, dan kanan) setelah itu angkat jarumnya
11. Luka biopsi ditutup kasa steril yang dibasahi providoneiodine dan ditutup dengan kasa
kering kemudian diplaster dan tidak boleh dibasahi selama 3 hari
Pembuatan Preparat
Ada beberapa cara pembuatan preparat aspirasi sumsum tulang yaitu:
1. Hasil aspirasi dituang pada dish glass silikon/plastik. Ambil partikel dengan pipet pasteur
dan diletakkan di objek glass, kemudian buat apusan seperti pada apusan darah tepi.
2. Metode spread/smear. teteskan 1 tetes darah pada slide. Kelebihan darah dialirkan dengan
memiringkan slide ke salah satu sisi slide (pendek) atau diaspirasi dengan pipet pasteur/spuit
sehingga yang tertinggal hanya partikel. Apusan partikel dibuat dengan kaca dorong sama
seperti pada apusan darah tepi ke arah sisi slide yang lain (panjang)
3. metode squash/crush. Teteskan 1 tetes darah yang mengandung partikel ditengah-tengah
slide. Letakkan slideke 2 di atas slide pertama (squash). Kedua slide kemudian dipisahkan
dengan cara digeser searah sisi panjang slide
4. Preparat kemudian diberi label (nama pasien dan tanggal), dikeringkan di udara sampai
benar-benar kering dan difikssasi dengan metanol selama kuranglebih 20 menit kemudian
diwarnai.
PENANGANAN
BAHAN ASCITES

Sri Hartini Harianja, SST, M. Biomed


CAIRAN ASCITES
akumulasi cairan patologis di dalam cavum
abdomen.
Secara klinis ascites adalah komplikasi dari
beberapa penyakit seperti hepar, jantung, ginjal,
infeksi, dan keganasan.
Prognosis tergantung dari penyebab dari ascites
tersebut.
Cairan asites terbentuk akibat terganggunya
kesimbangan antara cairan plasma kedalam dan keluar
dari darah dan pembuluh linfetersebut terganggu maka
terbentuklah ascites
 Ketidakseimbangan kadar plasma mungkin disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan
tekanan vena, penurunan protein (tekanan onkotik),
atau peningkatan obstruksi limfa.
Ascites merupakan salah satu komplikasi yang paling
sering terjadi pada penyakit sirosis dan hipertensi porta
Paracentesis
• Paracentesis merupakan prosedur yang relatif
sederhana yang dapat dilakukan di tempat tidur
pasien, dengan cara memasukkan jarum suntik
ke dalam cavum abdomen, kemudian
dikeluarkan sejumlah kecil cairan ascites untuk
tujuan diagnostik atau dalam jumlah besar untuk
tujuan terapi
Indikasi

1. Ascites yang baru terjadi baik rawat jalan ataupun


rawat inap
2. Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan keluhan
ascites
3. Ascites dengan gejala dan tanda-tanda infeksi seperti
demam, hipotensi, leukositosis, ensefalopati, asidosis
Kontraindikasi

1. Koagulopati, merupakan kontraindikasi


relatif
2. Disseminated intravascular coagulation
(DIC) atau terjadinya fibrinolisis, beberapa
ahli menyebutkan sebagai kontraindikasi
absolut.
Risiko
1. Hematom dinding abdomen (jarang terjadi,
sekitar 2% kasus)
2. Infeksi
3. Perdarahan
Alat
1. Angiocath needle yang berdiameter besar (16-18 gauge untuk mengeluarkan cairan
ascites yang banyak, 20-22 gauge digunakan dalam penampungan spesimen untuk
diagnostik)
2. Thoracentesis kit
3. Betadine dan steril gauze
4. Lidocaine 1% atau 2%, needle 25 gauge dengan syringe 5cc
5. Doek steril
6. Masker, dan baju pelindung
7. Sarung tangan steril
8. Botol penampung spesimen.
Teknik prosedur
1. Minta persetujuan terlebih dahulu kepada pasien dan/atau keluarga
pasien
2. Posisikan pasien, posisi supine atau lateral decubitus. Posisi tempat
pungksi biasanya RLQ atau caudal umbilicus (jika penderita kurus)
3. Tinggikan posisi kepala sedikit
4. Perkusi abdomen untuk menentukan jumlah cairan ascites yang
terbanyak
5. Bersihkan area kulit yang akan dilakukan pungksi
Teknik prosedur

6. Anestesi lokal pada kulit dan jaringan subkutan dengan lidocaine dan
tunggu selama 3-5 menit
7. Insersikan angiocath atau jarum thoracentesis, dan aspirasi cairan
ascites
8. Tampung cairan ascites sebanyak 20-30 cc untuk pemeriksaan
laboratorium, dan kultur (masukkan ke dalam botol kultur darah
sebanyak 5-10 cc pada masing-masing botol)
9. Apabila dilakukan paracentesis terapeutik, cabut syringe dan
sambungkan kateter dengan botol penampung cairan ascites.
Pemeriksaan
1. Gross appearance (warna acites)
2. Biokimia
a. Total protein cairan ascites dan serum-ascites albumin gradient (SAAG)
b. Lactate dehydrogenase (LDH)
c. Glukosa
d. Amylase
e. Adenosin deaminase (ADA)
3. non-biokimia
a. Hitung sel, kultur bakteri, dan Polymerase chain reaction (PCR)
b. Viskositas
c. Proton nuclear magnetic resonance (1H NMR) spectroscopy
d. Vascular endothelial growth factor (VEGF)
e. Petanda Tumor
PENANGANAN
BAHAN PLEURA

Sri Hartini Harianja, SST, M. Biomed


Merupakan ultrafitrat plasma, jumlahnya kurang dari
10 ml dalam masing masing cavum pleura.

Kelebihan cairan pleura terjadi oleh karena adanya


ketidakseimbangan antara proses pembentukan
dengan proses pengeluaran cairan pleura dari cavum
pleura
Peningkatan
• peningkatan hydrostatic pressure gradient (pada
keadaan gagal jantung kongestif, hipertensi portal)
• penurunan tekanan osmotic koloid ( pada keadaan
hipoproteinemia)
• peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler
(seperti pada keadaan infeksi, keganasan dan
inflamasi).
Penurunan
• gangguan drainase aliran darah limpa (misalnya pada beberapa
keganasan),
• penurunan tekanan pada cavum pleura (seperti pada obstruksi
bronkus, atelectasis)
THORACENTESIS
• Merupakan proses pengambilan cairan pleura.
• Adanya epusi pleura yang baru merupakan suatu indikasi dilakukan
thoracentesis, kecuali pada keadaan :
a. Tidak cukup/ terlalu sedikit cairan efusi pleura
b. Pasien dengan congestif heart failure, efusi bilateral, afebrile dan
efusi yang berkurang dalam waktu 3 hari
TAHAPAN ANALISIS CAIRAN
PLEURA
1. Menentukan transudat atau eksudat
Pemeriksaan makroskopis cairan pleura sangat membantu
dalam menentukan transudat dan eksudat, walaupun banyak
transudat dan beberapa eksudat tampak jernih, kekuning-
kuningan, tidak berbau dan non viscous, tampak berdarah,
keruh, milky atau tampak kental bisa menunjukkan sebab dari
efusi pleura tersebut .
2. Analisis biokimia cairan pleura
 Pemeriksaan Dasar
1. Protein Total
2. Lactate dehydrogenase (LDH)
 Marker Tambahan
1. Kolesterol
2. Bilirubin
3. Albumin gradient
4. Glukosa
5. pH
6. Tumor marker
7. lipid
8. Amilase
9. Adenosine deaminase dan lysozyme
10. Pemeriksaan protein
3. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Hitung sel dengan differential count
b. Kultur dan pengecatan Gram
c. Sitologi
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai