Kelompok 7; Mutmainnah Ma’mun 17.1600.020 Ayus Dandi 17.1600.0 Muhammad Adam 17.1600.0
Pengertian materialisme
Kata materialisme terdiri dari kata "materi" dan
"isme". “ materi” dapat dipahami sebagai "bahan; benda; segala sesuatu yang tampak". Materialisme adalah adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalahmateri. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik. Ciri-ciri faham materialisme Setidaknnya ada 6 dasar idiologi yang dijadikan dasar keyakinan paham ini: 1. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi (ma’dah). 2. Tidak meyakini adanya alam ghaib. 3. Menjadikan panca indra sebagai satu-satunya alat mencapaiilmu. 4. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum. 5. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak. 6. Adalah sebuah paham garis pemikiran, dimana manusia sebagai nara sumber dan juga sebagai resolusi dari tindakan yang sudah ada dengan jalan dialetis. Tokoh-tokoh filsafat Materialisme 1. Demokritos (460-360 SM) 2. Julien de Lamettrie (1709-1751) 3. Ludwig Feuerbach (1804-1972) 4. Karl Marx (1818-1883) Pendapat-pendapat yang ada pada paham materialisme Para filsuf materialisme menganggap bahwa materi berada di atas segala-galanya. Beberapa pendapat mereka yang lain adalah: Tidak ada Sesutu yang bersifat non material seperti roh, hantu, syetan, malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Tidak ada Tuhan atau dunia adikodrati (supranatural). Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi aktifitas materi. Setiap peristiwa mempunyai sebab material dan penjelasan material tentang semua itu merupakan satu-satunya penjelasan yang paling tepat. Materi dan aktifitasnya bersifat abadi. Tidak ada sebab pertama dan penggerak pertama. Bentuk material dari barang-barang dapat diubah tapi materi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Tidak ada kehidupan yang kekal, semua gejala berubah akhirnya melampaui eksistensi yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi dalam sutu peralihan wujud kembali yang abadi dari materi. Aliran-aliran dalam materialisme
Aliran Materialisme Mekanik
Aliran Materialisme Metafisik Aliran Materialisme Dialektis Dampak-dampak Filsafat Materialisme
Bahaya bagi bangsa dan Negara
Bahaya bagi tiap pribadi Materialisme dan Aqidah Islam Salah satu fitnah zaman modern dewasa ini adalah merebaknya ideology materialisme. Ideologi ini berdasarkan gagasan bahwa materi, harta, atau kekayaan merupakan tolok ukur mulia tidaknya seseorang. Semakin kaya seseorang berarti ia dipandang sebagai orang yang mulia dan semakin sedikit materi atau harta yang dimilikinya berarti ia dipandang sebagai orang yang hina dan tidak patut dihormati. Maka di dalam masyarakat yang telah diwarnai materialisme, setiap anggota masyarakat akan berlomba mengumpulkan harta sebanyak mungkin dengan cara bagaimanapun, baik itu dengan cara yang halal, syubhat maupun haram. Bahaya Materialisme Jika kita perhatikan keadaan kaum muslimin, akan kita dapati banyak dari mereka yang menjadikan materi sebagai ukuran dalam menilai segala sesuatu. Pandangan mereka telah menyempit pada perkara-perkara yang bisa langsung mereka rasakan. Mereka lebih giat terhadap sesuatu yang tampak daripada sesuatu yang tak tampak (ghaib). Mereka lebih giat mencari materi yang bisa langsung mereka rasakan di dunia ini daripada mencari pahala akhirat yang belum bisa dirasakan di dunia ini. Ketika mereka melihat kemajuan duniawi pada negara-negara kafir, mereka pun terdecak kagum. Kekafiran yang ada pada mereka diabaikan, dan materilah yang jadi ukuran. Akhirnya, mereka mengagungkan orang-orang kafir, menjadikannya sebagai idola, mengikuti adat kebiasaan mereka, sehingga hilanglah sikap bara`ah (berlepas diri dan membenci) terhadap orang-orang kafir, sikap yang pada hakikatnya merupakan konsekuensi dari laa ilaaha illallah. KESIMPULAN Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau fisik, hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Ciri utamanya adalah menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan (res extensa), dan bersifat objektif, sehingga bisa diukur, dikuantifikasi (dihitung), dan diobservasi. Filosuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalahEpikuros. Ia merupakn salah satu filosuf terkemuka pada masa filsafat kuno.