Tria Widiastuti (108117014) Ahda Sabila (108117016) Nur Afifah A. (108117032) Rizky Ferdian (108117035) Listya A. (108117036) Sofi Andriani (108117039) A. Definisi Definisi menurut Nursalam, 2006. Gagal ginjal Kronik Merupakan Kerusakan Ginjal Progresif yang berakibat fatal dan di tandai dengan uremia (urea dan Limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau transplantasi ginjal). Definisi menurut Mansyur, 2007. Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat. B. Etiologi Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale. C. Manifestasi Klinis Penyakit ini akan menimbulkan gangguan pada berbagai organ tubuh anatara lain: Manifestasi kardiovaskular Hipertensi, gagal jantung kongestif, edema pulmonal, perikarditis. Manifestasi dermatologis Kulit menjadi kering dan bersisik. Rambut menjadi rapuh dan berubah warna. Pada penderita uremia sering mengalami pruritus. Manifestasi gastrointestinal Anoreksia, mual, muntah, cegukan, penurunan aliran saliva, haus, stomatitis. D. Patofisiologi Gagal ginjal kronis sering berlangsung progresif melalui empat stadium. Gagal ginjal mempunyai laju filtrasi glomerulus sebesar 20% hingga 25% laju filtrasi normal, sementara penyakit ginjal stadium terminal (End-Stage Renal Disease/ESRD) memiliki laju filtrasi glomerulus kurang dari 20% laju filtrasi normal. Gagal ginjal kronis meningkatkan resiko kematian akibat infeksi. Keadaan ini berhubungan dengan supresi imunitas diantarai sel dan penurunan jumlah serta fungsi limfosit dan sel-sel fagosit. Ekskresi dan aktivas hormone pada semua tingkatan akan terganggu. Wanita yang menderita gagal ginjal kronis dapat mengalami anovulasi, amenore atau tidak mampu mengandung bayinya hingga usia aterm. Laki-laki cenderung memiliki jumlah sperma yang berkurang dan mengalami impotensi (Kowalak, 2012). E. Patofisiologi perjalanan penyakit Gagal Ginjal Kronik menjadi Paliatif Stadium I (penurunan cadangan ginjal) Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) normal dan asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal melalui tes pemekatan urine yang lama atau dengan mengadakan tes LFG. Stadium II (insufisiensi ginjal) Pada stadium ini lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak dan kadar BUN mulai meningkat diatas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda tergantung dari protein dalam makanan. Pada stadium ini kadar kreatinin serum juga meningkat melebihi kadar normalnya. • Stadium III (Gagal ginjal progresif atau uremia) Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat sebagai respon terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Penderita mulai merasakan gejala gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak lagi mampu mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh (Wilson, 2006). F. Jurnal Perawatan Paliatif pada pasien Gagal Ginjal Kronik 1. Judul Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Psychological Intervention Di Unit Hemodialisa Rsud Gambiran Kediri. 2. Peneliti Dhina Widayati, Nove Lestari 3. Latar Belakang Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran dari penyakit menular menjadi penyakit degeneratif yang dapat berkembang menjadi penyakit terminal, salah satunya adalah gagal ginjal akut yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal konik (GGK). Pada stadium lanjut, pasien GGK tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik tetapi juga masalah psikososial dan spiritual yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Perawatan paliatif dapat dilakukan melalui intevensi dengan pendekatan psikologis (psychological intervention) yang diharapkan mampu meningkatkan adaptasi dan motivasi pasien sehingga mampu membangun mekanisme koping yang efektif dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya. 4. Pembahasan Sebagian besar responden (penderita GGK yang sedang menjalani hemodialisa di Unit Hemodialisa RSUD Gambiran) sebelum diberikan psychological intervention mempunyai motivasi dalam tingkat sedang. Motivasi adalah merupakan sejumlah proses -proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ketujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi. Penelitian membuktikan bahwa motivasi yang kuat memiliki hubungan yang kuat dengan kepatuhan (Kamerrer, 2007, dalam Syamsiah, 2011). Psychological intervention yang dilakukan melalui kegiatam relaksasi ISSN 2303-1433 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 11 spiritual ini mampu menciptakan peer group support sesama penderita yang dapat meningkatkan motivasi mereka dalam beradaptasi terhadap penyakitnya (menerima), sehingga mampu membangun mekanisme koping yang efektif dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya. 5. Kesimpulan hasil penelitian ini bahwa psychological intervention dapat meningkatkan motivasi dan kualitas hidup pasien GGK dalam beradaptasi terhadap penyakitnya dan menjalankan terapi hemodialisa. 6. Saran Saran bagi perawat di unit Hemodialisa untuk menerapkan intervensi tersebut sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas hidup pasien GGK dan bagi penelitian selanjutnya di harapkan dapat dilakukan pengukuran indikator penilaian kualitas hidup tidak hanya menggunakan kuesioner, akan tetapi juga menggunakan wawancara agar didapatkan hasil pengukuran yang komprehensif. 7. Referensi Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 TERIMA KASIH.