Anda di halaman 1dari 30

PENGAMANAN

JALAN LINTASAN SABUK GUNUNG


(JASAGUN)
DARI BAHAYA LONGSOR
• Secara umum, keadaan geografis Indonesia dapat dibagi menjadi tiga wilayah
berdasarkan tinggi-rendahnya wilayah, yaitu daerah pantai, dataran rendah
serta daerah pegunungan atau dataran tinggi. Penduduk dataran rendah
P pantai dan daerah pegunungan mempunyai saling ketergantungan dan
keterkaitan yang erat di bidang sosial dan ekonomi
E • Jaringan Trasnportasi di daerah pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah

N dan pantai yang baik sangat diperlukan untuk menghubungkan antar daerah-
daerah tersebut. Penunjang Jaringan Trasportasi tersebut salah satunya
adalah prasarana trasnportasi khususnya transportasi darat, yaitu Jalan
D dan Jembatan

A • Dasar Geometrik dan Perencanaan Jalan sangat penting, hal ini sangat
berhubungan dengan Keamanan dan Keselataman, Biaya dan Efektifitas
H daya angkut kendaraan. Perencanaan biasanya membuat jalan-jalan yang
mempunyai lintasan yang menyusuri pinggang bukit untuk dapat menempuh
U perbedaan kontur yang tajam untuk mendapatkan tanjakan dan turunan yang
landai
L • Jalan lintasan sabuk gunung–selanjutnya disingkat JASAGUN, akan
lebih mudah dan murah pelaksanaan konstruksinya karena lebih
U sedikitnya pekerjaan galian timbun serta minimumnya pekerjaan
pembuatan terowongan dan pembelahan bukit, meskipun mempunyai
A panjang lintasan yang lebih panjang dan terbatasnya lebar badan jasagun,
serta banyaknya tikungan-tikungan yang tajam. Juga potensi longsoran yang
N akan memutuskan atau menutup jasagun lebih besar, sehingga diperlukan O
& P yang lebih intensif
L
A
T • Struktur lapisan tanah dan batuan di daerah pegunungan, lokasi
A Jasagun terdiri dari Deposit Piroklastik yang bersifat non-rekat dan
porus. Tanah ini memiliki mempunyai tingkat infiltrasi air yang
R cukup tinggi serta mudah tererosi

B • Sebagian daerah tinggi juga mempunyai struktur lapisan tanah


E atas yang terdiri dari lanau, tanah liat, maupun lanau atau tanah liat
kapuran yang berat, yang sukar meloloskan air. Jenis tanah ini
L mempunyai koefisien muai susut yang besar akibat berubahnya
A kandungan air di dalamnya
K
A • Iklim Pegunungan di Indonesia adalah hujan banyak yang jatuh di
lereng bagian depan dan sedikit di daerah bayangan hujan,
N sehingga potensi longsoran sangat tinggi
G
• Sifat-sifat geologi serta iklim tadi sangat berpengaruh terhadap
persyaratan Konstruksi, Operasi maupun Pemeliharaan dari
M Jasagun agar tetap dapat melayani transportasi terutama di musim
A hujan; akan terjadi ancaman terhadap stabilitas jasagun oleh pengaruh
air hujan berupa longsoran tebing diatasnya maupun badan jasagun
S atau keduanya bersamaan
A
L
A
H
P
E
M
I • Guncangan gempabumi;
C
U
• Pembebanan yang meningkat dari bangunan
pada lereng atau bahu jalan;
L • Berkurangnya vegetasi yang mengikat tanah
O ke batuan dasar;
N
G • Membesarnya kandungan kelembaban tanah
S • Pemotongan lereng oleh penggalian atau
O
R
erosi;
A • Pelapukan;
N
• Penggemburan/bioturbation oleh biota
T (vegetasi dan satwa) yang mencari makanan
E dan perlindungan di dalam lapisan tanah
B permukaan. Lapisan gembur yang terbentuk
I disebut biomantle.
N
G
F
A • Gravitasi sebagai kekuatan utama yang menimbulkan
longsoran tebing pada permukaan bumi menarik apa saja
K ke arah pusat bumi. Pada bidang datar gravitasi berarah ke
T bawah Selama sesuatu terletak pada bidang datar tidak akan
bergerak akibat gravitasi
O
R • Air, Air tanah maupun air hujan yang terinfiltrasi
menyebabkan perubahan struktur tanah dan batuan.
Bebutiran yang kering dan tak terkonsolidasi akan teronggok
dengan sudut lereng tertentu / angle of repose. Ini sudut
U tercuram dimana bebutiran tetap dalam kondisi stabil dan
T dikendalikan oleh kontak berfriksi antar butir. Sudut ini dapat
makin curam dengan makin besarnya besar butir, tetapi
A biasanya bernilai di antara 30o dan 37o
M • Material Tanah, jenis dan kestabilan tanah sangat
A berpengaruh pada kestabilan lereng dan badan jalan
karena tanah dan batuan adalah media dari longsoran tersebut
GRAVITASI
• Komponen gravitasi tegak lurus
terhadap lereng (gp), membantu
menahan benda terletak pada
lereng, sedang komponen
tangential gt, menimbulkan gaya
geser/shear stress yang sejajar Gaya gravitasi dapat diuraikan ke dalam
dengan lereng yang menarik dua komponen: satu yang bekerja yang
benda meluncur ke arah bawah bekerja tegak lurus pada lereng dan satu
lereng.
• Semakin curang lereng gt,
komponen bekerja menyinggung /
bertambah besar sedang gp, tangential lereng.
mengecil.
• Gaya yang menahan gerak ke
bawah lereng digolongkan dalam
istilah kekuatan geser/shear
strength termasuk tahanan friksi
dan kohesi antara bebutiran yang
membentuk benda itu.
• Ketika gaya geser besarnya
melebihi gabungan seluruh gaya Fs = Shear Strength/Shear Stress = faktor
yang menahan benda pada lereng,
keamanan
maka benda akan bergerak ke arah
bawah lereng Pada nilai Fs < 1.0, akan terjadi luruhan
tebing/slope failure
PERAN AIR
• Material tak terkonsolidasi yang
sedikit basah, mempunyai sudut
lereng yang sangat curam karena
terbentuk tegangan permukaan
antara air dengan bebutiran yang
cenderung memegang bebutiran di
tempat.
• Dengan jenuhnya material sudut
lereng akan menjadi sangat kecil
akan sangat mengurangi tahanan
geser yang menahan material pada
lereng. Hal ini disebabkan air akan
memenuhi ruang kosong dan
menghilangkan kontak friksi antar
butir dan menimbulkan liquefaction
• Terjadi tekanan air pori membesar
menyamai berat material sehingga
dapat mengangkat massa bebatuan
dan menyebabkan luruhan lereng,
material akan dapat mengalir seperti
cairan (liquefy).
MATERIAL DAN JENIS TANAH
Tanah yang menimbulkan liquefaction
• Liquefaction terjadi oleh getaran yang bekerja pada tanah jenuh seperti gempa atau oleh
masuknya
air, hujan lebat atau masuknya infiltrasi dari tanah sekitar ke dalam tanah mawur / loose
• Jumlah air yang dapat menyebabkan liquefaction terhadap massa tanah tergantung pada jenis
tanahnya. Tanah lempungan memerlukan lebih banyak air karena pertama akan diserap oleh
mineral tanah liat menjadi lebih berbentuk seperti padatan sebelum air diperlukan mengangkat
bebutiran satu dari lainnya.
Tanah sensitif
Tanah Ekspansive • Beberapa jenis tanah mineral, tanah liat tersusun
• Tanah Ekspansive dan Hydrocompacting / secara acak dengan banyak ruang kosong di antara
memadat oleh air – Jenis ini mengandung bebutiran yang sering dikenal dengan struktur “house
kadar tanah liat lembut smectites atau of cards”, bebutiran sering diposisikan oleh garam
montmorillinites yang memuai kalau dibasahi. yang terbawa masuk ke dalam pori yang menjadi
Pada saat mengering kehilangan air akan perekat antar butir.
menimbulkkan penyusutan dan pemadatan • Air yang meresap ke dalam pori terserap pada
yang disebut dengan proses mineral tanah liat dan melarutkan gegaraman yang
hydrocompaction. merekatkan “house of cards”. Pemadatan dan getaran
• Tanah gambut/peat menunjukkan gejala pada tanah dapat menimbulkan perubahan cepat
hydrocompaction yang sama. Gambut adalah struktur material. Dan bebutiran akan tertata saling
endapan organik pada dasar rawa. berurutan mengurangi ruang pori.
FAKTOR PEMICU
Getaran yang mendadak seperti gempabumi, ledakan, lewatnya
kendaraan berat dapat juga menjadi pemicu.

Lapisan permukaan yang keras dilandasi di bawahnya dengan tanah


liat yang sensitif yang kemudian terganggu stabilitasnya oleh
meningkatnya lalu lintas pada jalan itu, sering menimbulkan longsoran

Pengubahan kecuraman
Pengubahan kecuraman
lereng a.secara artifisial
lereng karena peristiwa
alam
FAKTOR PEMICU
Pengubahan lereng oleh manusia seperti pemotongan kaki lereng
oleh galian maupun peristiwa alam seperti erosi sungai pada
tebingnya akan menyebabkan lereng tidak stabil, dapat menimbulkan
perubahan sudut yang melebihi sudut lereng stabil/angle of repose.
Peristiwa longsoran tebing akan dapat terjadi untuk mengembalikan
lereng kepada kemiringan angle of repose.

Pembebanan berlebihan, Jalan khususnya dengan lalu lintas berat


dapat mengakibatkan bertambah beratnya beban pada prisma tanah
lereng, yang akan menimbulkan runtuhnya tebing
Bidang gelincir

Luruhan tebing

Beban timbunan jalan dan lalulintas

Pembebanan berlebihan
KANDUNGAN AIR TANAH
Hujan lebat akan dapat menjenuhkan regolith, mengurangi ikatan
antar butir, mengurangi “angle of repose” sehingga memicu
kejadian longsoran tebing

Jasagun perlu dilengkapi dengan prasarana sistem drainase yang


baik. Sistem drainase ini untuk mencegah air hujan baik dari
atas lereng maupun di atas badan jalan tidak meresap ke
dalam badan jalan dan seterusnya ke dalam prisma lereng.
Kalau hal ini diabaikan, akan terjadi kejenuhan dalam prisma
tanah lereng dan memicu terjadinya longsoran tebing.

Beberapa kejadian longsoran tebing di Indonesia seperti


Banjarnegara Jawa Tengah, dan Manggarai NTT. Terpicu oleh
melonjaknya kandungan air tanah menjadi jenuh oleh resapan
air hujan. Tidak adanya drainase yang membuang resapan ini
ke luar lereng menimbulkan terjadinya longsoran tebing
POTENSI LONGSORAN TEBING
• Dari ekplorasi ditemukan adanya lapisan tanah liat yang
sensitif di bawah tanah yang rentan terhadap getaran.

• Daerah di bawah lereng yang longsor sering ditemukan


ditemukan luruhan bekas longsoran yang lalu yang dapat
menjadi peringatan akan kemungkinan terulangnya
kejadian longsoran di situ.

• Dapat diamati bahwa lereng merupakan tanah lembut yang


bagus untuk pertanian, tapi mudah bergerak oleh
kejenuhan yang terjadi oleh air hujan yang berlebihan
sehingga sebaiknya dihindari untuk pemukiman.

• Pada daerah piroklastik potensi bahaya dapat diduga


sebelum terjadi dan dapat dilakukan pengamatan untuk
memberikan peringatan dini.
PENGARUH IKLIM
Pada musim kemarau: Pada musim hujan :
a. Struktur tanah piroklastik akan cepat a. Lapisan deposit piroklastik akan cepat
kehilangan kelembaban, dengan menyerap hujan yang jatuh untuk mengisi
cepatnya penguapan serta perkolasi akifernya. Apabila intensitas hujan tidak
dan rembesan keluar dari akifer terlalu besar, infiltrasi yang terjadi akan
di dalamnya. Perkolasi dan rembesan merembes keluar pada kaki tebing atau
yang terjadi akan dapat membawa serta terjadi perkolasi ke lapisan lebih bawah,
bebutiran halus sehingga porositas yang dapat membawa pergi bebutiran halus
akan bertambah dan kerekatan sehingga akan mengurangi lebih lanjut
makin mengecil. kerekatan serta menambah porositasnya.
Pada saat terjadi curah hujan yang
b. Pada tanah berat akan terjadi penyusutan intensitasnya tinggi, permukaan akifer akan
volume yang besar yang akan meninggi dengan cepat, dan terjadilah
menimbulkan retakan-retakan pada tekanan hidrostatik besar pada butiran
permukaannya yang akan menjadi jalan tanah sehingga akan terjadi likuefaksi yang
infiltrasi air hujan. membuat longsor tebing.
Pada musim kemarau, banyak vegetasi
penutup tanah, terutama rumput dan b. Lapisan tanah berat yang retak-retak pada
semak belukar akan mati oleh musim kemarau akan bertambah tingkat
menurunnya kelembaban pada lapisan infiltrasinya sehingga pada permulaan
perakarannya, sehingga bekas-bekas akar musim hujan akan cepat jenuh, tetapi
akan menjadi jalan infiltrasi air hujan. kejenuhan ini akan bertahan lama pada
pori-porinya karena tingkat kelolosan airnya
tetap kecil; ini akan berakibat peningkatan
tekanan pori dengan cepat sehingga terjadi
longsor.
JENIS LONGSORAN
1. LONGSORAN KIPAS: 2. LONGSORAN KRUCUT

Longsoran ini terjadi pada tebing yang Longsoran ini terjadi pada
berlereng landai 10 – 100. Material
luruhan akan membentuk endapan di
tebing-tebing yang
kaki tebing, melebar dibawah
mempunyai
membentuk kipas sedimen/delta.
Sedimen berbutir lebih kasar akan sudut lereng 100 - 250
terletak lebih tinggi pada kipas
endapan itu.
jalan jalan

Longsoran kipas Longsoran


Luruhan material akan kerucut
tertimbun pada
Massa luruhan material bergerak turun
dalam rayapan/creep pelahan pada kaki tebing membentuk kerucut.
perioda permulaan yang akan Longsoran dapat terjadi bertahap atau
membuat ruas jasagun disitu amblas; menyeluruh tergantung naiknya kadar
makin lama gerakan longsoran akan kandungan air tanah di situ, dalam
makin cepat waktu yang cepat.
JENIS LONGSORAN
3. LONGSORAN TALUS jalan
terjadi pada tebing-tebing yang
mempunyai kemiringan >250. Disini
material luruhan akan tertimbun pada
kaki tebing, membentuk lereng baru
yang lebih landai; longsoran talus
akan terjadi tiba-tiba dan meliputi
panjang tebing yang cukup besar.
Longsoran talus

Ketiga tipe longsoran dapat terjadi :


a. Pada tebing di atas jalan saja: luruhannya akan menutup
jasagun dan
mengganggu kelancaran lalu lintas.
b. Pada tebing yang menyangga badan jasagun: sebagian atau
seluruh lebar jasagun akan luruh ke bawah sehingga dapat
mengganggu lancarnya lalu lintas atau bahkan memutuskannya.

c. Longsoran terjadi pada tebing atas dan bawah bersamaan


sehingga jasagun akan terputus total.
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN
o Masalah-masalah stabilitas jasagun seperti diuraikan diatas adalah pengelompokan
kasus yang selama ini diamati penulis di pelbagai daerah di Indonesia. Dapat
dilakukan generalisasi bahwa pemicu utama adalah tidak terkendalinya peningkatan
kejenuhan tanah pada tebing-tebing, apakah itu di sebelah atas, atau dimana jasagun
melintas. Hal ini disebabkan kurang diperhatikannya sistem drainase di situ
walaupun juga dibuat bangunan sabo pengaman misalnya tembok penahan, drainase
jalan, tetapi apabila ini ada, pembuatannya biasanya tidak/kurang memperhatikan
persyaratan teknis.
o Untuk memperbaikinya perlu dilengkapinya sistem jasagun minimal dengan sarana
sarana pengaman :
f.

b a

c
d

Sistem pelindung stabilitas jalan sabuk gunung


a. CEVRON DRAIN
Pada tebing atas yang potensial longsor karena tidak/kurang rekat, harus dibuat drainase
untuk dapat meloloskan air tanah dengan baik, disamping -apabila perlu- pembuatan
tembok penahan atau struktur sabo yang lain. Drainase ini dapat dibuat sederhana misalnya
dengan chevron drain dari batu kosong yang dilengkapi filter di bawahnya. Chevron drain
harus cukup dalam dasarnya masuk pada tebing; jarak satu dengan lainnya mungkin dapat
dibuat maksimum 3. 00 m, tergantung dari porositas tanah; apabila diperlukan pembuatan
struktur sabo tipe lain, agar dilengkapi dengan pembuatan lubang-lubang resapan/weep
holes yang cukup banyak misalnya sebuah per 1m persegi luas konstruksi dengan lapis
filter yang sempurna di hulunya. Lebih baik lagi dilengkapi dengan drainase kaki tebing/toe
drain di balik struktur sabo itu.

Pada tebing tanah berat, lubang resapan ini diganti dengan pipa-pipa drainase/bleeder
pipes yang ditanam masuk mencapai slip circle / bidang gelincir untuk mencegah
peningkatan tekanan pori disitu. Kurang cukupnya patusan air tanah dari dalam tebing
yang dilindungi suatu struktur sabo ada kemungkinan bahkan akan memicu ketidak stabilan
tebing karena meningkatnya tekanan air tanah.
Pipa bleeder

Jalan

Bd. gelincir

Chevron drains (dr. depan) Struktur sabo + sistem drainase

Gambar: Sistem drainase pengaman tebing


b. DRAINASE JASAGUN
Arah aliran air tanah &
1 c. bangunan silang berupa permukaan yang harus
2 b. drain. jalan jembatan atau gorong2 dan diatur dg. sistem drain
2 chute karena potensi al
1 melongsorkan tebing
3
3

d. konstr. pengaman kaki tebing dari


erosi sungai

e. &f. Trash rack&sabo dam


4
4

Gambar : Sistem drainase pengaman jalan sabuk gunung terhadap


longsoran

Keempat aliran run-off tadi perlu sekali dievakuasi dengan aman ke dalam suatu
perairan; prasarana evakuasi utama disini adalah parit drainase yang diletakkan
sejajar dengan jasagun untuk menampung: - rembesan dan runoff dari tebing
atas (1&2)
- runoff pada permukaan jalan (3)
- dan mencegah infiltrasi dari keduanya
kedalam tebing di bawah badan jalan (4)
Parit drainase ini sangat memegang peran penting pada stabilitas
jasagun, tetapi sering diabaikan keberadaannya

 Apakah tidak dibuat?


Sehingga aliran-aliran runoff (1) s/d (4) tidak terkendali.
 Apakah kapasitas rencananya terlalu kecil?
Sehingga sering meluap sehingga terjadi runoff di atas badan jasagun (3).
Debit parit dapat diperkirakan dengan metoda Izzard:
q = i*L/3. 6*10^6
q = debit parit per m panjang jalan m3/detik.
i = intensitas hujan rencana dalam mm/jam.
L = lebar jalur di kiri kanan parit yang akan memasukkan runoff kedalamnya.
 Apakah kecepatan alirannya terlalu kecil atau ketahanannya terhadap gerusan dan kekedapan airnya tidak baik?
Pada parit drainase sepanjang jasagun ini akan masuk ke dalamnya guguran bebutiran kerikil, batu serta sampah yang
hanya dapat diangkut pergi oleh aliran yang mempunyai kecepatan cukup tinggi :misalnya s/d 2. 50 m/dt. atau
kemiringan dasar paritnya min. 0. 005 agar parit tidak tersumbat. Kecepatan besar ini menuntut ketahanan parit
terhadap gerusan agar tetap berfungsi baik serta kedap air. Kekedapan air ini perlu dijaga agar tidak terjadi runoff (4)
dibawah badan jalan yang sangat poreus dan mengakibatkan erosi. Parit sepanjang jasagun yang mempunyai
kecepatan aliran besar harus dilapisi dengan lapisan yang cukup kuat dan kedap air misalnya beton tumbuk, pasangan
batu atau beton precast; untuk menetralisasi kecepatan aliran yang terlalu besar, dapat dilakukan penjenjangan dasar
parit, walaupun hal ini dapat menimbulkan bencana pada pemakai jalan.
 Apakah pemeliharaannya tidak diperhatikan?
Perlu dilakukan pemeliharaan rutin terhadap prasarana drainase agar dapat selalu berfungsi mengatur runoff sebaik
mungkin .
c. BANGUNAN SILANG
Lintasan jasagun akan banyak memotong alur-alur drainase alam, sehingga
diperlukan pembuatan bangunan silang untuk meneruskan aliran air
menyeberang di bawahnya. Bangunan-bangunan silang ini dapat berupa
jembatan, atau gorong-gorong yang berada di bawah badan jalan dimana
dimungkinkan air akan memenuhi seluruh tampang lintangnya di saat-saat
debit besar. Bangunan silang harus mempunyai kapasitas aliran yang cukup
besar untuk melewatkan debit rencana dari alur drainase alam dan
tambahan dari parit di sepanjang jasagun yang dicurahkan pembuangannya
ke dalam bangunan silang tersebut. Kecepatan aliran di dalam bangunan
silang pada debit besar akan mempunyai daya gerus yang cukup besar,
apalagi aliran itu akan membawa sedimen hasil erosi dari hulu
Hal ini akan memerlukan perhatian :
• Konstruksi bangunan silang harus cukup mampu menahan
gerusan tersebut agar tidak rusak dan merusak badan jalan.
• Pancaran air pada lepasan di hilir bangunan silang akan
berkecepatan tinggi dengan debit yang cukup besar sehingga
dapat merusak tebing bawah dimana air itu tercurah. Disini
diperlukan suatu konstruksi pelindung yang dapat berupa
chute/got miring yang dibuat dari beton bertulang atau
pasangan batu seperti pada bangunan silangnya, yang akan
langsung menghantarkan aliran air ke dalam alur sungai di
bawah tebing dengan aman.
d. REVETMENT
Konstruksi pengaman tebing sungai sering diperlukan
pada kaki chute/got miring atau pada tempat di mana
kaki tebing di tepi sungai terancam erosi oleh aliran air
sungai.
e. BANGUNAN SABO; f. TRASH TRACK
berfungsi sebagai penghalang debris, baik yang berupa material
luruhan maupun tetumbuhan yang terbawa aliran aliran drainase
alam dari hulu agar tidak menyumbat dan atau merusak bukaan
bangunan silang terutama yang berbentuk gorong-gorong;
penyumbatan yang mungkin timbul oleh kedua jenis debris ini
akan menimbulkan luapan ke atas permukaan jasagun dan
menimbulkan kikisan pada kedua abutment bangunan silang dan
jasagun pada sisi bawahnya untuk kemudian dapat pula
menimbulkan longsoran.
IMPLEMENTASI JASAGUN
PADA JALAN AKSES
BENDUNGAN WAY APU, MALUKU
Bendungan Way Apu merupakan salah satu Proyek Strategis
Negara (PSN). Bendungan Way Apu memiliki volume tamping 50
juta meter kubik yang akan mengairi lahan irigasi seluas 10.000 ha,
untuk air baku 250 m/detik dan listrik sebesar 8 megawatt.
Selain itu, fungsi utama bendungan yaitu sebagai pengendalian
banjir dikarenakan Dataran Way Apu sering mengalami banjir.
Untuk sampai ke lokasi bendungan, di perlukan akses jalan dari
Jalan Utama menuju lokasi bendungan dengan melewati beberapa
bukit dan lembah.
Jalan Sabuk Lintasan Gunung dapat di implementasikan pada Jalan
Akses Bendungan Way Apu
JALAN AKSES
BENDUNGAN WAY APU, MALUKU

Jalan Akses Bendungan Way Apu Bendungan


Way Apu
Jalan Umum

Panjang Jalan Akses Bendungan Way Apu sekita 2,2 km dari Jalan
Umum sampai dengan Bendungan Way Apu. Beda tinggi antara
jalan masuk sampai dengan Bendungan Way Apu adalah 140 meter
dan lebar badan Jalan Akses Bendungan adalah 7 meter.
TIPIKAL JALAN AKSES
BENDUNGAN WAY APU, MALUKU
KONDISI GEOLOGI TEBING
JALAN AKSES BENDUNGAN WAY APU
Endapan Alluvial: Endapan sungai,
dengan bergradasi baik, campuran
terdiri pasir hingga bongkah, pasir 10%,
lumpur <5%, kerikil-kerakal 50%,
bongkah (batuan metamorf) 35%,
membundar-membundar tanggung. Endapan
Alluvial
Batu Skiss: Batuan Segar - Lapuk
Sedang (solid core), nampak mineral Batu
Skiss
memiliki pelapukan kecil, sementasi
baik, mempunyai bidang foliasi sebagai
perlemahan, jika dipukul dengan palu
tidak hancur dan berbunyi nyaring
(clear).
KONDISI GEOLOGI TEBING
JALAN AKSES BENDUNGAN WAY APU

Endapan
Alluvial

Batu
Skiss
PROTEKSI TEBING
JALAN AKSES BENDUNGAN WAY APU
KESIMPULAN DAN SARAN

 Faktor terpenting untuk mempertahankann


stabilitas jasagun adalah terkendalinya aliran air
di sekitar lintasannya, di samping sering
diperlukannya struktur sabo yang sesuai; dengan
demikian sistem drainase pematus tebing serta
pencegah run-off pada permukaan jalan perlu
dibuat dengan perencanaan yang baik, serta
dipelihara agar stabilitas fungsional dan
strukturalnya terjaga.
o Badan jasagun yang berada dibawah tebing atas, pada suatu
intensitas curah hujan yang tinggi akan menampung run-off dari
atas, sehingga pada suatu saat terjadilah aliran melimpasi sisi
jasagun yang dapat menggerus badan jasagun dan
mengakibatkan longsornya badan jasagun ke bawah.

o Pada tempat tertentu menyilang jasagun perlu dibuat bangunan


drainase yang menyilangnya untuk meneruskan air dari
bagian atas ke bawah jasagun. Bila lepasan air dari bangunan
silang ini dibiarkan tercurah ke tebing dibawahnya tanpa
pengamanan, akan dapat mengakibatkan penggerusan tebing
disitu yang dapat bersifat progresif ke kiri, kanan dan keatas
curahan, dan dapat mengakibatkan longsornya jasagun.

o Pada kaki tebing bawah dari jasagun, sering mengalir suatu kali
yang cukup deras kecepatannya. Arah aliran ini pada debit-debit
besar akan dapat menggerus kaki tebing dimana jasagun terletak,
dan menimbulkan longsoran.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai