Anda di halaman 1dari 19

PENYAKIT DIARE

PADA PASIEN
PENDERITA HIV-
AIDS
Kelompok 6 :
Diyah Ayu Retno Sari (201702061)
Farid Muhammad Nur (201702065)
Miranda Maulida Rohmah (201702081)
Pengertian
Diare adalah keadanan frekuensi air lebih besar
dari empat kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada
anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja (Ngastiyah, 1997 : 143).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi dengan
bagian feces tidak terbentuk (Nettina, 2001 : 123).
Jadi diare adalah gejala kelainan pencernaan berupa
buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 x sehari, sehingga
mengacu kehilangan cairan dan elektrolit. Buang air besar
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral


langsung dari penderita diare atau melalui makanan/minuman
yang terkontaminasi bakteri pathogen yang berasal dari tinja
manusia atau hewan atau bahan muntahan penderita dan
juga dapat melalui udara atau melalui aktifitas seksual kontak
oral-genetal atau oral-anal (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasi berdasarkan (Sudoyo Aru, dkk
2009) :
• Lama waktu diare :
Diare akut : Berlangsung kurang lebih 2 minggu
Diare kronis : Berlangsung lebih dari 2 minggu.
• Mekanisme patofisiologi : osmotik atau sekretorik dll
• Berat ringan diare : kecil atau besar
• Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
• Penyebab organik atau tidak : organik atau
fungsional
Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
a. Faktor infeksi
• Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan
yang merupakan penyebab utama diare. Meliputi Infeksi
bakteri, Infeksi virus dan Infeksi parasit.
• Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan
makanan, seperti : otitis media akut (OMA),
bronkopneumonia, dsb. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
• Malabsorbsi karbohidrat
• Pada bayi dan anak yang terpenting dan
tersering intoleransi laktasi.
• Malabsorbsi lemak
• Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
• Makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan.
d. Faktor psikologis
• Rasa takut dan cemas
Manifestasi Klinis
• Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nasfu makan berkurang atau
tidak ada.
• Kemudian disertai diare, tinja cair, mungkin
disertai lendir atau lendir darah.
• Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan
karena bercampur empedu
• Anus dan daerah sektiar timbul lecet karena
sering defekasi dan tinja makin lama makin asam
sehingga akibat makin lama makin asam
sehingga akibat makin banyak asam laktat yang
berasal dari latosa yang tidak di absorbsi oleh
usus selama diare.
Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik
atau hipertonik)
2. Hipokalemia (dengan gejala miteorismus, hipotoni otot,
lemak, bradikardia, perubahan elektrokardiagram).
3. Hipoglikemia
4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus
dan defisiensi enzim laktasi.
5. Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik
6. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika
lama atau kronik).
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan tinja
• Makroskopis mikroskopis
• Ph dan kadar gula dalam tinja
• Biarkan dan resistensi feses (colok dubur)
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-
tanda gangguan keseimbangan asam basa
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk
mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K
Kalsium dan Posfat.
Kasus pada Pasien Diare
Ada seorang pasien bernama Tn. B usia 37 tahun beragama
islam, pasien lahir di kota Madiun pada tanggal 19-03-1982.
Pasien datang ke UGD RSUD Kota Madiun pada tanggal 10-10-
2019 dengan keluhan Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit
perut penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat
adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam. Klien
mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat dingin
dan kadang demam serta tubuh terasa lemah. Ternyata pasien di
diagnosa hiv-aids. Sejak 12 tahun yang lalu pasien mengkonsumsi
obat putaw dengan cara suntik. Karena menggunakan obat
terlarang akhirnya dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Klien
memakai obat karena merasa terpukul akibat ditinggal
menginggal ibunya. Pada saat pengkajian didapat hasil TD :
110/70 mmHg, Nadi : 120 x/ mnt, RR : 22 x/ mnt, Suhu : 37,8 oC,
BB : 40 kg dan pasien tampak lemah, kurus, dan pucat.
Pengkajian Fisik
a. Identitas pasien.
• Nama :Tn. B
• Umur : 37 Tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Suku/bangsa : Jawa/Indonesia.
• Agama : Islam
• Status perkawinan : Belum Menikah
• Pendidikan : SMK
• Pekerjaan : -
• Bahasa yang digunakan : Indonesia
• Alamat : Jl. Diponegoro

b. Alasan masuk rumah sakit


• Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam
keringat dingin dan kadang demam serta tubuh terasa lemah.
• Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut
penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat
adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam.

c. Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :

Pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan


pilek.
• Riwayat kesehatan sekarang :

Sejak 12 tahun yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan


cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya
dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena
merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya. Sejak 1 bulan
yang lalu klien mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang
lalu mencretnya makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-10-
2019, memeriksakan diri ke UGD RSUD Kota Madiun.
• Riwayat kesehatan keluarga :

Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga

yang menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada

penyakit bawaan dalam keluarga klien.


Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat
Kesadaran : Compos Mentis
TTV :
• TD : 110/70 mmHg
• Nadi : 120 x/ mnt
• RR : 22 x/ mnt
• Suhu : 37,8oC
• BB : 40 kg
Head to toe :
• Kepala:
Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan
berbau, Rambut ikal, nampak kurang bersih.
• Mata (penglihatan) • Mulut dan gigi.
Ketajaman penglihatan dapat Ada bau mulut, perdarahan dan
melihat, konjungtiva anemis, refleks peradangan tidak ada, ada karang
cahaya mata baik, tidak gigi/karies. Lidah bercak-bercak
menggunakan alat bantu kacamata. putih dan tidak hiperemik serta
tidak ada peradangan pada faring.
• Hidung (penciuman)
Bentuk dan posisi normal, tidak ada • Leher
deviasi septum, epistaksis, Kelenjar getah bening tidak
rhinoroe, peradangan mukosa dan membesar, dapat diraba, tekanan
polip. Fungsi penciuman normal. vena jugularis tidak meningkat, dan
tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
• Telinga (pendengaran)
Serumen dan cairan, perdarahan • Thoraks
dan otorhoe, peradangan, Pada inspeksi dada simetris, bentuk
pemakaian alat bantu, semuanya dada normal. Auskultasi bunyi paru
tidak ditemukan pada pasien. normal. Bunyi jantung S1 dan S2
Ketajaman pendengaran dan fungsi tunggal. Tidak ada murmur.
pendengaran normal.
• Abdomen
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak
membesar, ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising
usus 14 X/menit.
• Repoduksi
Penis normal, lesi tidak ada.
• Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit,
tetapi cepat lelah. Ektremitas atas kanan terdapat tatoo
dan pada tangan kiri tampak tanda bekas suntikan.
• Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.
Pengkajian Psikologis
Karena klien pernah memakai obat terlarang, klien merasa
ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien merasa sangat
cemas, klien ingin diperlakukan manusiawi. Klien punya kakak di
Bandung, tetapi sudah lama tidak berkomunikasi. Saat klien
didiagnosa hiv-aids, klien tidak percaya dengan kondisinya
sekarang. Klien pernah bermaksud ingin melakukan bunuh diri
dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat merasa tidak berguna
lagi.

Pengkajian Sosial
Sudah sejak 10 tahun yang lalu tidak berkomunikasi dengan
keluarga, saat ayah dan ibunya sudah meninggal dan teman hingga
masyarakat sekitar yang juga mengucilkannya.
Pengkajian Spiritual
• Sepiritul Belief Sistem : Pasien mengatakan beragama islam

• Personal Spirituality : Sebelum pasien memakai obat-obatan terlarang,


pasien melakukan sholat 5 waktu dan rutin mengaji di masjid.

• Implication for medikal care : Selama perawatan pasien tidak


melakukan sholat 5 waktu.

• Terminal events planning : Selama melakukan perawatan perawat dan


pihak rs mendatangkan rohaniawan.

Pengkajian Kultural
a. Pasien lahir di kota madiun
b. Pasien tidak pernah migrasi
c. Bahasa yang digunakan pasien bahasa jawa dan bahasa
indonesia
Peran Perawat
a. Pengkajian Fisik c. Pengkajian Sosial
• Anjurkan untuk menghemat • Libatkan keluarga/orang
energi dengan menerima terdekat untuk bertemu dengan
bantuan dari orang lain klien
• Modifikasi pola aktivitas dan • Berikan edukasi pada
istirahat tetangga/masyarakat untuk
• Beri alat bantu jika dibutuhkan memberi dukungaan kepada
klien
b. Pengkajian Psikologis
• Libatkan keluarga/orang terdekat d. Pengkajian Spiritual
dalam perawatan • Anjurkan klien untuk
• Anjurkan keluarga memberi mendekatkan diri pada Tuhan
dukungan mental dan spiritual • Anjurkan klien untuk melakukan
pada klien
hal positif seperti mengikuti
• Berikan edukasi pada keluarga pengajian, kegiatan sosial (amal)
untuk merawat klien
Terimakasih...

Anda mungkin juga menyukai