Anda di halaman 1dari 20

TEKNIK JALAN RAYA

“PERKEMBANGAN JALAN RAYA “

ANGGOTA KELOMPOK :

1. MUKHLIS MULIAMAR ( 418110127 )


2. PARHAN ALI ( 418110131 )
3. ANGGA ( 418110105 )
PERKEMBANGAN JALAN
• Sejarah Perkembangan Teknologi Jalan Raya
• Definisi Jalan
• Klasifikasi dan Fungsi Jalan
A. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI JALAN

Sejarah perkembangan jalan dimulai dengan sejarah manusia itu sendiri yang selalu
berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan sesame.
Dengan demikian perkembangan jalan saling berkaitan dengan teknik jalan. Seiring
dengan perkembangan teknologi yang ditemukan manusia.

Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa


Indonesia adalah pembangunan jalan Daendles pada zaman belanda yang dibangun
dari anyer di Banten sampai panarukan di Banyuwangi Jawa Timur. Tujuan
pembangunan pada saat itu terutama untuk kepentingan strategi dan dimasa tanam
paksa untuk memudahkan pengankutan hasil bumi.
Pada abad 18 para ahli dari Perancis, Seotlandia menemukan bentuk perkerasan
yang sebagian sampai saat ini umum digunakan di Indonesia dan merupakan awal
dari perkembangan kontruksi perkerasan di Indonesia yang antara lain : kontruksi
perkerasan batu belah (Telford), kontruksi perkerasan macadam.
 
B. DEFINISI JALAN

Dalam Undang Undang Jalan Raya No.38/2004 bahwa :

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

• Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

• Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

• Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan
dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol.
 Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
sekunder.

Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.

Sistem jaringan jalan sekunder merupakan


sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
 Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.

• Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
• Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
• Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
• Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
 Jalan Arteri primer melayani angkutan utama yang merupakan tulang punggung
tranasportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang utama (Pelabuhan
Utama dan atau bandar Udara Kelas Utama).

• Jalan Kolektor I adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar


ibukota propinsi.
• Jalan Kolektor II adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota
propinsi dengan ibukota kabupaten/kota.
• Jalan Kolektor III adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar
ibukota kabupaten/kota.
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,
dengan menghubungkan semual simpul jasa distribusi yang berwujud pusat pusat
kegiatan sebagai berikut :

• Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan


wilayah, pusat kegiatan local sampai ke pusat kegiatan lingkungan;dan
• Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional

System jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah


kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di
dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang
mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi
sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil.
C. KLASIFIKASI DAN FUNGSI JALAN

Berdasarkan Undang – Undang No. 38 tahun 2004 mengenai jalan, maka


jalan dapat diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi jalan, yaitu :

1. Klasifikasi jalan menurut peran dan fungsi,


2. Klasifikasi jalan menurut wewenang, dan
3. Klasifikasi jalan berdasarkan muatan sumbu.
• Klasifikasi jalan umum menurut peran dan fungsinya, terdiri atas :
1. Jalan Arteri

Jalan Arteri Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan antar kota jenjang
kesatu yang berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kedua. (R. Desutama. 2007)

Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan
Arteri Primer adalah :
1)   Kecepatan rencana > 60 km/jam.
2)   Lebar badan jalan > 8,0 m.
3)   Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
4)   Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan
kapasitas jalan dapat tercapai.
5)   Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal.
6)   Jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota.
Jalan Arteri Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer
dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder lainnya atau kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua.

Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan
Arteri Sekunder adalah :
1)   Kecepatan rencana > 30 km/jam.
2)   Lebar jalan > 8,0 m.
3)   Kapasitas jalan lebih besar atau sama dari volume lalu lintas rata-rata.
4)   Tidak boleh diganggu oleh lalu lintas lambat.
2. Jalan Kolektor

Jalan Kolektor Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan antar kota kedua
dengan kota jenjang kedua, atau kota jenjang kesatu dengan kota jenjang ketiga. (R.
Desutama. 2007)
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan
Kolektor Primer adalah :

1)   Kecepatan rencana > 40 km/jam.


2)   Lebar badan jalan > 7,0 m.
3)   Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata.
4)   Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan kapasitas
jalan tidak terganggu.
5)   Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal.
6)    Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki daerah kota.
Jalan Kolektor Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder lainnya atau menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan
Kolektor Sekunder adalah :
1)   Kecepatan rencana > 20 km/jam.
2)   Lebar jalan > 7,0 m.
3. Jalan Lokal

Jalan Lokal Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang ketiga lainnya, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang di bawahnya. (R.
Desutama, 2007)

Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan
Lokal Primer adalah :
1)   Kecepatan rencana > 20 km/jam.
2)   Lebar badan jalan > 6,0 m.
3)   Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa
Jalan Lokal Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, atau kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan.

Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan
Lokal Sekunder adalah :
1)   Kecepatan rencana > 10 km/jam.
2)   Lebar jalan > 5,0 m.
4. Jalan Lingkungan
Jalan Lingkungan adalah merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan lingkungan dengan ciri-ciri seperti pada Tabel 2.1
sebagai berikut :

Ciri-ciri Jalan Lingkungan

• Perjalanan jarak dekat


• Kecepatan rata-rata rendah
• Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang

Tujuan pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum


penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Terdiri atas :
Jalan Nasional
Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional,
serta jalan tol.
Jalan Provinsi
Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primeryang tidak
termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
Jalan Kota
Jalankota, merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota,menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota.

Jalan Desa
Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
• Klasifikasi Jalan Menurut Muatan Sumbu

Jalan Kelas I
Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran panjang tidak
melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10
ton, yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai
dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan
sumbu terberat sebesar 13 ton.

Jalan Kelas II
Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran panjang tidak
melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini
merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas.

Jalan Kelas IIIA


Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter,ukuran
panjang tidak melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
Jalan Kelas IIIB
Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran panjang
tidak melebihi 12 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8ton.

Jalan Kelas IIIC


Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,1
meter, ukuran panjang tidak melebihi 9 meter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.

Anda mungkin juga menyukai