Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Definisi
• Prodrug atau pra-obat, merupakan senyawa obat yang awalnya tidak
aktif, setelah mengalami proses metabolisme di tubuh menghasilkan
metabolit aktif.
• Bersifat labil, berubah melalui proses kimia atau enzimatik, menjadi
senyawa aktif, kemudian berinteraksi dengan reseptor menghasilkan
respons farmakologis.
• Perubahan pra-obat menjadi obat bisa terjadi sebelum, sesaat, atau
bahkan sesudah absorpsi. Hal ini bergantung pada jumlah enzim yang
mengaktifkan senyawa pra-obat tersebut.
Definisi
• Pra‑obat berupa gabungan molekul aktif dengan gugus pembawa,
melalui reaksi esterifikasi, amidifikasi atau dihubungkan dengan
suatu polimer, menghasilkan senyawa dengan sifat lipofilik yang lebih
besar.
• Di tubuh pra‑obat mengalami metabolisme (hidrolisis), terjadi
pemecahan ikatan penghubung, melepaskan molekul aktif dan gugus
pembawa.
Mengapa suatu obat harus dibuat
pra-obat?
• Desain obat menjadi pra-obat ditujukan untuk memperbaiki
kekurangan/cacat dari kandidat obat yang dikembangkan.
• Desain prodrug dipilih apabila kandidat obat yang akan dikembangkan
gagal dalam studi farmakokinetik dan/atau studi praklinis.
• Contohnya, seperti absorpsi yang buruk, waktu paruh yang sangat
pendek atau sangat panjang, high first-pass effect, atau inhibisi off-
target.
Delapan Alasan Pemilihan Prodrug
1. Aqueous Solubility (Untuk meningkatkan kelarutan obat dibuat preparat
injeksi)
2. Absorption & Distribution (Meningkatkan absorpsi obat dalam saluran cerna)
3. Site Spesificity (Pengaturan obat pada tempat yang spesifik dalam tubuh)
4. Instability (Untuk meningkatkan kestabilan obat)
5. Slow or Prolonged Release (Untuk memperpanjang masa kerja obat)
6. Toxicity
7. Poor Patients Acceptibility (Menghilangkan sifat fisik, seperti bau dan rasa,
yang tidak menyenangkan)
8. Formulation Problems
Alasan (1) Kelarutan dalam air
• Berlaku pada obat injeksi.
• Obat dengan rute administrasi injeksi diharuskan memiliki kelarutan
air.
• Apabila senyawa obat yang dikembangkan sangat sukar larut dalam
air, maka penambahan gugus larut-air bisa digunakan sebagai
alternatif.
• Gugus larut-air merupakan suatu gugus fungsi yang akan melepaskan
diri sesaat setelah obat diadministrasi.
Alasan (2) Absorpsi dan Distribusi
• Obat dapat didesain menjadi lipid soluble maupun water soluble,
bergantung pada site of action yang diinginkan.
• Penambahan gugus larut-air maupun larut lemak, bisa dijadikan
alternatif dalam pengembangan prodrug
• Ketika obat sudah ter-absorpsi, gugus-gugus tersebut bisa terlepas
secara enzimatis
Alasan (3) Site Spesificity
• Kekayaan suatu enzim tertentu pada suatu site (jaringan ataupun
organ tertentu), bisa dijadikan alasan suatu desain prodrug.
• Enzim tersebut bisa merubah suatu pra-obat menjadi obat.
• Sehingga, obat bisa secara spesifik pada site tersebut.
HO
H
R'O
H H
R
1. Prodrugs for Increased Water
Solubility
• Senyawa steroid mempunyai kelarutan dalam air rendah, dan untuk meningkatkan kelarutan
dapat dibuat bentuk garamnya.
• Glukokortikoid seperti betametason, prednisolon, metil-prednisolon, hidrokortison dan
deksametason, tersedia dalam sediaan injeksi sebagai pra‑obat dalam bentuk garam ester
disodium fosfat (RO‑PO=3 . 2 Na+) yang mudah larut dalam air, ester fosfat tsb. dihidrolisis dengan
cepat oleh enzim fosfatase menjadi steroid aktif.
• Deksametason bila diinjeksikan dalam bentuk garam fosfat yang mudah larut dalam air, di tubuh
akan terhidrolisis secara cepat melepaskan steroid aktif (t1/2 = 10 menit).
• Ester fosfat oksifenbutazon mudah larut dalam air, bila diberikan secara oral atau intramuskular,
di tubuh akan terhidrolisis dengan cepat dan memberikan kadar oksifenbutazon dalam darah
yang lebih tinggi dibanding senyawa induk, pada dosis yang sama.
O-
CH2O P O -
C=O O -O
CH3 OH -O-P-O
HO O
CH3 N
CH3 O
F N
O
O
catalysis; HO
• consequently, it is distributed as a H
lyophilized (freeze-dried) powder that HO
: Talampisilin
2. Prodrugs for Improved Absorption
and Distribution
• Efek antihipertensi dari asam enalaprilat, penghambat enzim
pengubah angiotensin (Angiotensin‑Converting Enzyme = ACE), telah
dikembangkan dengan mengubah menjadi bentuk ester etil,
enalapril, yang secara oral diabsorpsi lebih baik. Pra‑obat enalapril
pada in vivo dipecah oleh enzim esterase menjadi asam enalaprilat
aktif.
O COO R
C CH NH CH CH2 CH2
N CH3
COOH
Enaprilat ( R = H )
Enalapril ( R = CH 2CH 3 )
3. Prodrugs for Site Specificity
Sulfaguanidin R
C CH2CH2COOH : Suksinilsulfatiazol
O
: Ptalilsulfatiazol
C COOH
O
3. Prodrugs for Site Specificity
• Obat antiradang kortison dirancang digabungkan dengan glikosida, dengan tujuan agar pra‑obat
dapat melepaskan senyawa induk aktif dalam usus besar. Glikosida obat bersifat meruah dan
lebih bersifat hidrofil dibanding senyawa induknya, sehingga menurunkan absorpsi obat dalam
saluran cerna. Di usus besar pra‑obat dihidrolisis oleh enzim glikosidase bakteri, melepaskan
kortison aktif.
CH2O R R
C=O
CH3 H : Kortison
O OH
OH
CH3
CH2
O OH
OH : Pra-obat
O
OH
Glikosida
3. Prodrugs for Site Specificity
b. Mengembangkan lokalisasi selektif obat di sel target
• Jaringan hipoksik (aliran darah <, oksigen <) secara teoritis mempunyai kemampuan lebih besar
untuk melakukan reduksi dibanding daerah yang mengandung oksigen. Pengetahuan ini
digunakan untuk mengembangkan secara rasional sasaran obat pada daerah hipoksik tumor
padat yang sulit dimasuki oleh obat.
• Turunan nitrogen mustar adalah senyawa pengalkilasi yang digunakan sebagai antikanker.
Pemasukan gugus nitro pada posisi para memudahkan senyawa memasuki daerah hipoksid
tumor padat, tetapi senyawa menjadi inaktif. Pada jaringan hipoksik, senyawa aromatik yang
mengandung gugus nitro direduksi menghasilkan senyawa antara yang aktif.
• Kerapatan elektron yang tinggi atom N rantai samping b‑kloretilamin sangat diperlukan untuk
melakukan reaksi alkilasi. Substituen p‑nitro, karena pengaruh efek penarik elektron, akan
menghilangkan kemampuan senyawa pengalkilasi untuk membentuk ion karbonium.
• Reduksi gugus nitro dalam lingkungan hipoksik (menjadi gugus hidroksilamin atau amin) akan
menghilangkan efek penarik elektron, dan kemampuan senyawa untuk membentuk ion
karbonium reaktif akan kembali lagi, sehingga senyawa efektif lagi sebagai antikanker.
NO2 R
H2
R = NHOH / NH2
Mekanisme reaksi alkilasi senyawa nitrogen-mustar
dengan protein sel kanker:
CH2CH2Cl
Cl - CH2CH2Cl CH2CH2Cl
H3C N +
H3C N CH2 H3C N
CH2CH2Cl +
CH2 CH2CH2
+
CH2CH2 CH2 Cl - CH2CH2Cl
+
H3C N H3C N CH2 H3C N
CH2CH2- R CH2CH2- R CH2CH2- R
CH2CH2-R'
R dan R' adalah gugus donor elektron, seperti gugus karboksilat bebas
H3C N dari asam amino protein atau gugus fosfat dan adenil dari asam nukleat
CH2CH2- R
4. Prodrugs for Stability
HOOC
N
HO N=N SO2NH
Sulfasalazin
• Eritromisin mudah dipecah dan menjadi inaktif oleh asam lambung, sehingga diberikan secara
oral sebagai ester yang lebih stabil, seperti ester stearat, estolat, etilsuksinat, asetat dan butirat.
Eritromisin stearat bila diberikan dalam bentuk suspensi diabsorpsi secara cepat oleh saluran
cerna, dan kemudian ester dipecah oleh enzim esterase tubuh melepas eritromisin aktif.
5. Prodrugs for Slow and
Prolonged Release
The utility of slow and prolonged release of drugs is severalfold.
1. It reduces the number and frequency of doses required.
2. It eliminates night time administration of drugs.
3. Because the drug is taken less frequently, it minimizes patient noncompliance.
4. When a fast-release drug is taken, there is a rapid surge of the drug throughout
the body. As metabolism of the drug proceeds, the concentration of the drug
diminishes. A slow-release drug would eliminate these peaks and valleys of fast-
release drugs, which are a strain on cells.
5. Because a constant lower concentration of the drug is being released, it reduces
the possibility of toxic levels of drugs.
6. It reduces gastrointestinal side effects
5. Prodrugs for Slow and
Prolonged Release
• A common strategy in the design of slow-
release prodrugs is to make a long-chain
aliphatic ester or polyethylene glycolated esters
because these esters hydrolyze slowly, and to
inject them intramuscularly
• Haloperidol (R = H) is a potent, orally active
central nervous system depressant, sedative,
and tranquilizer. However, peak plasma levels
are observed between 2 and 6 h after
administration.
• The ester prodrug haloperidol decanoate (R =
CO(CH2)8CH3;) is injected intramuscularly as a
solution in sesame oil, and its antipsychotic
activity lasts for about 1 month
Modifikasi untuk Meningkatkan
Masa Kerja Obat
Gugus‑gugus pada senyawa induk yang mudah dimetabolisis (gugus vulnerabel), akan
memberikan masa kerja yang lebih panjang bila :
1. dilindungi dari serangan metabolik, yaitu dengan menempatkan gugus alkil didekatnya
sehingga efek halangan ruang menjadi lebih besar,
2. diganti dengan gugus lain yang lebih sulit dimetabolisis.
Meningkatkan Efek Halangan Ruang pada
Gugus Vulnerabel
• Prostaglandin, PGF 2a, dimetabolisis dengan cara oksidasi gugus hidroksil C‑15 menjadi keton
yang tidak aktif.
• Analog C‑16‑dimetil mempunyai waktu paro biologis yang lebih panjang dibanding PGF 2a,
karena ada perlindungan terhadap gugus vulnerabel (gugus hidroksil C‑15) oleh gugus metil
disekitarnya.
HO COOH HO COOH
H3C CH3
15
HO HO
OH OH
CH3
O CH2N(CH2CH3)2 : Lidokain
NH C R CH2NHCH2CH3 : Metabolit
CH NH2 : Tokainid
CH3
CH3
Penggantian Gugus Vulnerabel
dengan Gugus yang Lebih Stabil
• Turunan propandiol, seperti mefenesin, mempunyai efek relaksan otot, tetapi tidak dapat
digunakan secara langsung sebagai obat karena dimetabolisis secara cepat dalam tubuh sehingga
masa kerja obat sangat singkat. Penggantian gugus hidroksil yang vulnerabel dengan gugus
ester atau karbamat akan memperpanjang masa kerja obat, seperti pada mefenesin suksinat dan
mefenesin karbamat.
R
CH3
OH H : Mefenesin
OCH2 CH CH2 OR : Mefenesin karbamat
CONH2
H : Kloramfenikol
OH O O
O2N CH CH NH C CH(Cl)2 C (CH2)14CH3 : ester palmitat
CH2O R
O
C CH CH : ester sinamat
8. Prodrugs to Eliminate
Formulation Problems
• Formaldehyde (CH2O) is a flammable, colorless gas with
a pungent odor that is used as a disinfectant. Solutions
of high concentrations of formaldehyde are toxic.
Consequently, it cannot be used directly in medicine.
• However, the reaction of formaldehyde with ammonia
produces a stable adamantane-like solid compound,
methenamine
• In acidic pH media, methenamine hydrolyzes to
formaldehyde and ammonium ions.
• Because the pH of urine in the bladder is mildly acidic,
methenamine is used as a urinary tract antiseptic.
• To prevent hydrolysis of this prodrug in the acidic
environment of the stomach, the tablets are enteric
coated.
• Formaldehid adalah gas tak berwarna yang mudah terbakar, baunya
tidak menyenangkan dan mengiritasi mukosa membran, sehingga
tidak digunakan secara langsung sebagai antiseptik melalui oral
karena menimbulkan efek samping dan toksisitas cukup besar.
• Metenamin, pra‑obat yang dibuat dengan mereaksikan formaldehid
dan amonia, dapat menghilangkan sifat fisik yang tidak diinginkan,
dan berguna untuk antiseptik saluran seni. Pada pH urin (asam),
metenamin melepas secara perlahan‑lahan formaldehid aktif dan
amonia di tubulus ginjal.
N
CH2
N +
CH2 H2C + 6 H 2O + 4 H+ 6 HCHO + 4 NH 4
N N
Metenamin Formaldehid
MECHANISMS OF DRUG ACTIVATION
Bioprecursor Prodrug
1. Oxydative activation
• N- and O-Dealkylation
• Open ring analogs of
benzodiazepines, such as the
anxiolytic drug alprazolam (X
= H; Xanax) and the sedative
triazolam (X = Cl; Halcion),
undergo metabolic N-
dealkylation and
spontaneous cyclization
MECHANISMS OF DRUG ACTIVATION
Bioprecursor Prodrug
• An example of a bioprecursor prodrug
that is activated by O-dealkylation is the
analgesic and antipyretic agent
phenacetin (R = CH2CH3), which owes its
activity to its conversion by O-
dealkylative metabolism to
acetaminophen (R = H; Tylenol)
MECHANISMS OF DRUG ACTIVATION
Bioprecursor Prodrug
• Oxidative Deamination
• Cyclophosphamide (9.90, Scheme
9.22; Cytoxan) emerged as an
important drug for the treatment of a
wide variety of malignant diseases,
cyclophosphamide is a prodrug
requiring an oxidative mechanism
• It is not clear which of the toxic
metabolites, the phosphoramide
mustard (9.93) or the parent nitrogen
mustard (9.95), is responsible for the
therapeutic action
MECHANISMS OF DRUG ACTIVATION
Bioprecursor Prodrug
2. Reductive activation
• Azo reduction
• Sulfasalazine (Azulfidine), which is used in the treatment of inflammatory bowel disease (ulcerative colitis) and
rheumatoid arthritis is reductively cleaved by anaerobic bacteria in the lower bowel to 5-aminosalicylic acid and
sulfapyridine
• 5-aminosalicylic acid is the therapeutic agent, and sulfapyridine produces adverse side effects
5-aminosalicylic sulfapyridine
Prodrug Design
• Particular metabolic transformation may be species specific.
Therefore, a prodrug whose design was based on rat metabolism
studies may not necessarily be effective in humans.
• Typically, a combination of animal studies in vivo and human and
animal cellular studies in vitro might be used to study the conversion
of a candidate prodrug to its active form prior to the ability to test the
prodrug directly in human.
Terima Kasih