Anda di halaman 1dari 20

Gangguan Sistem Muskuloskeletal-Ligament

Devinisi

• Ligamen didefinisikan sebagai


jaringan padat berupa serat
kolagen yang menghubungkan
mengikat antara 2 tulang pada
sendi.
• Bervariasi dalam ukuran, bentuk,
orientasi dan lokasi
• Ligamen dari sistem rangka adalah jaringan ikat padat yang mengikat tulang di
sepanjang sendi. Ligamen berperan penting dalam system neuro-muscular dengan
menyediakan stabilitas pada sendi dan pengiriman umpan balik (feed back) sensory
ke sistem saraf pusat dengan informasi tentang stres, ketegangan, gerakan
sendi,peregangan dan nyeri (Riemann dan Lephart 2002)
Anatomy
• Ligamen memiliki lapisan yang sering diistilahkan ber-vascular lebih, yang
disebut "epiligamen" yang menutupi permukaan ligament tsb dan lapisan ini
sering tidak dapat dibedakan dari ligamentum yang sebenarnya dan menyatu ke
periosteum tulang di sekitar tempat perlengketan ligamen.
• Epiligamen lebih vascular daripada ligamen,
menerima suplai darahnya dari superior medial
geniculate artery dan memiliki saraf sensorik dan
proprioceptive lebih banyak.
• Saraf ini berjalan di dekat pembuluh darah, banyak
lebih dekat ke insersi ligamen pada tulang.
• Pada tingkat mikroskopis, ligamen jauh lebih kompleks, yang terdiri dari sel-sel yang
disebut fibroblast yang dilapisi oleh matriks. Sel-sel ini bertanggung jawab untuk
sintesis matriks dan relatif sedikit jumlahnya dan mewakili persentase kecil dari
volume ligamen total.

Peran Ligament
1. Membantu dalam Stabilisasi Sendi
2. Membatasi Gerakan
3. Mencegah Gerak Berlebihan
4. Memandu gerakan
5. Menahan beban yang diterapkan
Kerusakan Ligament
• Ketika beban cukup besar menyebabkan cedera, kerusakan tergantung pada ;
– Jumlah
– Beban

Mekanisme Cedera
 Cedera terjadi ketika jaringan ligament mendapat beban diluar batas kemampuannya
 Kerusakan microscopic (microfailure) terjadi sebelum batas ketegangan tercapai
 Ketika titik batas ketegangan tercapai maka ligament mulai mengalami ketegangan
secara makro yang merupakan hasil dari gerakan abnormal pada sendi
Suplai darah
• Suplai darah ke ligamen layak untuk diperhatikan secara khusus karena dalam banyak kasus
suplai darah menjadi faktor pembatas/penghambat dalam penyembuhan ligamen yang cedera.
Dibandingkan dengan jaringan lain, ligamen adalah hipovaskular dan suplai darahnya lebih
bagus pada bagian yang dekat dengan perlengketan tulang ; bagian tengah tidak dipasok
dengan baik (Bray et al. 1996)
• Suplai darah ke ligamen datang dari tiga tempat.
– (1) Epiligamen membawa darah di sepanjang ligamen, (2) di mana pembuluh darah
bercabang ke endoligament dan (3) di dalam fasikula.
• Setelah cedera, vaskularisasi meningkat selama sekitar 40 minggu sementara serat ligamen
menjadi tidak teratur. Vaskularisasi yang meningkat memungkinkan terjadinya penyembuhan.
• Keadaan pasca cedera yang terakhir adalah berkurangnya vaskularisasi (dibandingkan dengan
pra-cedera) dengan buruknya organisasi pembuluh pada jaringan parut.
• Ligamen tidak memiliki kemampuan untuk menjaga organisasi pembuluh darah asli,
menyebabkan berkurangnya vaskularisasi dalam tahap penyembuhan kronis, yang mungkin
menjadi penyebab tingkat pengulangan cedera yang lebih tinggi.
Suplai Saraf
• Ligamen membawa dua jenis impuls sensorik kesistem saraf pusat:
1. Mechanoreceptor dan
2. Nyeri

• Mechanoreceptors memberikan sinyal peristiwa mekanik yang terjadi di


jaringan dan memiliki peran penting dalam pola gerakan terkoordinasi.
• Reseptor Ruffini adalah mekanoreptor yang paling umum di ligamen dan
kapsul sendi, sementara yang lain adalah Pacinian, Golgi Tendon organ dan
ujung saraf bebas. Semua reseptor ini memungkinkan sistem saraf pusat untuk
menilai jumlah stress pada sendi dan memperlancar pola kontraksi otot untuk
membantu melindungi sendi selama peregangan. (Riemann and Lephart
2002).
• Ketika ligamen menjadi tegang dan robek maka suplai saraf kehilangan sejumlah
reseptor.
• Hal ini dengan sendirinya dapat merusak sistem saraf perifer dan mencegahnya
bekerja secara akurat dengan sistem saraf pusat.

Pathology
• Perubahan patologis pada ligamen dapat terjadi karena kegagalan struktural dan
fungsional. Setiap ketegangan pada ligamentum dapat menyebabkan
ketidakstabilan sendi jangka panjang.
• Setelah mengalami ketegangan, ligamen tidak sembuh dengan menghasilkan
jaringan yang identik; sebagai gantinya, jaringan parut terbentuk. Jaringan parut
hadir dengan matriks yang tidak rata, lebih kecil dalam diameter serat kolagen,
crosslinking kolagen yang lebih lemah dan kemampuan elastic yang terbatas.
First Degree Sprain ( mild sprain)
• Tenderness,
• Tak ada gerakan yang tidak normal,
• Sedikit atau tak ada bengkak,
• Sedikit perdarahan,
• Sedikit kehilangan fungsi.
• Perubahan patologi yang ada adalah robekan sedikit (minimal) dari ligament

Second Degree Sprain ( moderate sprain)


• Tenderness,
• Ada sedikit gerakan abnormal,
• Ada bengkak,
• Perdarahan,
• Kehilangan fungsi sedang.
Third Degree Sprain ( Severe sprain)
• Tenderness,
• Nampak jelas ada gerakan abnormal
• Ada bengkak,
• Perdarahan lokal
• Kehilangan fungsi.
• Komplikasi yang timbul adalah adanya tendensi pengulangan cidera, menimbulkan
instability dan dapat menyebabkan traumatic arthitis.
• Perubahan patologi yang ada adalah adanya robekan komplet dari ligament

Penanganan
• Studi lain menemukan bahwa aktivitas awal (early activity), akan membuat waktu
penyembuhan lebih pendek, lebih lengkap dan ligamen akan tampak lebih kuat daripada
imobilitas panjang. (Woo et al. 1987; Frank et al. 1992).
• Imobilitas mempengaruhi ligamen pada tingkat sel dengan fibroblas yang muncul tidak
merata.
• Pada kondisi Grade I-II tindakan non operasi merupakan penanganan paling sering
dilakukan (Chen et al. 2008) biasanya berupa 
– Rest (for a limited period),ice, compression and elevation (RICE)  reduce the
inflammation during the acute phase.
– Isometric exercises
– Isotonic exercises
– Proprioceptive training

• Latihan proprioseptif berkonsentrasi sebagian besar pada ekstremitas bawah, terutama


pasca spained ankle. Gagasan di balik ini adalah mempertahankan fungsi saraf
proprioceptive dengan terus menggunakan sendi dalam posisi sedikit melebihi nomal
(challenged position).
• Telah ditemukan bahwa penggunaan latihan proprioceptive rumah tanpa pengawasan
mengurangi tingkat reoccurance pada atlit. (Hupperets et al. 2009)
• Treatment lainnya adalah latihan, yang bertujuan untuk meningkatkan sifat
proprioseptif dari ligamen yang rusak dan untuk memperkuat otot-otot di sekitar
sendi yang terkena. (Olsen et al. 2005).
Parameters Treatment

Pain and inflammation Cryotherapy, TENS, U.S, bandage


NSAID´s.

Joint range Passive or active-assisted mobilization.

Muscle tone Strengthening Muscle

Anda mungkin juga menyukai