Devinisi
Peran Ligament
1. Membantu dalam Stabilisasi Sendi
2. Membatasi Gerakan
3. Mencegah Gerak Berlebihan
4. Memandu gerakan
5. Menahan beban yang diterapkan
Kerusakan Ligament
• Ketika beban cukup besar menyebabkan cedera, kerusakan tergantung pada ;
– Jumlah
– Beban
Mekanisme Cedera
Cedera terjadi ketika jaringan ligament mendapat beban diluar batas kemampuannya
Kerusakan microscopic (microfailure) terjadi sebelum batas ketegangan tercapai
Ketika titik batas ketegangan tercapai maka ligament mulai mengalami ketegangan
secara makro yang merupakan hasil dari gerakan abnormal pada sendi
Suplai darah
• Suplai darah ke ligamen layak untuk diperhatikan secara khusus karena dalam banyak kasus
suplai darah menjadi faktor pembatas/penghambat dalam penyembuhan ligamen yang cedera.
Dibandingkan dengan jaringan lain, ligamen adalah hipovaskular dan suplai darahnya lebih
bagus pada bagian yang dekat dengan perlengketan tulang ; bagian tengah tidak dipasok
dengan baik (Bray et al. 1996)
• Suplai darah ke ligamen datang dari tiga tempat.
– (1) Epiligamen membawa darah di sepanjang ligamen, (2) di mana pembuluh darah
bercabang ke endoligament dan (3) di dalam fasikula.
• Setelah cedera, vaskularisasi meningkat selama sekitar 40 minggu sementara serat ligamen
menjadi tidak teratur. Vaskularisasi yang meningkat memungkinkan terjadinya penyembuhan.
• Keadaan pasca cedera yang terakhir adalah berkurangnya vaskularisasi (dibandingkan dengan
pra-cedera) dengan buruknya organisasi pembuluh pada jaringan parut.
• Ligamen tidak memiliki kemampuan untuk menjaga organisasi pembuluh darah asli,
menyebabkan berkurangnya vaskularisasi dalam tahap penyembuhan kronis, yang mungkin
menjadi penyebab tingkat pengulangan cedera yang lebih tinggi.
Suplai Saraf
• Ligamen membawa dua jenis impuls sensorik kesistem saraf pusat:
1. Mechanoreceptor dan
2. Nyeri
Pathology
• Perubahan patologis pada ligamen dapat terjadi karena kegagalan struktural dan
fungsional. Setiap ketegangan pada ligamentum dapat menyebabkan
ketidakstabilan sendi jangka panjang.
• Setelah mengalami ketegangan, ligamen tidak sembuh dengan menghasilkan
jaringan yang identik; sebagai gantinya, jaringan parut terbentuk. Jaringan parut
hadir dengan matriks yang tidak rata, lebih kecil dalam diameter serat kolagen,
crosslinking kolagen yang lebih lemah dan kemampuan elastic yang terbatas.
First Degree Sprain ( mild sprain)
• Tenderness,
• Tak ada gerakan yang tidak normal,
• Sedikit atau tak ada bengkak,
• Sedikit perdarahan,
• Sedikit kehilangan fungsi.
• Perubahan patologi yang ada adalah robekan sedikit (minimal) dari ligament
Penanganan
• Studi lain menemukan bahwa aktivitas awal (early activity), akan membuat waktu
penyembuhan lebih pendek, lebih lengkap dan ligamen akan tampak lebih kuat daripada
imobilitas panjang. (Woo et al. 1987; Frank et al. 1992).
• Imobilitas mempengaruhi ligamen pada tingkat sel dengan fibroblas yang muncul tidak
merata.
• Pada kondisi Grade I-II tindakan non operasi merupakan penanganan paling sering
dilakukan (Chen et al. 2008) biasanya berupa
– Rest (for a limited period),ice, compression and elevation (RICE) reduce the
inflammation during the acute phase.
– Isometric exercises
– Isotonic exercises
– Proprioceptive training