Anda di halaman 1dari 26

FRAKTUR

TULANG

OLEH :
Dr. S. Sianipar
Pengertian fraktur
• Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa ( R.
Sjamsuhidajat, Wimde Jong, 1997 )

• Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas dari


tulang oleh tenaga yang melebihi kekuatan
tulang ( Seymor I. Schwartz, 2000 ).
Klasifikasi fraktur
 Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :

• Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris


dst).

• Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :

1. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang


atau melalui kedua korteks tulang).

2. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang).
Klasifikasi fraktur
• Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

1. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
2. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
3. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan
tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).

• Berdasarkan posisi fragmen :

1. Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak


bergeser.
2. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
Klasifikasi fraktur
• Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
1. Tertutup
2. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
• Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma
• Garis patah melintang.
• Oblik / miring.
• Spiral / melingkari tulang.
• Kompresi
• Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada
patela.
Klasifikasi fraktur
• Berdasarkan kedudukan tulangnya :

1. Tidak adanya dislokasi.


2. Adanya dislokasi

• Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :

1. Tipe Ekstensi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi


hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
2. Tipe Fleksi:  Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang
lengan dalam posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)
• Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu

1. Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot


2. Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan
otot
3. Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan
pembuluh darah, syaraf otot dan kulit
ETIOLOGI
A. Fraktur akibat peristiwa trauma

Sebagian fraktur disebabkan oleh


kekuatan yang tiba-tiba berlebihan
yang dapat berupa pemukulan,
penghancuran, perubahan pemuntiran
atau penarikan
ETIOLOGI
B.Fraktur akibat peristiwa kelelahan
atau tekanan

Retak dapat terjadi pada tulang seperti


halnya pada logam dan benda lain akibat
tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling
sering dikemukakan pada tibia, fibula atau
matatarsal terutama pada atlet, penari atau
calon tentara yang berjalan baris-berbaris
dalam jarak jauh.
ETIOLOGI
C. Fraktur patologik karena kelemahan
pada tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang


normal kalau tulang tersebut lunak
(misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang
tersebut sangat rapuh.
PATOFISIOLOGI
• Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma.
Hantaman yang keras akibat kecelakaan yang
mengenai tulang akan mengakibatkan tulang
menjadi patah dan fragmen tulang tidak
beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang
tersebut.
PATOFISIOLOGI
• Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi
dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya
karena periost yang melapisi tibia agak tipis,
terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi
kulit sehingga tulang ini mudah patah dan
karena berada langsung di bawah kulit maka
sering ditemukan adanya fraktur terbuka
Manifestasi klinis
1. Nyeri
2. Bengkak/edema
3. Memar/ekimosis
4. Spasme otot
5. Penurunan sensasi
6. Gangguan fungsi
7. Mobilitas abnormal
8. Krepitasi
9. Defirmitas
10. Shock hipouolemik
11. Gambaran X-ray menentukan fraktur
Manifestasi klinis
• Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

• Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada


eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.

• Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas


dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi
satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
Manifestasi klinis
• Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa
dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar
fragmen satu dengan lainnya.
• Pembengkakan dan perubahan warna lokal
pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera
Komplikasi fraktur
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah
telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya,
membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan
terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan
normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan
takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang
disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam
pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada
fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam
pai 80 fraktur tahun.
Komplikasi fraktur
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering
terjadi pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama
karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi
pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi
paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan
lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika
atau necrosis iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh
hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum
banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik
dan vasomotor instability
syndroma
compartement
Pemeriksaan penunjang
• Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan
metalikment. Venogram/anterogram
menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
• Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui :
Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju
endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan
lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P
mengikat di dalam darah
Penatalaksanaan
Fraktur
• Tujuan pengobatan fraktur
Reposisi dengan maksud mengembalikan
fragmen–fragmen ke posisi anatomi.

1. Imobilisasi atau fiksasi dengan tujuan


mempertahankan posisi fragmen–fragmen tulang
tersebut setelah direposisi sampai terjadi union.

2. Penyambungan fraktur (union)

3. Mengembalikan fungsi (rehabilitasi)


Prinsip Dasar Penanganan Fraktur
1. Revive;  Yaitu penilaian cepat untuk mencegah kematian,
apabila pernafasan ada hambatan perlu dilakukan therapi ABC
(Airway, Breathing, Circulation) agar pernafasan lancar.
2. Review;  Yaitu berupa pemeriksaan fisik yang meliputi : look
feel, novemert dan pemeriksaan fisik ini dilengkapi dengan foto
rontgent untuk memastikan adanya fraktur.
3. Repair;  Yaitu tindakan pembedahan berupa tindakan operatif
dan konservatif. Tindakan operatif meliputi : Orif, Oref,
menjahit luka dan menjahit pembuluh darah yang robek,
sedangkan tindakan konservatif berupa pemasangan gips dan
traksi.
4. Refer;  Yaitu berupa pemindahan pasien ke tempat lain, yang
dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak memperparah luka
yang diderita.
5. Rehabilitation; Yaitu memperbaiki fungsi secara optimal untuk
bisa produktif
Proses penyembuhan tulang
1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma;  Pembuluh
darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah
fraktur.
2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler;  Sel-sel yang mengalami
proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih
dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan
terjadi proses osteogenesis.
3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus;  Sel–sel yang
berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan
osteogenik (bersifat menghasilkan/membentuk tulang),
bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago.
4. Stadium Empat-Konsolidasi;  Sistem ini sekarang
cukup kaku dan memungkinkan osteoclast
menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur,
dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-
celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang
yang baru.
5. Stadium Lima-Remodelling;  Fraktur telah
dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat.
Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan
kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan
pembentukan tulang yang terus-menerus
• Ada 3 macam traksi yaitu:

1) Skin traksi
Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
menempelkan plester langsung pada kulit untuk
mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot
pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka
pendek (48-72 jam).
2) Skeletal traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang
cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi,
memutuskan pins (kawat) ke dalam tulang.
3) Maintenance traksi
Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat
diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins.
Prinsip terjadinya union ( penyatuan tulang )
pada penderia fraktur

a.     Dewasa  : Kortikal  3 bulan, Kanselus 6


minggu
b.     Anak-anak  : separuh dari orang dewasa
Prevalensi
• Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki laki
daripada perempuan dengan umur dibawah 45
tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usila
prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada
wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis
yang terkait dengan perubahan hormon.

Anda mungkin juga menyukai