Anda di halaman 1dari 40

REFERAT KANKER SERVIKS

DISUSUN OLEH: KAREN AFIAN


FKUPH
Pembimbing: dr. Toto Imam, SpOG, K. Onk
Pendahuluan
◦Kanker serviks disebabkan oleh HPV (Human Papiloma Virus)
◦Di Indonesia, diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks
terjadi setiap tahunnya, sedang angka kematiannya di perkirakan
7500 kasus per tahun
◦Menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penyakit ini telah
merenggut lebih dari 250.000 perempuan di dunia dan terdapat
lebih 15.000 kasus kanker serviks baru, yang kurang lebih
merenggut 8000 kematian di Indonesia setiap tahunnya.
◦Kasus kanker leher rahim di Indonesia, diperburuk lagi dengan
banyaknya (>70%) kasus yang sudah berada pada stadium lanjut
ketika datang ke Rumah Sakit.
◦Deteksi dini sangat penting dalam hal membantu penemuan
stadium awal kanker serviks.
Tinjauan pustaka
Anatomi
◦Ada dua bagian yang utama dari serviks, pertama adalah
◦Bagian luar dari serviks menuju ostium eksternal disebut ektoserviks
yang dapat dilihat dari dalam vagina secara langsung selama
pemeriksaan ginekologi, dibagian sentral ektoserviks adalah Ostium
Uteri Eksterna (OUE) yang menghubungkan antara rahim dan vagina.
◦Bagian kedua adalah endoserviks atau kanalis endoservikal,
merupakan suatu terowongan melalui serviks dari OUE ke dalam
rongga endometrium.
◦Pasokan darah serviks berasal dari arteri iliaka interna, yang
membentuk uterine arteri.
Histologi
◦Pertemuan epitel
silindris endoserviks
dengan epitel skuamos
eksoserviks disebut
taut skuamokolumnar
(squamocolumnar
junction, SCJ).
◦Selalu berubah jika
terjadi haid, hamil
atau menopause.
◦Sel-sel berubah cepat
dan bisa jadi
abnormal.
Definisi
Kanker (Neoplasma) Serviks Kanker Leher Rahim
Suatu neoplasma, adalah adalah tumor ganas yang
adalah massa bagian dari mengenai lapisan
abnormal jaringan rahim yang permukaan (epitel) dari
yang pertumbuhannya paling leher rahim atau mulut
berlebihan dan tidak sempit, rahim, dimana sel – sel
terkoordinasikan terhubung permukaan (epitel)
dengan pertumbuhan ke fundus tersebut mengalami
jaringan normal serta uteri oleh penggandaan dan berubah
terus demikian uterine sifat tidak seperti sel yang
walaupun rangsangan isthmus. normal. Kanker serviks
yang memicu berkembang secara
perubahan tersebut bertahap, tetapi progresif
telah berhenti. Selmutasisel displastik
= displasia. Displasia
Etiologi
◦HPV dibagi menjadi 2 yaitu virus tipe low-risk (resiko rendah) dan
high-risk (resiko tinggi) yang dihubungkan dengan resiko keganasan.
◦ HPV tipe low-risk (resiko rendah).
◦Tipe low-risk cendrung menyebabkan tumor jinak meskipun
kadangkala dapat menyebabkan kanker antara lain kanker anogenital
yaitu tipe 6, 11, 42, 43, 44, 54, 61, 70, 72, dan 81
◦ HPV tipe high-risk (resiko tinggi)
◦Tipe high-risk (resiko tinggi) cenderung menyebabkan tumor ganas
yaitu tipe 16, 18, 31, 33, 34, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 66, 68 dan
82. Infeksi persisten HPV-16, HPV-18, HPV-31, HPV-45 sering
menyebabkan kanker serviks.9
Faktor predisposisi
Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan histopatologi :
◦ CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia), perubahan sel-sel abnormal lebih
kurang setengahnya. Berdasarkan pada kehadiran dari dysplasia yang dibatasi
pada dasar ketiga dari lapisan cervix, atau epithelium (dahulu disebut dysplasia
ringan). Ini dipertimbangkan sebagai low-grade lesion (luka derajat rendah).
◦ CIN 2, perubahan sel-sel abnormal lebih kurang tiga perempatnya,
dipertimbangkan sebagai luka derajat tinggi (high-grade lesion). Ia merujuk pada
perubahan-perubahan sel dysplastic yang dibatasi pada dasar duapertiga dari
jaringan pelapis (dahulu disebut dysplasia sedang atau moderat).
◦ CIN 3, perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel dengan luka derajat tinggi
(high grade lesion). Ia merujuk pada perubahan-perubahan prakanker pada sel-
sel yang mencakup lebih besar dari duapertiga dari ketebalan pelapis cervix,
termasuk luka-luka ketebalan penuh yang dahulunya dirujuk sebagai dysplasia
dan carcinoma yang parah ditempat asal.
FIGO DESKRIPSI KATEGO
RI TNM
  Tumor primer tidak dapat diasses TX
  Tidak ada bukti tumor primer T0
0 Karsinoma insitu (preinvasive carcinoma) Tis
I Karsinoma terbatas pada serviks T1
IA Karsinoma hanya dapat diagnosis secara mikroskopis T1a
IA1 Invasi stroma dalam <3 mm dan lebar <7mm T1a1
IA2 Invasi stroma dalam 3-5 mm dan lebar <7 mm T1a2
IB Secara klinis, tumor dapat diidentifikasi pada serviks atau T1b
massa tumor lebih besar dari IA2
IB1 Secara klinis lesi ukuran <4 cm T1b1
IB2 Secara klinis lesi ukuran > 4 cm T1b2
II Tumor telah menginvasi uterus tapi tidak mencapai 1/3 distal T2
vagina atau dinding panggul
IIA Tanpa invasi parametrium T2a
IIB Dengan invasi parametrium T2b
III Tumor invasi sampai dinding pelvis dan atau menginfiltrasi T3
sampai 1/3 distal vagina dan atau menyebabkan hidronefrosis
atau gagal ginjal
IIIA Tumor hanya menginfiltrasi 1/3 distal vagina T3a
IIIB Tumor sudah menginvasi dinding panggul T3b
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rectum dan T4a
atau menginvasi keluar dari true pelvis
Patofisiologi
Manifestasi klinis
◦ Fase awal: umumnya tidak bergejala
◦ Keadaan lebih lanjut: Perdarahan setelah bersenggama
◦ Keadaan lebih lanjut: pengeluaran cairan kekuningan kadang bercampur darah dan
berbau sangat busuk dari liang senggama.
◦ Rasa nyeri di daerah pinggul atau di ulu hati dapat disebabkan oleh tumor yang
terinfeksi atau radang panggul.
◦ Rasa nyeri didaerah pinggang dan punggung dapat terjadi karena terbendungnya
saluran kemih sehingga ginjal menjadi membengkak (hidronefrosis) atau karena
penyebaran tumor kelenjar getah bening di sepanjang tulang belakang (para aorta).
◦ Keadaan lebih parah: perdarahan yang tidak teratur (metrorhagia), lama kelamaan
akan menyebabkan perdarah diluar siklus menstruasi ataupun diluar post senggama
yaitu adanya perdarahan spontan
◦ perdarahan dari saluran kemih dan rectum dapat disebabkan oleh penyebaran
rectum ke kandung kemih dan rectum
◦ kurus, anemia, malaise, nafsu makan hilang, gejala uremia, syok dan dapat sampai
meninggal dunia.
Diagnosis
◦Anamnesis
◦Perdarahan abnormal dari liang senggama
◦Bercak kekuningan yang encer diikuti dengan bau amis dapat
merupakan tanda-tanda keganasan
◦Pasien dapat mengeluh bercak vagina yang berbau, penurunan
berat badan, dan obstruksi (sumbatan) dalam berkemih
◦]Kanker sudah menyebar ke panggul maka nyeri punggung dapat
terjadi diikuti dengan hambatan dalam berkemih serta
hidronefrosis (pembesaran ginjal)
◦Gejala kandung kemih maupun rektum hematuria, hematoschezia,
fistula dapat berhubungan dengan penyebaran ke kandung kemih
serta rektum pada tumor invasif.
◦Pemeriksaan fisik:
◦Pasien mengeluh adanya perdarahan abnormal dari vagina
ataupun pasca senggama, sakit saat kencing dan sekret yang
berbau
◦Porsio eksofitik/ ulseratif dan mudah berdarah
◦Proses eksofitik atau ulserasi di vagina
◦Nodul di parametrium
◦Pembesaran KGB regional
◦ Pemeriksaan Penunjang:
◦ Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
◦ Pemeriksaan Pap Smear
◦ Pemeriksaan DNA HPV
◦ Biopsi
◦ Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
◦ Tes Schiller
◦ Radiologi
◦ Pelvic limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran
pelvic atau paraaortik limfe
◦ Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut,
yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal.
Tergantung lokasi & ukuran tumor, stadium, usia,
Tatalaksan KU dan perencanaan untuk hamil lagi

a
Pencegahan
◦Vaksinasi
Pencegahan
◦Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan sebelum melakukan
pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut:
◦Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan sebelum
menstruasi sebelumnya karena darah dan sel dari dalam rahim
dapat mengganggu keakuratan hasil pap smear.
◦Pasien harus memberitahukan sejujur-jujurnya kepada petugas
mengenai aktivitas seksualnya.
◦Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum
pengambialn bahan pemeriksaan. penggunaan tampon, pil vagina,
ataupun mandi berendam dalam bath tub, selama 24 jam sebelum
pemeriksaan, untuk menghindari ‘kontaminasi’ ke dalam vagina
yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan.
◦Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh dilakukan
dalam 24 jam sebelumnya.
◦Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang
pemeriksaan pap smear.
Persiapan Pasien Persiapan alat
Melakukan informent Menyiapkan alat untuk
concent. pemeriksaan Pap Smear
Menyiapkan lingkungan (hanscun, speculum (cocor
sekitar Pasien, tempat tidur bebek), spatula ayre yang
ginekologi dan lampu sorot. telah dimodifikasi, lidi kapas
Menganjurkan klien atau cytobrush, objek glass,
membuka pakaian bagian botol khusus berisi alkohol
bawah. 95%, cytocrep atau hair
Menganjurkan klien spray, tampon tang, kasa
berbaring ditempat tidur steril pada tempatnya,
ginekologi dengan posisi formulir permintaan
litotomi pemeriksaan sitologi pap
smear, lampu sorot, waskom
berisi larutan klorin 0,5%,
tempat sampah, tempat tidur
ginekologi, sampiran.
Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan
metode tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk kering
dan bersih.
Memakai APD (Jas Laboratorium, sarung tangan ,dan masker)
Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
Melakukan vulva higyene.
Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda
infeksi.
Memasang speculum dalam vagina sehingga tampak jelas
vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus, dan kanalis
servikalis
Periksa serviks apakah normal atau tidak.
Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung
spatula yang berbentuk lonjong, apus sekret dari seluruh
permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan dengan
mengerakkan spatel ayre searah jarum jam, diputar melingkar
o
◦ Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas, yaitu:
◦ Kelas I : tidak ada sel abnormal. Lakukan pemeriksaan ulang 1 tahun
kemudian.
◦ Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya
keganasan. Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang disertai:
◦ Kuman atau virus tertentu.
◦ Sel dengan kariotik ringan.
◦ Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya. Bila
ada erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.
◦ Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan
sampai sedang.
◦ Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat. Biasanya dilakukan
tindak lanjut sebagai berikut:
◦ Dilakukan biopsi.
◦ Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih dalam diambil 3 sediaan.
◦ Rujuk untuk biopsi konfirmasi.
◦ Kelas V : keganasan. Dilakukan tindak lanjut seperti pada kelas IV.
INSPEKSI VISUAL
dengan
ASAM ASETAT
 Non (IVA )
–invasif
 Mudah-murah
 Di Puskesmas
 Hasil langsung
 Sensitivitas,spesifisitas
memadai

Timbul Bercak putih


setelah dipulas dengan asam
asetat
Program Skrining Oleh WHO :
1.Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40
tahun
2.Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun
pada usia 35-55 tahun
3.Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada
usia 35-55 tahun
4.Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun
pada wanita usia 25-60 tahun.
5.Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau
sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
  Pelaksanaan Screening IVA
Syarat Mengikuti Test IVA Untuk melaksanakan skrining
Sudah pernah melakukan dengan metode IVA,
hubungan seksual dibutuhkan tempat dan alat
Tidak sedang datang sebagai berikut:
bulan/haid Ruangan tertutup, karena
Tidak sedang hamil pasien diperiksa dengan posisi
24 jam sebelumnya tidak litotomi.
melakukan hubungan seksual Meja/tempat tidur periksa
  yang memungkinkan pasien
berada pada posisi litotomi.
Terdapat sumber cahaya untuk
melihat serviks
Spekulum vagina
Asam asetat (3-5%)
Swab-lidi berkapas
Sarung tangan
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur
yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan kaki
melebar).
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang
cukup.
4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien
secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya.
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher
rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat
dilihat.
7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat
kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan
CARA MEMBUAT ASAM
ASETAT
◦CUKA DAPUR (mengandung
asam asetat 25%)
◦ASAM ASETAT (3-5%)
◦Untuk membuat asam asetat
5% dengan cara mengambil
1 bag. cuka dapur + 4
bag. air
◦Untuk membuat asam asetat
3% dengan cara mengambil
1 bag. cuka dapur + 7 bag.
air
TAMPILAN I V A II. TAMPILAN I V A +
Tampak Bercak putih (Aceto
I. NORMAL White Epithelium)

III. KANKER SERVIKS  Invasif


Prognosis
◦Umur penderita
◦Keadaan umum
◦Tingkat klinik keganasan
◦Ciri histologik sel tumor
◦Kemampuan tim yang menangani
◦Sarana pengobatan yang ada
Kesimpulan
◦Deteksi dini sangat penting dalam hal penatalaksanaan kasus
kanker serviks. Diharapkan dengan deteksi dini kanker
serviks, angka mortalitas dikarenakan kanker serviks akan
berkurang.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai