Riwayat
Focus pada riwayat nyeri pasien dapat menentukan kajian
selanjutnya. Tanyakan adanya nyeri yang beradiasi dan adanya
perubahan posisi tubuh atau gerakan tubuh yang dapat
mempengaruhi nyeri. Pertimbangan lainnya :
1. Anoreksia
2. Kolik – nyeri abdomen local, nyeri tajam, dan nyeri semakin
meningkat bahkan sampai puncak
3. Identifikasi kapan terakhir BAB terutama untuk pasien usia
lanjut dan pasca- oprasi.
4. Tentukan riwayat medis masa lalu yang berkaitan seperti
riwayat oprasi di daerah abdomen dan mengidap penyakit
menular.
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital
1. Takikardia dan hipotensi dapat menjadi indicator kekurangan
volume atau sepsis.
2. Takipnea dan penurunan saturasi oksigen dapat menunjukkan
proses infeksi akut
3. Demam menunjukkan adanya infeksi tetapi tidak selalu tanda
tersebut muncul.
Prosedur Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dasar, termasuk hitung darah lengkap
dan panel metabolic lengkap,dilakukan secara rutin.
Direkomendasikan pemeriksaan amilase dan lipase secara
bersamaan pada pasien dengan nyeri epigastric.
TABEL 28- 1 POLA NYERI ABDOMEN DAN KEMUNGKINAN
PENYEBABNYA
Nyeri Difusi Nyeri Epigastrik Kuadran Kiri Atas
Gastroenteritis akut Gastroenteritis akut Gastritis atau UPD
Sickle sel kritis PUD Pneumonia lobus kiri bawah
DKA GERD Infrak atau ruptur spleen
Peritonitis AAA Leukemia, mononucleosis
IBS Viscus perforasi Kolik renal kiri ,
Obstruksi usus Pankreatitis akut Pyelonephritis
Konstipasi Miokard infark akut Herpes zoster
Intervensi Terapeutik
3. Pusatkan pasien, pasang NGT, dan mulai istirahatkan kerja usus.
4. Pasang akses intervensi, ganti cairan dan elektrolit sesuai
indikasi
5. Berikan nalgestik, antiemetic, dan antibiotic yang telah di
resepkan
6. Antisipasi perlunya intervensi bedah
Gastroentritis Akut
Gastroentritis akut dapat di sebabkan oleh bakteri, virus, atau
kimia. Pasien dapat ditemukan dengan kondisi dehidrasi, pasien
dengan umur yang sangat muda atau orang tua,rentang
mengalami hipovelemia.
Intervensi Terapeutik
6. Tetapkan akses intra vena ( lakukan pemasangan infus ) untuk
menggantikan cairan dan elektrolit seperti di yang
direkomendasikan.
7. Berikan anti mual
8. Fasilitasi terapi untuk pengontrol nyeri jika diperlukan
9. Sebagian besar gastroenteristis ialah dapat sembuh sendiri.
Apendistis
Apendistis terjadi ketika ada sumbatan pada lumen appendix yang
mengakibatkan penurunan suplai darah, yang jika tidak diobati,
dapat berkembang menjadi nekrosis, perporasi, dan peritonitis.
Intervensi Trapeutik
4. Pertahankan pasien untuk puasa
5. Lakukan pengkajian ulang pada perut
6. Dapatkan akses IV dan mulai penggantian volume cairan
7. Berikan analgestik parenteral dan antiemetic yang diperlukan
8. Berikan antibiotic spectrum luas secara Iv
9. Siapkan pasien untuk kemungkinan dilakukan intervensi bedah
Gastroesophageal Reflux Disease dan Esofagitis.
Gastroesophageal Reflux Disease( GERD) terjadi ketika refluks sekresi
lambung kembali ke essofagus dan menyebabkan gejala : mungkin
berhubungan dengan adanya cedera mukosa esophagus atau
esophagitis. Esofagitis mungkin juga diakibatkan dari infeksi, radiasi,
atau menelan zat kaustik seperti asam kuat atau alkali.
Intervensi
1. Kaji jalan nafas dan pernapasan
2. Modifikasi gaya hidup seperti penurunan berat badan,
menghindari makanan yang dapat mengendurkan sfingter
esophagus bagian bawah
3. Lakukan beberapa tindakan untuk meminimalkan refluks
termaksud menggangkat kepala tempat tidur dan menghindari
volume besar makan atau minuman ,terutama sebelum tidur.
4. The “GI cocktail” (campuran dari antacid cair,lidokain kental,dan
antikolinegik seperti Donnatal elixir),30 mL secara oral,pada
intervensi awal.
5. Thrapi termasuk antacid,penghematan pompa proton (PPI),atau
histamine (H2) blockers.
Pendarahan Saluran Pencernaan Bagian Atas
Pendarahan saluran pencernaan bagian atas adalah kondisi yang
berpotensi mengancam jiwa. Penyebab paling umum dari
pendarahan saluran pencernaan bagian atas non-variceal adalah
duodenum dan ulkus lambung,erosi lambung, sindrom Mallory-
Weiss , dan esophagitis.
Intervensi Terapeutik
7. Airway manajemen dengan melakukan intubasi edotrakel pada
pasien dengan pendarahan aktif.
8. Dapatkan akses IV dengan IV kateter ( dengan lumen ) yang
berukuran besar,dan mulailah penggatian volume.
9. Pasang NGT untuk menggosongkan dan dekompresi abdomen
dan untuk mengindentifikasi karakteristik aspirasi
10.Lavage dengan es atau saline dengan suhu ruangan tidak lagi
dianjurkan
11.Trasfusi darah dapat dimulai pada pasien yang tingkat
hemoglobin kurang dari 7 g/ Dl.
12.Antisipasi terapi endoskopik untuk mengontrol area perdarahan.
Penyakit Ulkus Peptikum
Penyakit ulkus peptikum ditandai dengan adanya kondisi area
mukosa yang mengalami peradangan dan ulserasi. Ada tiga jenis
ulkus yang berhunbungan dengan penyakit ulkus peptikum :
duodenum, Lambung, dan stress ulcer.
Intervensi Terapeutik
3. Kebanyakan pasien dengan peptic ulcer stabil dan dapat
ditangani secara rawat jalan dengan kombinasi obat
penghambat-asam dan antibiotic.
4. Standar dosis H2 bloker atau inhibitor proton untuk
mempromosikan penyembuhan ulkus.
5. Jika pasien positif dengan H. pylori, therapy antibiotic seperti
clarithromycin dan amoxicillin dianjurkan.
6. Pengguanaan NSAID harus dihentikan.
Sindrom Mallory-Weiss
Sindrom Mallory-Weiss adalah diakibatkan dari muntah yang parah
dan muntah/ vomiting tidak sinkron dengan regurgitasi
lambung.Muntah terus-menerus menyebabkan kerusakan mukosa
yang memanjang di persimpangan gastroesophageal ( kardia
lambung)
Intervensi Terapeutik
4. Dapatkan akses IV dan obat antimetik yang diperlukan.
5. Siapkan pasien untuk endoskopi untuk perbaikan perdarahan
pada pembuluh.
6. Balloon tamponade harus di hindari kecuali upaya lain telah
gagal atau tidak tersedia.
Perdarahan Varices Esofagus
Vena portal mengalir sekitar 1500 mL/ menit darah dari usus,
limpa, dan lambung, ke hati. Obstruksi aliran vena ini (sering kali
dari penyakit hati atau sirosis) meningkatkan tekanan vena portal
dan menyebabkan pembuluh darah kolateral untuk terbentuk
antara perut dan vena sistemik dibagian bawah esophagus.
Tanda dan gejala
1. Pasien mungkin memiliki riwayat penyakit hati (sirosis),
hipertensi portal, atau asupan alcohol kronis
2. Tanda-tanda perdarahan GI bagian atas dan syok hipovolemik.
Prosedur diagnostic
1. Tes laboratorium adalah sebagai berikut:
2. Panel koagulasi darah
3. Fungsi hati
4. Pemeriksaan pencitraan / imaging meliputi:
5. Endoskopi saluran pencernaan atas
6. USG Abdomen atau CT scan
Intervensi Terapeutik
7. Pengobatan terapeutik berfokus pada pengelolaan perdarahan
syok hipovolemik hemoragik
8. Masukkan NGT memiliki risiko rupture esophagus secara tidak
sengaja dan perdarahan dan harus dilakukan secara hati-hati.
9. Terapi farmakologis menggunakan somatostatin atau octreotide
10.Endoskopi untuk injeksi skleroterapi
11.Tekanan langsung melalui balon tamponade hanya digunakan
secara terapi farmakologis atau endoskopi telah gagal.
Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan akut atau kronis pada kandung empedu,
biasanya dihasilkan dari dampak batu pada leher kandung empedu atau
pada saluran sistik.
Intervensi terapeutik
5. Hemodinamik pasien yang tidak stabil akan membutuhkan
resusitasi cairan yang agresif pada syok hipovolemik
6. Kembalikan kondisi koagulopati apapun
7. Kolonoskopi mungkin melibatkan thermal coagulation atau
vasokonstriktor atau agen sclerosing.
Irritable bowel syndrome (sindrom iritasi usus)
Sindrom iritasi usus ditandai dengan adanya nyeri pada bagian
abdomen dan perubahan fungsi usus tanpa kelainan structural atau
biokimia, ini mungkin dapat menjadi sebuah pengecualian diagnosis.
Syndrome iritasi usus memilikitiga komponen: perubahan pada
motilitas saluran pencernaan (GI), hyperanalgesia visceral, dan
psikopatologi.
Intervensi terapeutik
5. Gejala ringan dapat dikelola secara rawat jalan dengan diet
cairan bening dan antibiotic spectrum luas.
6. Cairan IV untuk Rehidrasi yang diperlukan.
7. Rawat inap dan amanajemen yang agresif akan diperlukan jika
infeksi atau peritonisis muncul.
Obstruksi Esofagus
Penyebab paling umum dari obstruksi esophagus pada anak-anak adalah
benda asing yang tertelan. Obstruksi pada orang dewasa biasanya karena
bolus tuang atau makanan.
Tanda-dan gejala
1. pasien mengeluh “ada sesuatu yang terjebak” di tenggorokan.
2. Riwayat menelan benda asing, terutama jika pasien anak-anak, mungkin
tidak ada.
3. Kesulitan menelan.
4. Mengeluarkan air liur.
5. Subkutan emfisema pada leher dapat tampak jika terjadi perforasi pada
esophagus.
Prosedur diagnostic
Radiografi pada dada dan leher dapat dilakukan.
Intervensi terapeutik
1. Kompromi jalan napas merupakan perhatian utama
2. Berikan Glukagon IV, untuk merelaksasi otot polos dan
membantu untuk meloloskan benda asing.
3. Posisikan secara tepat pasien dengan duduk tegak untuk
memfasilitasi keluarnya benda asing.
4. Esophagoscopy untuk menghilangkan benda asing.
5. Jika objek tidak memiliki tepi yang tajam dapat masuk
kedalam abdomen, biasanya berproses terus melalui usus
tanpa kesulitan.
Terima kasih