Anda di halaman 1dari 22

Kehidupan Berbangsa

dan Bernegara
HG 6
1. Persatuan
2. Kerukunan
3. Islam dan Toleransi
4. Kerukunan Umat Beragama Dengan Pemerintah
Persatuan
• Persatuan adalah gabungan (ikatan, kumpulan dan sebagainya)
beberapa bagian yang sudah bersatu. Dalam persatuan itu bisa saja
banyak hal yang berbeda seperti perbedaan agama, suku bangsa,
bahasa daerah, adat istiadat, dsb bersatu dalam suatu wadah
• Wadah itu bisa berupa organisasi, kumpulan pada suatu lembaga
pendidikan, pada suatu wilayah umpamanya tingkat RT, Kelurahan,
Kecamatan, dan bisa dalam satu negara. Contoh persatuan adalah apa
yang kita pupuk dan kembangkan secara terus menerus di negara kita
Indonesia ini
• Firman Allah:
• Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua;
agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu,maka sembahlah Aku
(QS.21:92).
Kerukunan
• Bermacam-macam suku, golongan, bahasa, etnis, ras, kulit, adat
istiadat manusia merupakan salah satu bentuk dari tanda-tanda
kekuasaan Allah. Hal tersebut ditegaskan dalam QS. 30 (Al-Rum) : 22
yang artinya :

• "Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah menciptakan langit


dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi orang-orang yang mengetahui" (QS.30:22).
Islam dan Toleransi
• toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk menerima
kenyataan adanya orang lain yang berbeda
• Menurut Wabste’s New Amarica Dictionary, arti toleransi adalah liberty
toword the option others, patients with other (memberikan kebebasan
(membiarkan) pendapat orang lain berlaku sabar menghadapi orang lain).
• Toleransi diartikan memberikan tempat kepada pendapat yang berbeda.
Pada saat bersamaan sikap menghargai pendapat yang berbeda itu
disertai dengan sikap menahan diri atau sabar. Oleh kerena itu, diantara
orang-orang yang berbeda pendapat harus memperlihatkan sikap yang
sama, yaitu saling menghargai dengan sikap yang sabar
• Persamaan kata toleransi dalam bahasa Arab adalah kata tasamuh.
• Anjuran toleransi dalam Al-Qur’an antara lain:
1. Manusia diciptakan oleh Allah mulanya dari satu pasang kemudian
berkembang biak dan dijadikannya bersuku-suku dan berbangsa-bangsa,
agar satu sama yang lain saling kenal mengenal, dan berlomba
meningkatkan ketakwaannya kepada Allah. Karena kemuliaan yang hakiki
disisi-Nya adalah orang yang paling bertakwa. Firman Allah dalam QS. 49
(Al-Hujurat) : 13 menegaskan, yang artinya: "Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnnya orang yang paling mulia diantara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu,
Seungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS.49:13).
2. Tidak boleh dan tidak seyogyanya seseorang atau satu golongan
manusia menghina, mencela, mencemooh memperolok-olok orang
lain. Boleh jadi yang dicemooh lebih baik dari yang mencemooh,
seperti yang diingatkan oleh Allah dalam QS. 49 (Al-Hujurat) : 11 yang
artinya :"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan
pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita yang lain (karena boleh
jadi) wanita-wanita yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita
(yang mengolok-olok)”(QS.49:11)
3. Dalam kehidupan beragama tidak boleh memaksa orang lain untuk
mengikuti agama yang dianutnya. Dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 256 Allah
mengingatkan yang artinya : "Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS.2:256).
4. Sekalipun Allah telah menurunkan agama Islam sebagai agama yang
benar dan agar umat manusia mengimaninya, tetapi Allah memberi
kebebasan kepada umat manusia sebagai pertanggungjawaban pribadi,
apakah ia mau beriman kepada Allah atau mau kufur kepada-Nya. Hal
tersebut ditegaskan dalam QS. 18 (Al-Kahfi) : 29 yang artinya: "Dan
katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami
telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek" (QS.18:29).
Kerukunan Umat Beragama
Dengan Pemerintah
• Dalam QS. 4 (Al-Nisa’) : 59 secara tegas Allah memerintahkan
mentaati Ulil Amri disamping taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan
firman-Nya yang artinya:"Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS.4:59).
• Pemerintah adalah orang yang diberikan amanah, kepercayaan untuk
memimpin agar tercipta kehidupan yang harmonis, yang aman, yang sejahtera,
yang dilindungi oleh Allah sebagaimana digambarkan dalam QS. 34 (Saba’) : 15
yang artinya:
• "Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
(kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang
baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun"(QS.34:15).
• Program-program Pemerintah tidak akan dapat berjalan dengan baik kalau tidak
didukung oleh rakyat. Begitu pula sebaliknya, keinginan dan usaha rakyat juga
tidak akan membuahkan hasil dengan baik kalau tidak didukung oleh
Pemerintah. Karena itu diperlukan kebersamaan antara rakyat dengan
Pemerintah untuk menciptakan kehidupan yang aman, sentosa, makmur, dan
memperoleh ampunan Allah.
Pengembangan Budaya, Seni,
dan Iptek Berdasar Ajaran
Agama Islam
• Iptek: Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui
tangkapan panca indra, intuisi dan firasat sedangkan, ilmu adalah
pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan
diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji
kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu
berarti kejelasan, oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya
mempunyai ciri kejelasan.
• Dalam Al-Qur’an, ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan
dan obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Dalam kajian
filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu
seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis,
sedangkan orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis.
• Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-
prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad
SAW. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S. Al-A’laq: 1-5).
• Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang
budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil
penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi
juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu
teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi
kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), teknologi diartikan sebagai
“kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan
berdasarkan proses teknis”.
Seni
• Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa
berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan
bentuk-bentuk yang indak atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda
ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala
macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra adalah buku atau pedoman
bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk didalamnya apa yang sekarang
disebut seniman. Memang dahulu belum ada perbedaan antara seniman
dan tukang. Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi
belum ada dan seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat
kolektif. Yang demikian ini ternyate tidak hanya terdapat di India dan
Indonesia. Juga terdapat di Barat pada masa lampau.
• Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah
ars, artes, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu
ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes
berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran;
artista adalah anggota yang ada didalam kelompok-kelompok itu. Ars
inilah yang kemudian berkembang menjadi I’arte (italia), I’art (Perancis),
Elarte (Spanyol), dan Art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinyapun
berkembang sedikit demi sedikit kearah pengertiaannya yang sekarang.
Tetapi di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain, orang Jerman menyebut
seni dengan Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari kata
lain walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa Jerman juga
menyebut dengan istilah die Art yang berarti cara, jalan, atu modus, yang
juga dapat dikembalikan pada asal mula pengertian dan kegiatan seni,
namun demikian die Kunst-lah yang di angkat untuk istilah tersebut
Seni Dalam Konsep Islam
• Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan
keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan
jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia
memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya.
Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di
atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada
baginya sedikit pun retak-retak?” [QS 50: 6].
• Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi
Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda:“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya
terbetik sifat sombong seberat atom.” Ada orang berkata,” Sesungguhnya
seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi bersabda,”
Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong
adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).
Konsep Islam tentang
Kebudayaan
• Koentjaraningrat misalnya, mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan
dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari
hasil budi dan karya. Ia juga menyatakan bahwa terdapat unsur-unsur universal
yang terdapat dalam semua kebudayaan yaitu, salah satunya adalah sistem religi.
Pandangan di atas, menyatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan
• unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat berubah dan agama merupakan unsur
yang paling sukar untuk berubah. Ketika Islam diterjemahkan sebagai agama (religi)
berdasar pandangan di atas, maka Islam merupakan hasil dari keseluruhan gagasan
dan karya manusia. Islam pun dapat pula berubah jika bersentuhan dengan
peradaban lain dalam sejarah. Islam lahir dalam sebuah kebudayaan dan
berkembang (berubah) dalam sejarah. Islam merupakan produk kebudayaan. Islam
tidaklah datang dari langit, ia berproses dalam sejarah
• Menurut Amer Al-Roubai, Islam bukanlah hasil dari produk budaya Akan
tetapi Islam justru membangun sebuah budaya, sebuah peradaban.
Peradaban yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi tersebut dinamakan
peradaban Islam. Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk
meletakan Islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat
membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang berasal dari
Islam pula
• Islam adalah sebuah agama hukum (religion of law). Hukum agama
diturunkan oleh Allah SWT, melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw., untuk dilaksanakan oleh kaum Muslimin tanpa kecuali,
dan tanpa dikurangi sedikitpun. Dengan demikian, watak dasar Islam adalah
pandangan yang serba normatif dan orientasinya yang serba legal formalistik.
Islam haruslah diterima secara utuh, dalam arti seluruh hukum-hukumnya
dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat pada semua tingkatan
• Secara umum konsep Islam berangkat dua pola hubungan yaitu hubungan
secara vertikal yakni dengan Allah SWT dan hubungan dengan sesama
manusia. Hubungan yang pertama berbentuk tata agama (ibadah), sedang
hubungan kedua membentuk sosial (muama- lah). Sosial membentuk
masyarakat, yang jadi wadah kebudayaan
• Konsep tersebut dalam penerapannya tidak terlepas dari tujuan
pembentukan hukum Islam (baca: syari’at) secara umum, yaitu menjaga
kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat
• Lebih spesifik lagi, tujuan agama ialah selamat diakhirat dan selamat
ruhaniah dunia, sedang tujuan kebudayaan adalah selamat di dunia saja.
Apabila tidak dilaksanakan, terwujud ancaman Allah SWT, hilang kekuasaan
manusia untuk mewujudkan selamat di akhirat. Sebaliknya apabila
mengabaikan hubungan sosial berarti mengabaikan masyarakat dan
kebudayaan. Maka hilanglah kekuasaan untuk mewujudkan selamat di
dunia, yang di bina oleh kebudayaan
• Dari segi persentase, jumlah nas yang bersifat ta’abbudî (menjelaskan masalah ibadah)
jauh lebih sedikit daripada yang bersifat ta’aqqulî (menjelaskan tentang muamalah),
karena bentuk yang kedua inilah yang menjadi dasar bagi hukum Islam untuk mengatur
masyarakat.Ini dimaksudkan agar manusia dapat melakukan interprestasi atau ijtihad
untuk menjawab permasalahan yang mereka hadapi dan supaya manusia dapat
memilih dan memikirkan alternatif- alternatif yang lebih cocok dengan perkembangan
zaman, sehingga manusia tidak mengalami kesulitan dalam mengamalkannya
• Jadi Islam mempunyai dua aspek, yakni segi agama dan segi kebudayaan. Dengan
demikian, ada agama Islam dan ada kebudayaan Islam. Dalam pandangan ilmiah, antara
keduanya dapat dibedakan, tetapi dalam pandangan Islam sendiri tak mungkin
dipisahkan. Antara yang kedua dan yang pertama membentuk integrasi. Demikian
eratnya jalinan integrasinya, sehingga sering sukar mendudukkan suatu perkara, apakah
agama atau kebudayaan. Misalnya nikah, talak, rujuk, dan waris. Dipandang dari
kacamata kebudayaan, perkara-perkara itu masuk kebudayaan. Tetapi ketentuan-
ketentuannya berasal dari Tuhan. Dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
menaati perintah dan larangan-Nya. Namun hubungan manusia dengan manusia, ia
masuk katagori kebudayaan.
• Konsep Islam tersebut secara umum termaktub dalam al-Qur’an, yang
merupakan sumber pertama dan utama. Ayat yang pertama turun adalah
perintah untuk membaca. Membaca artinya memahami makna yang
dibacanya, dan yang ini berarti penggunan akal pikiran
• Sehingga dipahami bahwa al-Qur’an mendorong pengunaan akal pikiran dan
pengembangan secara maksimal. Hal ini ditegaskan oleh hadits Nabi
Muhammad saw. “al- dinu huwal aqlu la dina illa man aqala lahu”. Karena itu
agama Islam adalah agama yang rasional yang dibutuhkan oleh
masyarakat/bangsa untuk mewujudkan suatu kebudayaan
• Kebudayaan itu tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang digariskan oleh ad-dîn,
yaitu kemanusiaan. Kemanusiaan itu merupakan hakikat manusia (bersifat
statis). Kemanusiaan itu sama saja dahulu, sekarang, dan akan datang. Tetapi
perwujudan kemanusiaan yang disebut aksidensi itu tumbuh, berkembang,
berbeda dan diperbaharui. Perubahan demi perubahan terus terjadi, namun
asasnya tetap, yaitu asas yang dituntun, ditunjuki, diperingatkan dan
diberitakan oleh al-Qur’an dan al-Hadits.

Anda mungkin juga menyukai