Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Terkini
(CPOB: 2006)
1
c-GMP = current Good Manufacturing Practices
TUJUAN
Adanya jaminan terhadap khasiat, keamanan & mutu obat
produksi industri farmasi Indonesia
Upaya Pemerintah (Badan POM) untuk meningkatkan
kemampuan Industri Farmasi Indonesia sesuai dengan
Standard Internasional agar lebih kompetitif baik untuk pasar
domestik maupun untuk pasar eksport
Mendorong industri farmasi Indonesia agar lebih efisien dan
fokus dalam pelaksanaan produksi obat, termasuk pemilihan
fasilitas produksi yang paling feasible untuk dikembangkan
2
Sejarah CPOB di Indonesia
1969 WHO Konsep “Good Practices in Manufacture
and quality Control of Drug”
1971 Penerapan CPOB secara sukarela
1988 Pedoman CPOB Edisi 1, dikeluarkan & mulai
penerapannya
1989 – 1994 Batas waktu pemenuhan CPOB
1990 Sertifikasi CPOB
2001 Pedoman CPOB Edisi 2
2004 Addendum IV, GMP for Human Blood & Blood
Products
2005 Draft Pedoman CPOB Edisi 3 (c-GMP)
2006 Finalisasi Pedoman CPOB Edisi 3 (c-GMP)
2007 Batas waktu pemenuhan c-GMP
2009 Petunjuk Operasional Penerapan CPOB:2006
2010 Suplemen I 2009 Pedoman CPOB: 2006
2011 Aneks 8: Pedoman Cara Pembuatan Bahan Baku
Aktif Obat yang Baik
3
CPOB Terkini (CPOB: 2006)
- Pedoman & Petunjuk
Operasional Penerapan (POP) -
4
Pendahuluan
LANDASAN FILOSOFI
Mutu obat tidak hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,
tetapi yang sangat penting adalah bahwa mutu obat HARUS
DIBENTUK KE DALAM (built in) produk tersebut.
Untuk menjamin mutu suatu obat TIDAK CUKUP HANYA
mengandalkan pada suatu pengujian tertentu saja (mis. Hanya
produk akhir). Namun SELURUH PROSES harus dikendalikan
dan dipantau secara cermat
Mutu suatu Obat tergantung pada :
Bahan awal dan Bahan Pengemas
Proses Pembuatan dan Pengawasan Mutu
Bangunan/sarana produksi
Mesin dan Peralatan
Personalia yg terlibat dalam pembuatan obat
CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi syarat yg telah ditetapkan,
dan sesuai dgn tujuan penggunaannya.
CPOB mencakup Produksi dan Pengendalian Mutu
5
Aspek CPOB Terkini (CPOB: 2006)
1. Manajemen Mutu
2. Personalia
3. Bangunan dan Sarana Penunjang
4. Peralatan
5. Sanitasi dan Higiene
6. Produksi
7. Pengawasan Mutu
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan
Kembali Produk dan Produk Kembalian
10. Dokumentasi
11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
12. Kualifikasi dan Validasi 6
Bab 1. Manajemen
Mutu
7
Quality Management
Prinsip:
Industri Farmasi Memberikan Jaminan Khasiat,
Keamanan dan Mutu Produk yang dihasilkan agar sesuai
dengan tujuan penggunaannya.
Diperlukan Manajemen Mutu yang didesain secara
menyeluruh dan diterapkan dengan benar.
Manajemen Mutu merupakan suatu aspek fungsi
manajemen yg menentukan dan mengimplementasikan
Kebijakan Mutu,
Kebijakan Mutu, adalah pernyataan formal dan tertulis
dari manajemen puncak suatu industri farmasi, yang
menyatakan arahan dan komitmen dalam hal mutu produk.
8
Quality Assurance (QA)
QA (Quality Assurance) adalah suatu konsep yang luas yang
mencakup semua aspek yang secara kolektif maupun individual
mempengaruhi mutu, dari konsep design hingga product
tersebut ditangan konsumen
(all aspect that collectively or individually influence product quality from
design concept to consumer use)
9
Quality Control(QC)
Pengawasan mutu (QC)
Bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian yang diperlukan
dan relevan telah dilakukan dan bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dapat
dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan
memenuhi syarat.
10
Pengkajian mutu produk
Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala
terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor untuk
membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan
awal, bahan pengemas dan obat jadi, untuk melihat trend dan
mengidentifikasi perbaikan yang biasanya dilakukan tiap tahun
dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan kajian ulang
sebelumnya.
11
Bab 2.
Personalia
12
Personalia
Syarat Personnel yg terlibat dalam pembuatan Obat:
Sehat, dibuktikan dgn pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
pada saat perekrutan dan dilakukan secara berkala, terutama
untuk personalia yg bekerja di bagian produksi, pengawasan
mutu (QC), petugas kebersihan, dan teknisi dari mulai
karyawan biasa hingga tingkat manajerial
Kualified dan berpengalaman,
Personnel Kunci :
Kepala bagian Produksi
Kepala bagian Pengawasan Mutu
Kepala bagian Penjaminan Mutu
Masing-masing harus “independen” (tdk saling bertanggung jawab),
diberi kewenangan penuh dan sarana yg memadai untuk dpt
melaksanakan tugasnya secara efektif
Jumlah personnel memadai
13
Personnel Kunci
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah:
14
Pelatihan
Seluruh Personil yang oleh karena tugasnya harus berada di area Produksi,
Gudang dan Laboratorium HARUS mendapat pelatihan
Program & materi Pelatihan disiapkan oleh masing-masing Kepala Bagian
dan dikoordinasikan oleh QA Manager
Program Pelatihan mencakup :
Materi umum
CPOB Dasar (mikrobiologi dan higiene perorangan)
CPOB Spesifik (terutama untuk yg bekerja di bagian produksi steril)
Pemahaman semua PROTAP, Metode Analisa, dan prosedur lain
Pengetahuan mengenai sifat bahan/produk, cara pengolahan dan pengemasan
Harus dibuat “Catatan Pelatihan” untuk setiap karyawan
15
Materi Pelatihan
Materi Umum:
Pengenalan Perusahaan : Sejarah perusahaan, Struktur Organisasi,
Peraturan/Tata Tertib Pabrik, dll
Pengenalan Produk
Uraian Tugas Karyawan ybs.
Pengenalan Pabrik/tempat kerja
CPOB Dasar
Kekhususan industri farmasi
Higiene Perorangan : Pakaian kerja & kelengkapan (masker, tutup kepala,
sarung tangan, dsb.), Cuci tangan, Ketika sakit, dsb.
Kebersihan secara umum
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K-3)
P3K
Penanganan Bahan Berbahaya
Penanggulangan Kebakaran
Pelatihan Khusus (misal penanganan produk steril, penisilin, dll)
Pelatihan di Tempat
Pelatihan Tambahan
16
Bab 3. Bangunan &
Fasilitas
17
Persyaratan Lokasi
Industri
Bebas banjir dan rembesan air
Farmasi
Tidak ada sumber pencemaran lingkungan, misalnya tidak
berdekatan dengan sumber cemaran baik mikroorganisme
maupun kimia seperti tempat timbunan sampah, rumah sakit,
pasar, industri kimia
Tidak mencemari lingkungan sekitar, misalnya berada di
daerah pemukiman padat penduduk, dsb.
Mudah terjangkau oleh sarana transportasi.
(Khusus untuk industri yang berorientasi eksport harus dekat
dengan sarana pelabuhan untuk kegiatan eksport/import,
misalnya bandara atau pelabuhan laut)
Tersedia sarana dan prasarana, misalnya Sumber Energi/
Listrik, sumber Air dan saluran pembuangan limbah
18
Bangunan Industri Farmasi
Bangunan memiliki perlindungan terhadap :
Cuaca
Banjir
Rembesan air tanah
Binatang pengerat dan serangga
Desain, Tata letak dan lay out
Principle of Minimum Distance
Principle of Flow of Goods/ Zoning System
Principle of Flow of Process
19
Contoh Ruang Produksi
Memenuhi ketentuan
Tidak Memenuhi
ketentuan
x
Lantai Lantai Mixer
Tervalidasi
Mixer (Kneader)
Tidak dapat di validasi
20
Rumah lampu DINDING
Bola lampu PLAFOND
PLAFOND PLAFOND
Penutup lampu
LANTAI
21
DINDING HOSPITAL SHAPE
LANTAI
22
Pipa & Saluran Udara
23
Bab 4. Peralatan
24
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat memiliki
rancang bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang
memadai serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu
yang dirancang bagi tiap produk obat terjadi secara seragam
dari batch ke batch serta untuk memudahkan pembersihan
dan peralatannya.
25
DESAIN DAN KONSTRUKSI
Bahan inert yang digunakan untuk bagian peralatan yang bersentuhan dengan
bahan awal, produk antara atau produk ruahan antara lain adalah:
BAHAN UMUMNYA DIGUNAKAN UNTUK
(a) baja tahan karat AISI 304 - peralatan atau bagian peralatan yang tidak bersentuhan
(American Iron and Steel Institute 304) langsung dengan bahan atau produk
yang mengandung antara lain krom 18-20 - produk kering atau serbuk yang tidak bereaksi dengan
% dan nikel 8-12 % logam/baja tahan karat.
(b) baja tahan karat AISI 316 atau 316 L - pengolahan dan pengisian produk steril dan non steril;
(L=low carbon) mengandung antara lain - sistem pemipaan untuk air murni dan air untuk injeksi.
krom 16 - 18 %, nikel 10 - 14 % dan
molibdenum 2 – 3 % dengan atau tanpa
elektropolis
(c ) gelas (juga untuk pelapis) - pengolahan bahan baku yang bereaksi terhadap baja
tahan karat
(d) lain-lain, misalnya politetrafluoroetilen -pengolahan bahan baku yang bereaksi dengan bahan
(PTFE); polypropylene (PP); di butir (a), (b), (c) tersebut di atas, tetapi tidak bereaksi
polyvinylidenedifluoride (PVDF); dan dengan PTFE, PP, PVDF dan perfluoroalkoxy
perfluoroalkoxy.
(e) uPVC (unplasticized polyvinylchloride) -untuk peralatan pengolahan air yang belum dimurnikan
misal : tabung penukar kation-anion dan pelunak air.
(f) bahan inert lain:
- silicon,
- chrome alloy 26
Persyaratan Peralatan (GMP Compliance)
Rancang Bangun :
Sederhana, tapi sesuai dgn tujuan penggunaan, mudah dibongkar,
dan dipasang kembali sebelum dan setelah dibersihkan
Tidak ada bagian yang tidak terjangkau pada pembersihan
Tidak ada bagian yang menahan sisa produk atau larutan pencuci
Tidak berkarat dan tidak mudah tergores
Pencucian
Lap bebas serat
Mesin penghisap debu (jangan menggunakan udara bertekanan/
compressed air)
Sikat nylon (tidak boleh pake ijuk)
X X
27
Pemasangan & Penempatan
Dalam satu ruangan hanya boleh ada satu atau satu set peralatan untuk
satu produk
Pipa-pipa harus diberi tanda yang jelas, termasuk arah aliran
Peralatan Utama Harus diberi Nomor Pengenal, antara lain :
Mesin Pengaduk
Alat pengering
Mesin Pencetak tablet
Mesin penyalut
Mesin Pengemas strip
Perawatan
Harus ada “Jadwal Perawatan Berkala” yang tertulis dan disetujui
untuk mencegah malfungsi atau pencemaran
Bahan pendingin, pelumas dan bahan kimia yg digunakan harus
dievaluasi dan diuji
“Log book” berisi tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor
bets atau lot yang diolah
28
Bab 5. Sanitasi &
Higiene
29
Sanitasi & Higiene
DEFINISI
Sanitasi : Pengendalian higiene terhadap proses produksi,
termasuk bangunan, peralatan dan penanganan bahan
Sanitasi menitik beratkan pada Bangunan & Peralatan
Higiene Perorangan :
Kewajiban tiap personil mengamati peraturan mengenai
kesehatan kerja,
Pemeliharaan dan perlindungan kesehatan personil,
Pengawasan higiene terhadap proses pembuatan obat yang
harus diterapkan oleh personil.
Higiene menitik beratkan pada Personnel
30
Sanitasi & Higiene
MEMADAI ? BERSIH, TERANG
SEGAR, KERING
31
WC & Kamar
Mandi
PERHATIKAN SABUN
DAN ALAT PENGERING
ADA SEMACAM
RUANG ANTARA 32
Cara Cuci Tangan
33
Poster Cuci Tangan
35
PRODUKSI
Produksi dilaksanakan dengan prosedur yang telah ditetapkan
yang senantiasa dapat menjamin produk obat yang memenuhi
spesifikasi yang ditentukan.
1. Bahan awal
2. Validasi Proses
3. Pencemaran
4. Sistem penomoran batch dan lot
5. Penimbangan dan Penyerahan
6. Pengembalian
7. Pengolahan
8. Bahan dan produk kering
36
BAHAN BAKU &
ALUR BAHAN PENGEMAS
PRODUKSI
BELUM SEDIAAN
PRODUK ANTARA PENGOLAHAN
SUDAH SEDIAAN
PENGEMASAN SEKUNDER
OBAT JADI
37
GUDANG
BAHAN
AWAL &
Pengemas
38
1. BANGUNAN
BAHAN AWAL & a. Kelas : grey / kelas E / 100.000
BAHAN PENGEMAS b. Mempunyai landasan timbang yang kokoh ( meja beton )
c. Dilengkapi sarana cuci alat dan dust extractor
d. Cukup luas untuk kegiatan penimbangan
PENIMBANGAN 2. PERALATAN
a. Mempunyai alat timbang (kg, g) dan alat ukur yang telah
dikalibrasi
b. Alat pengambil bahan terbuat dari bahan yang tidak
memberikan cemaran atau bereaksi dengan bahan yang
ditimbang atau ditakar
PENGOLAHAN c. Mempunyai sarana pembersih yang sesuai dan tidak membe-
rikan cemaran terhadap bahan yang ditimbang atau ditakar
( Sebaiknya mempunyai pengisap debu / vaccum cleaner )
3. ADMINISTRASI
PENGEMASAN Mempunyai catatan dari setiap pernimbangan atau pengukuran
(log book)
4. TENAGA PENIMBANG
a. Mempunyai kecakapan / pelatihan yang cukup
OBAT JADI b. Dilakukan oleh 2 orang (penimbang dan pemeriksa)
39
BAHAN AWAL &
BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGOLAHAN
PENGEMASAN
OBAT JADI
40
BAHAN AWAL &
BAHAN PENGEMAS • Timbangan
terkalibrasi
• Dilakukan
oleh 2 orang
PENIMBANGAN
Ruang Staging
PENGOLAHAN
PENGEMASAN
OBAT JADI
41
BAHAN AWAL &
BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGOLAHAN (PROCESSING)
(non-steril)
PENGEMASAN
OBAT JADI
42
BAHAN AWAL &
BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGOLAHAN
PENGEMASAN
OBAT JADI
43
Pengemasan &
Penandaan
Kesalahan terbanyak di industri farmasi Pengemasan
Kesalahan di bagian Pengemasan sangat sulit dideteksi
Dapat berakibat FATAL
Anggapan: Pengemasan BUKAN bagian yang penting,
sehingga pengawasan sering diabaikan
44
Sistem Pengemasan &
Penandaan
Pengecekan label, penggunaan
label, penyimpanan label dan
rekonsiliasi
Pelaksanaan pengemasan
Protap dan Dokumen Pengemasan
Validasi Proses Pengemasan
Proses terkendali dan dipantau
Tidak ada sisa produk lain (line
clearance)
Penandaan bets dan kadaluwarsa
Perhitungan pemakaian vs hasil
(rekonsiliasi)
45
Bab 7. Pengawasan
Mutu
46
Prinsip Dasar
Pengawasan Mutu (Quality Control/QC) merupakan bagian
essensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
Pengawasan Mutu TIDAK TERBATAS pada kegiatan
laboratorium, tapi juga terlibat dalam SEMUA KEPUTUSAN yg
terkait dengan mutu produk
Bagian Pengawasan Mutu HARUS independen (tidak tergantung)
dengan Bagian Produksi dan merupakan bagian dari Sistem
Manajemen Mutu (Quality Management System) dalam upaya
menjamin SETIAP produk yang dihasilkan
47
Quality Control
Tugas utama Dept. QC adalah :
Memastikan bahwa bahan awal untuk produksi obat memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian,
kualitas dan keamanannya
pemeriksaan bahan awal
Memastikan bahwa tahapan-tahapan proses produksi obat telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
Pengawasan selama proses Produksi (In Process Control/IPC)
Memastikan bahwa semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan
laboratorium terhadap suatu batch obat telah dilaksanakan dan batch
tersebut memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan
Evaluasi prosedur produksi dan pengkajian catatan produksi
Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu
peredaran yang telah ditetapkan
Program stabilitas
49
Bab 8. Inspeksi Diri &
Audit Mutu
50
Inspeksi diri dan Audit
Definisi : Mutu
Inspeksi diri pada dasarnya adalah cara untuk mengkaji kembali secara
obyektif seluruh tata kerja diri sendiri dari setiap aspek yang mungkin
berpengaruh pada jaminan mutu (Quality Assurance)
Tujuan :
Mengetahui kekurangan (cacat), baik yang kritis, berdampak besar maupun
berdampak kecil kemudian menetapkan cara-cara yang efektif untuk
mencegah dan memperbaikinya.
Pelaksanaan :
Harus ada protap
Team inspeksi diri
Anggota minimal 3 orang yang berpengalaman dan memahami CPOB
Penanggung jawab : QA Manager
Frekuensi : minimal 1 x dalam setahun
Setelah dilakukan inspeksi diri harus dibuat Laporan Inspeksi Diri, yg
mencakup hasil inspeksi diri, evaluasi dan kesimpulan serta saran tindak
perbaikan
Tindak lanjut
51
Audit Mutu
Digunakan sebagai pelengkap program inspeksi diri
Meliputi sebagian atau semua bagian manajemen mutu
Umumnya dilaksanakan oleh
spesialis dari luar atau
52
POP CPOB 2006 : Tingkat kekritisan temuan
Tingkat Kekritisan Terdiri dari antara lain
Kritis (C) Pencemaran silang bahan atau produk.
Adalah kekurangan yang memengaruhi Produk steril diletakkan terbuka di
mutu obat dan dapat mengakibatkan reaksi daerah non-aseptis.
fatal terhadap kesehatan konsumen sampai Air Murni atau Air untuk Injeksi
kematian. tercemar.
Salah penandaan.
Karyawan yang belum terlatih bekerja
di daerah pengisian steril/aseptis.
53
Bab 9.
Penanganan Keluhan
Terhadap Produk,
Penarikan Kembali
Produk dan Produk
Kembalian
54
Penarikan kembali obat jadi berupa penarikan kembali
satu atau beberapa batch. Hal ini dilakukan bila ada produk yang
menimbulkan efek samping atau masalah medis lainnya yang
menyangkut fisik, reaksi-reaksi alergi, efek toksik.
Penanganan keluhan dan laporan hendaknya dicatat dan
secepatnya ditangani kemudian dilakukan penelitian dan evaluasi.
Tindak lanjut dilakukan berupa tindakan perbaikan, penarikan
obat dan dilaporkan kepada pemerintah yang berwenang.
55
Bab 10.
Dokumentasi
56
Dokumentasi
DEFINISI
Seluruh prosedur, instruksi dan catatan yang berhubungan dengan
proses pembuatan obat.
Guna dokumentasi
1. Merupakan bagian dari sistem manajemen mutu dalam c-GMP
2. Memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan
jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakan
3. Menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch / lot produk
sehingga menjamin ketelusuran
4. Sebagai bahan pertimbangan tentang mutu produk yang dibuat
57
Dokumentasi
Jenis dokumentasi
1. Prosedur tetap (SOP = Standard Operating Procedure)
2. Spesifikasi (bahan baku, pengemas, produk jadi)
3. Catatan Pengolahan Batch/Catatan pengemasan Batch
(batch processing records)
4. Identifikasi (kode/penomoran protap, peralatan, batch)
5. Penandaan (status ruangan, mesin, label bahan baku,
karantina, rejected)
6. Protokol & Laporan Kualifikasi/Validasi
7. Dokumen registrasi
8. Catatan Kalibrasi, Pemantauan kondisi lingkungan ruang
produksi
58
Bab 11.
Pembuatan dan Analisis
Berdasarkan Kontrak
59
Dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman yang
dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan
mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara
pemberi dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas
menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-
masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas
prosedur pelulusan tiap bets produk yang menjadi
tanggung jawab kabag pemastian mutu (QA).
60
Bab 12. Kualifikasi dan
Validasi
61
Definisi :
Validasi
Suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap
bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu
akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten
(terus-menerus)
Pengertian :
Validasi adalah :
- Tindakan Pembuktian Dokumentasi
- Dengan cara yg sesuai Metode
- Bahan, Proses, Prosedur, kegiatan, dll Obyek
- Dalam Produksi & Pengendalian Mutu Ruang Lingkup
- Senantiasa mencapai hasil yg diinginkan
secara terus menerus Sasaran/target
62
Jenis-jenis Validasi
1. Validasi (Kualifikasi) Mesin dan Peralatan
– Design Qualification (DQ)
– Installation Qualification (IQ)
– Operational Qualification (OQ)
– Performance Qualification (PQ)
2. Validasi Metode Analisa
3. Validasi Proses Produksi
- Prospective Validation
- Concurrent Validation
- Retrospective Validation
4. Validasi Proses Pengemasan
5. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)
63
Validasi Proses
Pengemasan 64
Apa yang harus divalidasi ??
1. Kemasan Strip/Blister
Jumlah tablet yg dikemas vs jumlah tablet yang dihasilkan
Penandaan (No. Batch, Mfg. Date, Exp. Date) pada blister/strip, dus, karton
Test Kebocoran strip/blister
Jumlah tablet dalam strip/blister
Jumlah strip/blister dalam dus
Jumlah dus dalam karton
Kelengkapan (etiket, brosur, penandaan)
Kerapian
Rekonsiliasi Bahan pengemas
65
Apa yang harus divalidasi ??
2. Kemasan Botol (syrup, suspensi, other liquid)
Jumlah botol yang dihasilkan vs jumlah cairan yg diproduksi
Volume (isi) per botol
Kebocoran (tutup)
Jumlah botol dalam dus
Jumlah dus dalam karton
Kelengkapan (etiket, brosur, penandaan)
Kerapian
Rekonsiliasi Bahan pengemas
66
Validasi Pembersihan (Cleaning
Validation)
67
Bagaimana Cara Pelaksanaan
1.
Validasi Pembersihan
Pemilihan prosedur (Protap) Sanitasi yang Diuji
??
2. Pembuatan Protokol Validasi
3. Penetapan Metode Pengambilan sampel
4. Pembuatan lembar kerja (worksheet) validasi
5. Pelaksanaan validasi
6. Pengujian sampel
7. Penentuan Kriteria (Batas) Penerimaan
8. Membuat Kesimpulan
9. Pembuatan Laporan Validasi
68
Penetapan Prosedur Pembersihan (bekas product/active substance)
yang divalidasi :
Bahan-bahan yang sulit dibersihkan (dari pengalaman)
Product-product yg memiliki tingkat kelarutan yang jelek
Product-product yg mengandung bahan yang sangat toxic,
carscinogenic, mutagenic, teratogenic, etc.
Untuk bahan yg sama, dipilih yang memiliki dosis yg lebih tinggi
69
Kriteria Alat/Mesin yg
Peralatan/mesin baru
divalidasi
Untuk mesin yang sama (merek, jenis/type) hanya salah satu
yang harus divalidasi
Jika dalam proses menggunakan rangkaian mesin yang berbeda
secara berkelanjutan (in line machine), masing-masing mesin harus
tetap divalidasi secara terpisah
Jika rangkaian mesin merupakan kombinasi mesin yang
permanen, validasi bisa dilaksanakan bersama-sama
70
Kriteria Alat/Mesin yg
divalidasi
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan :
Design peralatan (apakah banyak pipa-pipa, apakah ada kesulitan
untuk melakukan sampling, lekukan-lekukan dsb.)
Teknik sampling (metode pengambilan sampel) : Swab test, Rinse
sampling atau Placebo sampling
Jumlah titik sampling, lokasi sampling, contaminasi sampel, dll
Formulasi : Cairan, powder, aseptic, sterile, excipients, etc.
71
72