Anda di halaman 1dari 17

FARMAKOLOGI KEBIDANAN

“Analisis Perkembangan Terkait


Kewenangan Bidan dari Waktu ke
Waktu Hingga Saat Ini
Khususnya Kewenangan Dalam
Pemberian Obat “

Mahasiswa : Agustin Dwi Eriska

NIM : 20185121001
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002”

Dalam peraturan tersebut saya membaca bahwa dalam pasal


ANALISIS PERKEMBANGAN 19 yang membahas tentang bidan dalam memberikan
TERKAIT KEWENANGAN
pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam
BIDAN DALAM PEMBERIAN
OBAT pasal 14 huruf b, bidan diberi wewenang antara lain
memberikan alat kontrasepsi melalui oral, suntikan, Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), memasang dan mencabut
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), kondom, tablet serta
tisu vaginal, memberikan penyuluhan/konseling pemakaian
kontrasepsi melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam
Rahim melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit
tanpa penyulit memberikan konseling untuk pelayanan
kebidanan, keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.
Nah, dalam pasal ini dapat kita ketahui tentang wewenang
bidan dalam pemberian obat.
PASAL 23
(1)Bidan dalam menjalankan praktik perorangan
sekurang-kurangnya harus memiliki peralatan dan
kelengkapan administratif sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I Keputusan ini.
(2) Obat-obatan yang dapat digunakan dalam
melakukan praktik sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Keputusan ini. 
Lampiran II
Keputusan Menteri Kesehatan RI OBAT-OBATAN
Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 1. Roborantia
Tanggal : 25 Juli 2002 2. Vaksin
3. Syock Anafilaktik
a) Adrenalin 1 : 1000 = 5 ampul
b) Antihistamin = 2 ampul
c) Hidrokortison = 5 ampul
d) Aminophilin 240 mg/10 ml = 2 ampul
e) Dopamin = 5 ampul
1. Sedativa
2. Antibiotika
3. Uterotonika
4. Antipiretika
5. Koagulantia
6. Anti Kejang
7. Glyserin
8. Cairan infus
9. Obat luka
10. Cairan disenfektan (termasuk Chlorine)
11. Obat penanganan asphiksia pada bayi baru lahir
Nah, sebagaimana yang
sudah saya cantumkan di
slide sebelumnya dapat kita
ketahui bahwa dalam
kepmenkes Nomor
900/menkes/SK/VII/2002
Dalam pasal 19 dan pasal 23
tersebut telah diatur dan
dicantumkan dengan jelas
wewenang bidan dalam
pemberian obat.
PERMENKES NO 1464 TAHUN 2010 TENTANG
IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK
BIDAN

Diatur dalam
MELAKUKAN INJEKSI
PEMBERIAN pasal 10 ayat 3
VITAMIN K1 PADA
UTEROTONIKA PADA
BBL NORMAL
MANAJEMEN AKTIF
KALA III

PEMBERIAN PEMBERIAN KONTRASEPSI


VITAMIN A DOSIS ORAL DAN ALAT
TINGGI PADA IBU KONTRASEPSI SUNTIKAN
NIFAS

PEMBERIAN TABLET PEMBERIAN


FE PADA IBU HAMIL IMUNISASI
PERMENKES NOMOR HK.02.02/MENKES/149/1/2010

Lalu, untuk melihat apakah ada atau


tidak perkembangan terkait kewenangan
bidan dalam pemberian obat dapat Dalam permenkes ini kewenangan bidan dalam memberikan obat
dibaca pada : diatur dalam pasal 12 yang mana dijelaskan bahwa Bidan dalam
PERMENKES NOMOR memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan sebagaimana
HK.02.02/MENKES/149/1/2010 dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, berwenang untuk memberikan alat
kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim dalam
rangka menjalankan tugas pemerintah, dan kondom,memasang alat
kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah
dengan supervisi dokter memberikan penyuluhan/konseling pemilihan
kontrasepsi melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan memberikan konseling
dan tindakan pencegahan kepada perempuan pada masa pranikah dan
prahamil.
PMK NO 28 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

Pasal 19 ayat 3

a. Episiotomi

b. pertolongan persalinan normal

c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;

f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas; g. fasilitasi/bimbingan inisiasi


menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
Pasal 20
ayat 3

Pelayanan noenatal esensial


sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)
huruf a meliputi
1. inisiasi menyusui dini
2. pemotongan dan
3. perawatan tali pusat
4.pemberian suntikan Vitamin K1
5 pemberian imunisasi Hepatitis B
pertama (HB0
Pasal 20 ayat (4)

Penanganan awal asfiksia pada bayi baru lahir

Penanganan awal hipotermia

Penanganan awal infeksi tali pusat

Pemberian salep mata pada bayi baru lahir


PERSYARATAN OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI

KONTRASEPSI ORAL
1. Desogestrel Tablet, Sesuai Kebutuhan
2. Kombinasi desogestrel dan etinilestradiol, Tablet Sesuai Kebutuhan
3. Kombinasi levonorgestrel dan ethinylestradiol ,Tablet Sesuai Kebutuhan
4. Lynestrenol Tablet, Sesuai Kebutuhan
5. Kombinasi Cyproterone acetat dan ethynylestradiol, Tablet Sesuai Kebutuhan
6. Kombinasi Gestodene dan ethynylestradiol ,Tablet Sesuai Kebutuhan
7. Levonorgestrel ,Tablet Sesuai Kebutuhan
8. Kombinasi drospirenone dan ethynylestradiol, Tablet Sesuai Kebutuhan
9. Kombinasi ethynylestradiol dan lynestrenol ,Tablet Sesuai Kebutuhan
KONTRASEPSI SUNTIK KONTRASEPSI IMPLAN

MEDROXYROPROGEST
LEVONOGESTREL
ERONE ACETATE
ETANOGESTREL
(DMPA)
. Kombinasi
MEDROXYROPROGEST
ERONE ACTATE (DMPA)
DAN ESTRADIOL
KONTRASEPSI AKDR

1. IUD Cu T 380 A
2. IUD LEVONOGESTREL
OBAT GAWAT DARURAT LAINNYA

KONDOM
1. OKSITOSIN DAN
METILERGOMETRIN
2. MgSO4 DAN MAGNESIUM
GLUKONAT
3. AMLODIPI DAN METILODOPA
4. VIT A, VIT C DAN FE
5. SALEP MATA GENTAMICIN
6. SERTA BAHAN HABIS PAKAI
UU NO. 4 TAHUN 2019
TENTANG KEBIDANAN PASAL 49

1. MEMBERIKAN ASUHAN 4. MEMBERIKAN ASUHAN MASA


KEBIDANAN SEBELUM HAMIL NIFAS

2. MEMBERIKAN ASUHAN PADA 5. MEMBERIKAN ASUHAN MASA


KEHAMILAN NORMAL NIFAS

6.MELAKUKAN DETEKSI DINI


3. MEMBERIKAN ASUHAN PADA
KASUS RESIKO PADA KEHAMILAN,
PERSALINAN NORMAL
PERSALIANAN DAN NIFAS
PASAL 51
BIDAN BERWENANG MELAKUKAN

KONSELING
KOMUNIKASI

EDUKASI INFORMASI

KONTRASEPSI
KESIMPULAN MENGENAI
KEWENANGAN BIDAN DALAM
PEMBERIAN OBAT YAITU

Dapat disimpulkan bahwa setiap permenkes


Adanya amandemen atau perubahan mengenai maupun UU, wewenang bidan dalam memberikan
wewenang bidan dalam pemberian obat diakui obat hanya dalam batas keperluan yang menjadi
oleh negara melalui pembentukan uu maupun tanggung jawab seorang bidan. Apabila pasien
permenkes dan terdapat beberapa perubahan
mengalami suatu penyakit yang diluar kompetensi
seperti pemasangan akdr di kepmenkes 900 tidak
di supervisi oleh dokter namun di permenkes
bidan, bidan hanya bisa mendeteksi dini/
nomor hk.02.02/menkes/149/1/2010 mengatur memeriksa dan melakukan rujukan ke dokter
bahwa tindakan pemasangan AKDR harus di ataupun melalui kolaborasi ke dokter spesialis.
supervisi oleh dokter Dan secara umum sudah diketahui bahwa tugas
dan tanggung jawab utama seorang bidan adalah
untuk mensejahterakan Kesehatan ibu dan anak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai