Anda di halaman 1dari 3

Cultural Analysis

Tugu Pahlawan merupakan sebuah produk kebudayaan manusia.


J.J. Honigmann membedakan kebudayaan menjadi tiga “gejala kebudayaan”
yang kemudian biasa kita sebut sebagai tiga wujud kebudayaan antara lain, ide,
aktifitas, artefak.

Berdasarkan fungsinya, Tugu pahlawan merupakan sebuah tugu memorial


untuk mengenang peristiwa sejarah Indonesia pada 10 November 1945 di
Surabaya. Dengan konsep keheningan yang dimaksudkan pada pengunjng
untuk merefleksikan diri dan mengingat jasa para pahlawan. Hadirnya taman
dan museum merupakan perwujudan dari konsep memorial park yang
diperuntukan tidak hanya untuk mengenang tapi juga sebagai tempat belajar
sejarah.
Secara historis, lahirnya Tugu Pahlawan dilatar belakangi oleh peristiwa
dahsyat bagi rakyat Indonesia pada 10 November 1945. Ribuan
pahlwanan gugur demi memperjuangkan tanah tumpah darahnya.
Sehingga tanggal 10 November dijadikan sebagai Hari Pahlawan dengan
tujuan para penerus bangsa Indonesia tidak melupakan sejarah yang
cukup memilukan dan terus bercermin.

Lokasi berdirinya Tugu Pahlawan sekarang ini dulunya merupakan bekas


gedung pengadilan pada zaman kolonial dan bekas markas kenpeitai. Di
lokasi ini terjadi pertempuran besar sehingga menewaskan dua jendral
Inggris. Momen ini menjadi titik balik bagi rakyat Indonesia untuk
menunjukan betapa berhasratnya Indonesia untuk melepaskan diri dari
penjajahan. Slogan “Merdeka Atau Mati” menggema pada saat itu.
Desain Tugu Pahlawan merupakan perwujudan dari konsep paku
usuk terbalik dan juga merupakan perwujudan dari lingga yoni.
Hal ini dapat dilihat dari lingga yang diwujudkan dengan tugu,
dan yoni sebagai pagar pembatas. Pagar pembatas ini juga dapat
dimaknai sebagai “area dalam” yang sakral.

Bila dibandingkan dengan Tugu Monas yang ada di Jakarta, Tugu


Pahlawan memiliki beberapa perbedaan yaitu,
• Pesan yang disampaikan
• Makna yang terkandung
• Struktur bangunan
• Latar belakang pembuatan

Anda mungkin juga menyukai