Anda di halaman 1dari 16

Hukum Perjanjian dalam Adat

Melayu Riau

1 Pengertian

2 Bentuk-Bentuk Hukum Perjanjian

3 Bentuk Hukum Perjanjian di Riau

4 Sumpah Adat
Pengertian Hukum Perjanjian Adat

Hukum perjanjian mencangkup hukum hutang piutang.


Perjanjian itu menentukan yang berhak menuntut prestasi
dan pihak yang berkenaan harus memenuhinya.prestasi itu
berupa benda atau perbuatan atau tidak melakukan
sesuatu.
• Menurut Hilman Hadikusuma, yang dimaksud
dengan hukum perjanjian adat adalah hukum
yang meliputi uraian tentang hukum perhutangan
(schuldenrecht) adapun termasuk di dalamnya
meliputi soal ataupun mekanisme-mekanisme
transaksi atas tanah (groundtransakties) dan
transaksi-transaksi yang menyangkut tanah
(transaksi waarbij ground betrokkenis).
Bentuk-Bentuk Hukum Perjanjian
1. Perjanjian Kredit
Pinjaman uang dengan atau tanpa bunga atau
mengembalikan barang sesuai dengan nilai yang telah
disepakati. Dinegeri melayu pinjamn jarang memakai
bunga,apalagi dalam suatu persekutuan,kecualo
diluar persekutuan sudah memakai bunga. Pinjam-
meminjam barang harus dikembalikan dengan barang
sejenis atau dengan uang sepadan dengan nilai
barang yang dipinjam itu.
2. Perjanjian Kempitan Atau Penitipan Barang
Seseorang menitipkan barang kepada pihak lain dengan janji
mengembalikan dengan bentuk uang atau barang sejenis. Perjanjian ini
biasa mengenai hasil bumi dan barang-barang dagangan. Syarat-syarat
yang harus di penuhi: musyawarah terlebih dahulu,kepercayaan dan surat
perjanjian diadakan batas waktu pengembalian barang,jika barang tidak
diambi,barang itu di jual atas mufakat
Dalam perjanjian di tentukan harga pengembalian barang tertentu,jika
barang itu hilang harus ada penggantian atau telah dijuak diberi upah
untuk jerih payahnya. Perjanjian kempitan/penitipan harus saling percaya
mempercayai dengan ketentuan barang titipan harus di kembalikan.
3. Perjanjian Tebasan
Perjanjian tebasan seperti ijon yang telah
disebutkan terdahulu,yaitu hasil tanaman
setelah berbuah,sebentar lagi akan di
petik,pembeli memberikan harga kepada
hasil buahan itu dan di bayar ketika sudah
di petik,ada negeri yang melarang hal
seperti itu.
4. Perjanjian Perburuhan
Memperkerjakan orang lain yang bukan keluarha
tanpa upah. Biasanya upahnya tidak uang tetapi
barang berupa hasil dari yang dikerjakan itu.
Bekerja dengan cara menumpang dirumah orang
lain diberi makan,bekerja dirumah,dikebun atau
dilarang utnuk tuan rumah.
5.Perjanjian Pemegangan
Seseorang menyerahkan suatu benda kepada
orang lain sebagai jaminan atas hutangnya.
Pemegang barang dapat menggunakan barang
tersebut sampai uang dipinjamkan atau barang
jaminan ditebusi oleh yang punya barang. Jika
ada bunga barang tersebut tidak boleh
digunakan.
6. Perjanjian Pemeliharaan
Mempunyai kedudukan istimewa dalam hukum harta
kekeyaan adat,isinya berupa pemelihara menaggung
nafkah pihak lain terpelihara lebih-lebih selama masa
tuanya,menanggung pemakaman,pengurusan harta
peninggalannya. Pemelihara mendapat imbalan
sebaagian harta peninggalan si terpelihara. Bagian itu
Sama dengan bagian seorang anak
7. Perjanjian Pertanggunngan Kerabat
Biasanya keluarga berada biasa menaggung
hutang anggota persektuan atau keluarga yang
tidak mampu membayarnya. Alasan-alasan :
• Menyangkut kehormatan suku
• Kehormatan keluarga batih
• Kelaurga luas
8.Perjanjian Serikat
Perjanjian serikat ini biasanya terjadi pada masyarakat
adat matrilineal, yaitu berbentuk julo-julo atau arisan
pada kumpulan anggotanya, sutu suku, atau satu
kemapung, perjanjian ini terjadi dalam mengerjakan
tanah, membuat rumah, menikahkan anak/keluarga
dekat. Perjanjian ini dikenal di Riau sebagai Batopo,
Basolong, Perari, dan Julo-julo.
9. Perjanjian Bagi Hasil
Ter haar menyebutkan pemilik tanaj tidak bisa mengerjakan
tanahnya. Ia hanya berkeinginan menikmati hasil tanahnya. Maka ia
akan melakukan perjanjian dengan pihak lain yang mampu
mengerjakannya dengan mendapatkan sebagian hasilnya sebagaii
upah atas jerih payahnya. Perjanjian ini terdapat di semua negeri
dengan variasi-variasinya. Bentuknya memperduao atau
mengerjakan ladang orang,yaitu setengah bagian,⅔ bagian,⅓
bagian,dan sebagainya. Perjanjian ini biasanya dilakukan secara lisan
dan dapat di wariskan.
10. Perjanjian Ternak
Ternak dipeliharakan kepada orang lain berupa
bagi hasil atau nilai ternak itu dikenal dinegeri
matrilinial paduo ternak: ternak batina hasil
anaknya,pembesaran untuk ternak jantan,jika
peliharaan mati,maka menjadi tanggung
jawab pihak kedua.
Bentuk-Bentuk Hukum Perjanjian di Riau

Di Negeri melayu perjanjian-perjanjian diatas sudah biasa di


lakukan,perjanjian diriau sudah berlangkung sejak lama terutama
antara raja-raja melayu dengan belanda. Contohnya Kerajaan Siak
dengan Belanda tahun 1848 M dimana Siak menyerahkan 12 wilayah
jajahannya,yaknideliSerdanglangkat,Asahan,Panai,Bilah,Kualuh,Batub
ara,Badagai,Tamiang dan seterusnya. Indragiri juga pernah melakukan
perjanjian 1848M yang menetapkan bahwa penobatan sulta harus
mendapatkan persetujuan belanda.
Perjanjian Belanda dengan Riau sebenarnya sudah
dimulai tahun 1784M, yaitu menetapkan belanda
diberi hak membuat pusat keresidenan di Tanjung
Pinang, diikuti pembangunan sebuah benteng di
sebuah Bukit di Pulau Bintan. Selanjutnya dengan
Bengkalis tahun 1873M menjadi ibu kota
Resudentie Sumatra’s ooskust, dengan wilayahnya
Siak, Bukit Batu Rokan Hilir, Rokan Huli, Tapung,
Pekanbaru, Dumai, sedangkan daerah kampar
masuk ke 50 kota, yaitu Residentie Sumatra’s
Westkust. Barulah tahun 1942 masa Jepang daerah
tersebut masuk ke Riau.
Sumpah Adat

salah satu sumpah tertinggi adat Melayu berbunyi


"Ke atas tak berpucuk, ke bawah tak berakar, di
tengah digirik kumbang". Yang artinya sumpah
kutukan bagi orang yang tidak menepati janjinya
tidak akan selamat dalam hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai