2. PERCEIVED LOSS.
◦ Dirasakan seseorang, tetapi tidak sama dirasakan orang lain.
Misal : kehilangan masa muda, keuangan, lingkungan yang berharga .
3. PHYSICHAL LOSS.
◦ Kehilangan secara fisik. misal : seseorang mengalami kecelakaan dan akibat luka
yang parah tangan atau kaki harus diamputasi .
4. PSYCHOLOGICAL LOSS.
◦ Kehilangan secara psykologis. Misal : orang yang cacat akibat kecelakaan
membuatnya merasa tidak percaya diri.gambaran dirinya terganggu.
5. ANTICIPATORY LOSS.
◦ Kehilangan yang bisa dicegah. Misal : orang yang menderita penyakit ‘ terminal’.
Reaksi Kehilangan: Berduka
Engel 1964: 94 - 96
Tahap berduka ..... cont
5. Idealization Tidak ingin bayangan yang meninggal
selalu menghantuinya, menekan semua
hal yang negatif, dan rasa
bermusuhannya ditekan. Sangat
menyesal akan kurang hati – hati di masa
lalu, secara tidak sadar menginternalisasi
kekagumannya thd yang meninggal, jika
teringat yang meninggal menimbulkan
rasa sedih, menanamkan kembali
perasaan kepada orang lain.
6. Outcome Perilaku dipengaruhi oleh bbrp faktor
seperti: sbrp penting objek kehilangan sbg
sumber dukungan, derajat
ketergantungan thd orang lain, derajat
ambivalensi thd kematian, jumlah dan
jenis pengalaman berdukanya
From G.L Engel, Griev and grieving, American journal of nursing, september
1964: 64, 93 - 98
TAHAP BERDUKA (SCHULZ 1978: 143 – 149)
1. Fase initial
Shock and disbelief, perasaan dingin, mati rasa dan bingung.
Biasanya tjd bbrp hari, lalu digantikan oleh perasaan
dukacita, menangis dan menjadi tenang. Menjadi cemas dan
takut
2. Fase Intermediate
3 minggu setelah kematian s.d 1 th berikutnya. Ada 3 pola
perilaku: (a) obsesional seandainya...., (b) mencari untuk
mengerti kematian “mengapa hal ini terjadi pada dia..?”,
(c) mencari yang telah meninggal (a search for the
deceased) aktifitasnya terbawa oleh aktifitas
kebersamaan dg mendiang dan merasa yg mati masih ada
3. Fase recovery
Setelah sekitar 1 tahun, “life must go on” mulai
berpartisipasi secara sosial
Tahapan berduka menurut KUBLER ROSS ( 1969 ).
1. DENIAL ( PENOLAKAN ).
› Klien mencoba untuk melupakan atau menutupi kenyataan.
› Pengalaman yang diterima berdampak shock dan tidakpercaya.
› Secara intelektual seseorang dapat menerima hal-hal yang
berkaitan dengan kematian, tetapi berbeda dengan tingkat emosi.
› Denial merupakandefense mekanisme pertahanan diri terhadap
rasa cemas.
2. ANGER ( BERONTAK DAN MARAH ).
› Berontak ,merasa Tuhan ‘ tidak adil ‘ atau tidak berperasaan
terhadap kenyataan harus dihadapi.
› Marah kepada Sang Pencipta.
› Merupakan tahap tersulit yang dilalui keluarga.
› Kadang- kadang pasien rewel,mengkritik orangyang berhubungan
› Timbul berbagai pertanyaan : “ mengapa harus saya ? apa dosa
saya ? “.
3. BERGAINING ( TAWAR MENAWAR ).
◦ Menuju tahap menerima. Pasien tawar menawar untuk berbuat
baik jika diperpanjang hidupnya.
◦ Pasien menangis dan menyesal
4. DEPRESI
◦ Pasien sadar bahwa kematian tidak dapat ditolak.
◦ Bila depresi meningkat, pasien menjadi semakin lemah, kurus
atau terjadi gangguan tanda-tanda vital.
◦ Pasien merasa sepi ,merasa bahwa semua orang
meninggalkannya.
◦ Merasa tidak berguna.
◦ Tidak menolak faktor yang harus dihadapi.
◦ Fokus pikiran pada orang yang dicintai.”Apa yang akan terjadi
dengan istri dan anak saya., bila saya sudah tiada…?
5. ACCEPTANCE ( MENERIMA)
Masa depresi sudah berlalu.
Takut ditinggal sendiri.
Kadang ingin ditemani.
Legal Implications of death
• Transplantasi organ
• Euthanasia
Pengkajian
Tingkat Kesadaran Pasien
Closed Awareness Mutual Pretense Open Awareness
Pasien dan keluarga tidak Pasien, keluarga dan Pasien, keluarga dan orang
sadar bahwa akan terjadi petugas kesehatan tahu sekitar tahu akan
kematian akibat sakit yang bahwa prognosis datangnya kematian dan
diderita penyakitnya adalah merasa nyaman untuk
terminal mendisuksikannya
meskipun itu sulit.