Anda di halaman 1dari 27

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI TRANSMISI
AGEN-AGEN INFEKSIUS

DISUSUN OLEH ;KELOMPOK 4


1. NABILA ALYA
2. NURNANINGSIH
3. TASYA AULIA ANASTASYA
4.RAUHIL JANAH
5. YULIANTI
 Mikroba atau penyakit menular akan
menyebar dari orang satu ke orang lain
memerlukan kondisi atau faktor tertentu.
1. Patogenitas MO

2. Virulensi

3. Infeksi

4. Rantai Infeksi

5. Pengendalian infeksi
A. Patogenitas
Mikroorganisme
 1. Mikroorganisme Nonpatogen
 Mikroorganisme nonpatogen adalah mikroorganisme yang
tidak berbahaya dan tidak menyebabkan penyakit, tetapi
justru membantu memelihara keseimbangan baik di dalam
tubuh maupun lingkungan dan dapat bertindak sebagai flora
normal.
 Mikroorganisme nonpatogen juga membantu membatasi
pertumbuhan mikroorganisme patogen. Banyak
mikroorganisme tumbuh baik di permukaan tubuh inang
maupun di dalam tubuh inang, mereka tidak menyebabkan
infeksi bila mereka tetap berada di tempat habitatnya.
 Jika suatu organisme nonpatogen berpindah ke luar dari
tempat habitatnya, dapat menjadi organisme penyebab
penyakit dan disebut patogen oportunistik
2. Mikroorganisme Patogen
 Pada dasarnya dari keseluruhan mirkroorganisme di alam hanya

sebagian kecil mikroorganisme yang merupakan patogen


ataupun potensial patogen.
 Patogen adalah agen biologi, fisik, atau kimia yang mampu

menyebabkan penyakit pada organisme lain. Agen biologi dapat


berupa bakteri, virus, jamur, protozoa, cacing, dan prion. Agar
dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus
dapat masuk ke tubuh inang. Kemampuan mikroorganisme untuk
menyebabkan penyakit disebut patogenesitas.
 Penyakit infeksi dimulai saat mikroorganisme memasuki tubuh

inang, selanjutnya bereproduksi, dan bereplikasi. Istilah infeksi


menggambarkan pertumbuhan atau replikasi mikroorganisme di
dalam tubuh inang.
B. VIRULENSI
MIKROORGANISME
 Mikroorganisme patogen memiliki faktor virulensi
(keganasan) yang dapat meningkatkan patogenisitas
dan memungkinkan berkolonisasi atau menginvasi
jaringan inang dan merusak fungsi normal tubuh.
Virulensi menggambarkan kemampuan untuk
memperberat penyakit. Virulensi berasal dari bahasa
latin virulentia yang berarti toksin.
 Proses untuk menghilangkan sifat virulensi disebut
atenuasi. Keberadaan mikroorganisme patogen
dalam tubuh adalah akibat dari berfungsinya faktor
virulensi mikroorganisme, jumlah mikroorganisme
dan faktor resistensi tubuh inang.
Virulensi ditentukan oleh
 Perlekatan (adhesi/ligan – fimbrae)— invasi MO ke dalam tubuh

 Eksoenzim (leukosidin,hemolisin)

 Eksotoksin

Eksotoksin merupakan protein toksin yang tidak tahan panas


dan bersifat antigenik yang menginduksi pembentukan antibodi.
Antibodi yang terbentuk akibat induksi eksotoksin disebut
antitoksin. Toksin bekerja dengan cara menghancurkan bagian
tertentu sel inang atau menghambat fungsi metabolik tertentu.
Eksotoksin dikelompokkan menjadi tiga tipe berdasarkan
mekanisme kerjanya, yaitu:
 Sitotoksin, membunuh sel inang atau mempengaruhi sel
 Neurotoksin, terlibat dalam transmisi normal impuls saraf
 Enterotoksin, mempengaruhi sel saluran pencernaan
C. INFEKSI
 Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya suatu
organisme (agen infeksius) dalam tubuh inang. Suatu agen
infeksius (patogen) belum tentu menyebabkan penyakit
pada manusia.
 Jika suatu mikroorganisme menginvasi dan berkembang
biak di dalam tubuh tetapi tidak menyebabkan gejala, maka
disebut kolonisasi.
 Jika suatu penyakit infeksius dapat ditularkan dari satu
individu ke individu lainnya disebut penyakit menular.
 Jika mikroorganisme patogen berkembang biak dan
menyebabkan tanda dan gejala klinis maka infeksi tersebut
bersifat simptomatis, sebaliknya jika tidak ada gejala yang
timbul, maka penyakit bersifat asimptomatis.
D. RANTAI INFEKSI
1. Agen infeksius
 Agen penyebab penyakit infeksi pada dasarnya
adalah mikroorganisme yakni bakteri, virus, jamur,
protozoa, dan parasit lainnya
 Potensi mikroorganisme atau parasit untuk
menyebabkan penyakit tergantung beberapa
faktor, antara lain: kecukupan jumlah organisme
(dosis), virulensi atau kemampuan agen untuk
bertahan hidup dalam tubuh host atau di luar tubuh
host, kemampuan untuk masuk dan pertahan hidup
dalam tubuh host, dan kerentanan tubuh host (daya
tahan host).
2. Reservoir
 Reservoir adalah suatu tempat dimana patogen dapat

bertahan hidup, tetapi belum tentu dapat berkembang biak.


Contoh: Virus Hepatitis A bertahan hidup dalam kerang laut,
tetapi tidak dapat berkembang biak; Pseudomonas dapat
bertahan hidup dan berkembang biak dalam reservoir
nebulizer. Reservoir yang paling dikenal adalah tubuh
manusia, berbagai mikroorganisme hidup di kulit dan
berada dalam rongga, dalam cairan, dan cairan yang keluar
dari tubuh. Mikroorganisme tidak selalu menyebabkan
individu menjad sakit.
 Karier (carrier, pembawa) adalah individu yang tidak
menunjukkan gejala penyakit, meskipun terdapat organisme
patogen pada atau dalam tubuhnya, yang dapat ditularkan
ke orang lain,
3. Jalan keluar (Port Exit)
 Setelah mikroorganisme menemukan tempat

untuk tumbuh dan berkembang biak,


mikroorganisme harus menemukan jalan
keluar jika akan masuk ke penjamu dan
menyebabkan penyakit. Jalur keluar dapat
berupa darah, kulit, membran mukosa,
saluran pernapasan, saluran pencernaan,
saluran genitourinaria dan transplasenta (ibu
ke janin), serta mekanisme aliran (drainase).
4. Cara Penularan (Mode of Transmission)
 Mikroorganisme tidak dapat bepergian sendiri, sehingga

mereka membutuhkan kendaraan untuk membawa


mereka ke orang atau tempat lain. Setiap penyakit
memiliki jenis penularan tertentu. Kendaraan utama
penularan adalah makanan dan air. Jenis penularan
suatu penyakit bisa melalui kontak langsung (yakni
individu ke individu atau kontak fisik antara sumber
dengan penjamu yang rentan) dan tidak langsung
(kontak penjamu yang rentan dengan benda mati yang
terkontaminasi, yaitu: jarum atau benda tajam,
lingkungan, dan lainnya), melalui udara (Airborne), dan
vektor (lalat, nyamuk).
5. Jalur masuk mikroorganisme (port
d’entry)
 Mikroorganisme patogen dapat
memasuki tubuh inang melalui berbagai
macam jalan, misalnya letak (traktus
respiratorius, traktus gastrointestinalis,
traktus genitourinarius, kulit/membran
mukosa, transplasental, parenteral), dan
mekanisme aliran (trauma perkutaneus,
tindakan invasif dan insisi pembedahan).
6. Kerentanan host
 Bagaimana individu mendapatkan infeksi tergantung pada
kerentanannya terhadap agen infeksius. Mikroorganisme dapat
menyebar ke orang lain tetapi tidak berkembang menjadi infeksi jika
sistem kekebalan tubuh seseorang dapat melawannya. Mereka
mungkin menjadi pembawa (carrier) tanpa gejala, selanjutnya
menjadi mode transmisi ke host rentan yang lain. Setelah host
terinfeksi, ia mungkin menjadi reservoir untuk transmisi penyakit ke
depannya.
 Penjamu yang rentan banyak ditemukan di tempat pelayanan
kesehatan, mereka yang mengalami gangguan sistem kekebalan
tubuh meliputi anak kecil atau bayi, lanjut usia,orang dengan
penyakit kronis, orang yang menerima terapi medis seperti
kemoterapi, atau steroid dosis tinggi, orang dengan luka terbuka. Jadi
kerentanan ini dapat disebabkan sebagai akibat dari proses penyakit,
pengobatan, atau tindakan medis. Sistem kekebalan tubuh yang tidak
efektif ini membuat mereka rentan terhadap agen infeksi dalam
lingkungan pelayanan kesehatan
E. PENGENDALIAN INFEKSI DAN INFEKSI
NOSOKOMIAL

 Klien dalam lingkungan pelayanan kesehatan


memiliki peningkatan resiko untuk terkena
infeksi. Infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan biasanya disebut infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi
yang dihasilkan dari tindakan pelayanan pada
suatu pelayanan kesehatan. Infeksi ini dapat
terjadi sebagai hasil tindakan invasif,
pemakaian antibiotik, adanya organisme yang
resisten dengan berbagai obat, dan kelalaian
dalam kegiatan pencegahan dan kontrol infeksi
1. Cleaning dan Sanitasi
2. Desinfeksi dan Sterilisasi

3. Standard Precaution (Tindakan


Pencegahan Standar)
 Cuci tangan

 Sarung tangan

 Masker dan kaca mata

 Schott

 Penanganan linen dan tenun dll


PENDAHULUAN
 Sawar pejamu berfungsi mencegah infeksi akibat
adanya akses mikroba ke tubuh serta menyebar
keseluruh tubuh
 Sawar adalah permukaan kulit, mukosa dan sekresi
yang dihasilkannya
 Contoh kemampuan sawar :
 Hanya 4 dari 10 pajanan terhadap gonokokkus yang
menimbulkan gonore
 Diperlukan 100 organisme M.tb untuk menimbulkan
penyakit TB
“Virulensi kuman lebih tinggi pada infeksi
sal.nafas,sal.cerna dibandingkan infeksi kulit”
KULIT
 Kulit manusia secara normal dihuni
oleh beragam spesies bakteri dan
jamur
 Ketahanan kulit dari infeksi karena :

 Kulit luar yang padat dan berkeratin


serta mengandung mikroba residen
 pH kulit (5,5) dan asam lemak yang
menghambat pertumbuhan kuman
Kulit….
 Kulit ditembus oleh mikroba akibat :
 Lembab dan panas yang mempengaruhi permeabilitas
kulit
 Mikroba dengan enzim dihasilkannya merusak ekstrasel
 Masuk melalui lesi kulit
 Tusukan superfisial
 Dalam (stafilokokkus)
 Luka bakar ( Pseudomonas aeruginosa)
 Jarum suntuk
 Gigitan
 Kutu, nyamuk dan tungau
 Gigitan hewan (virus rabies)
SALURAN UROGENITAL
 Urine menunjang pertumbuhan bakteri
namun saluran kemih dalam keadaan normal
steril karena dibilas beberapa kali sehari
 Jarak uretra dengan kulit mempengaruhi
infeksi (wanita >beresiko pria)
 Obstruksi
 Patogen yang mudah melekat di epitel
sal.kemih (ex Gonokokkus)
 Memiliki Fimbria adheren (Strain E.coli)
pmenyebabkan ISK akut
SALURAN NAFAS
 Sekitar 10.000 MO (virus,bakteri/jamur)
terhirup setiap hari (tinggal di kota)
 Jarak yang ditempuh o berbagai Mo ini di
sistem pernafasan berbanding terbalik dengan
ukuran mereka
 Mikroba besar ----Mukosiliaris (hidung dan Sal
nafas atas)
 MO di Mukus – sel goblet dgn bantuan gerakan
silia ke tenggorokan --- MO di keluarkan/ditelan
 MO < 0,5 nanomikron langsung ke alveoli –fagosit
oleh makrofag atau neutrofil dengan sitokin.
Sal.nafas….
 Kerusakan kronik mukosilia—perokok
(akut—intubasi dan aspirasi asam
lambung)
 Virus influenza—couse mengencerkan
mukus dan menghambat gerakan silia—
infeksi skunder
 M.tb lolos tahan terhadap fagosit
makrofag alveoli
 Jamur oportunistik pada AIDS dan
Kemoterapi
SALURAN CERNA
 Tercemar akibat kontaminasi bahan
feses
 Sistem pertahanan sal.cerna :
 Cairan lambung yang asam
 Lapisan mukus yang kental yang menutupi
usus
 Enzim litik pankreas dan detergen empedu
 Sekresi antibodi imunoglobulin A (IgA)
Sal. Cerna…
 Virus berselubung mati oleh getah pencernaan–
ttp virus tak berselubung resisten
 Bakteri enteropatogenik :
 Enterotoksin
 Eksotoksin
 Merusak mukosa dan lamina propria
 Merusak bercak peyer dan kgb mesentrium--sistemik
 Fungus—ggn imunitas
 Cacing– menyebabkan penyakit bila terdapat
dalam jumlah besar atau berada di tempat
ektopik.
Penyebaran mikroba ke seluruh tubuh

 Sawar—kelenjar limfe regional dan vaskular


regional– pembuluh darah diangkut bbrp cara :
 Bentuk bebas (cacing,bakteri, jamur dan protozoa)
 Oleh leukosit (HIV, V.herpes,CMV dan Toxoplasma)

 Sel darah merah (plasmodium)

 Manifestasi klinis
 Otak –Poliomielitis
 Kulit—cacar air, frambusia
 Paru –campak,rubella
 Ginjal – pielonefritis
 Hati – hepatitis B
Sekian
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai