Komplikasi infark miokard akut rentan terjadi pada
pasien yang lebih tua, memiliki gejala dengan klasifikasi Killip II-IV, memiliki gangguan pada tiga pembuluh darah, infark di regio anterior, dan iskemik yang berkepanjangan. Pemeriksaan secara berkala minimal dua kali sehari diperlukan untuk memantau dan mencegah komplikasi yang memburuk. Komplikasi tersebut antara lain: ● Regurgitasi mitral ● Ruptur jantung ● Ruptur septum ventrikel ● Infark ventrikel kanan ● Perikarditis ● Aneurisma ventrikel kiri ● Trombus ventrikel kanan B. Prognosis
pada miokardium, dan tata laksana reperfusi. Mortalitas pasien STEMI dalam 30 hari pertama dapat mencapai 11%. Angka keselamatan (survival rate) di Indonesia belum tersedia namun pada penelitian di beberapa negara menyebutkan beberapa faktor prognostik antara lain: ● Umur, mortalitas paling tinggi pada pasien berumur 55-64 tahun dan berkurang pada umur yang lebih tua, kecuali pada laki-laki dimana risiko justru meningkat setelah umur 75 tahun. ● Jenis kelamin, mortalitas pasien perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan pria. Angka keselamatan 7 tahun pada pasien yang mengalami infark miokard pertama kali mencapai 69% pada laki-laki dan 59% pada perempuan. ● Riwayat infark miokard sebelumnya, angka keselamatan 7 tahun berkurang pada infark miokard yang berulang menjadi 53% dan 26% masing-masing pada laki-laki dan perempuan. ● Kondisi komorbid lainnya, pasien yang mengalami fibrilasi ventrikel memiliki angka mortalitas di dalam rumah sakit 7 kali lebih tinggi. ● Klasifikasi Killip yang lebih tinggi berhubungan dengan mortalitas dalam rumah sakit yang makin tinggi. Klasifikasi Killip, yaitu: ○ Killip Kelas I, tidak ada komplikasi ○ Killip Kelas II, terdapat bunyi jantung S3, tanda bendungan paru/ peningkatan tekanan vena jugular, dan ronki pada kurang dari ½ lapangan paru posterior ○ Killip Kelas III, terdapat edema paru ○ Killip Kelas IV, syok kardiogenik C. Rujukan ● Penyakit: Infark Miokard ● Tingkat Kemampuan: 3B
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Rujuk Ke: Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (Sp.Jp).