Anda di halaman 1dari 17

Sifat Grace Marchella

Kemagneta (17302241036)
Siti Nuranisah
n Bahan (17302241065)
Mega Ayu
(17302244004)
Sifat Kemagnetan Bahan

– Suseptibilitas
– Permeabilitas
– Rapat fluks
– Magnetisasi
Suseptibilitas

–– Susceptibilitas merupakan konstanta pembanding antara magnetisasi (M) dan kuat medan magnet (H), sehingga
 
susceptibilitas dapat dituliskan sebagai berikut:
;k
– Pada sumber lain, harga susepbilitas juga disimbolkan sebagai
– Harga suseptibilitas (k) ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat ferromagnetik untuk setiap
jenis mineral dan batuan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Nilai (k) pada batuan semakin besar jika dalam
batuan tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral bersifat magnetik.
– Berdasarkan nilai (k) dibagi menjadi kelompok-kelompok jenis material dan batuan penyusun litologi bumi, yaitu;
Diamagnet, Paramagnetik, Ferromagnetik, Anti Ferromagnetik, dan Ferrimagnetik (ferrit)
– Nilai dari susceptibilitas ini merupakan nilai yang dapat mengkarakterisasi sifat-sifat magnetik dari suatu bahan,
> 1 untuk bahan paramagnetic
< 1 untuk bahan diamagnetik
>> 1 untuk bahan ferromagnetik
Permeabilitas

–– Daya
  hantar atau permeabilitas magnet (diberi lambang μ) merupakan parameter bahan yang
menentukan besarnya fluks magnetik.
μ= dimana :
= (SI)
=permeabilitas relatif jenis bahan.

– Permeabilitas magnetik suatu material menandakan kemudahan di mana medan magnet


eksternal dapat menciptakan gaya tarik magnet yang lebih tinggi dalam material. Semakin besar
permeabilitas magnetik material, semakin besar konduktivitas untuk garis-garis gaya magnet, dan
sebaliknya.
Rapat fluks

– Kerapatan
  fluks magnet (magnetic flux density) adalah fluks magnet per satuan luas
pada bidang yang tegak lurus dengan fluks magnet tersebut. Kerapatan fluks magnet
sering disebut juga dengan induksi magnet (magnetic induction). Kerapatan fluks
magnet dapat dinyatakan dengan:
– ; dengan   :
B  =   kerapatan fluks magnet dalam Weber/m2 (Wb/ m2) atau  Tesla (T)
Φ  =   fluks magnet dalam Weber (Wb)
A  =   luas penampang dalam meter persegi (m2)
– Dalam satuan cgs, kerapatan fluks magnet dinyatakan dengan Maxwell/cm 2 atau gauss.
Dengan menggunakan metode konversi didapatkan 1 Maxwell/cm2 = 10-6 Wb/m2.
Magnetisasi

– Semua bahan memungkinkan menghasilkan medan magnetik, dari itu diperoleh secara
eksperimental untuk menimbulkan momen magnetik.
– Besarnya momen ini perunit volume disebut mahnetisasi dari medium (M) dengan satuan C/m, dt
atau A/m.
– Pada saat medan magnet diberikan kepada suatu bahan, induksi magnetic (rapat fluksi) adalah
penjumlahan dari efek pada keadaan pakem suatu bahan, sehingga didapat besarnya rapat fluks (B).
– Magnetisasi tergantung dari :
o jenis bahan yang disesuaikan dengan kekuatan medan magnet
o pengarahan kompleks weiss pada bahan yang sembarangan
o Magnetisasi akan terjadi jika semua bidang bahan sudah terbentuk dan bahan tersebut sudah dikatakan
jenuh.
Jenis Kemagnetan

– Diamagnetik
– Paramagnetik
– Ferromagnetik
– Anti Ferromagnetik
– Ferrimagnetik
Diamagnet

– Diamagnet, yaitu bahan yang sulit untuk menyalurkan garis-garis gaya magnit (ggm).
– Dalam batuan diamagnetik, atom–atom pembentuk batuan mempunyai kulit elektron
berpasangan dan mempunyai putaran yang berlawanan dalam tiap pasangan. Jika
mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan berpresesi yang
menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet luar tadi.
Mempunyai suseptibilitas (k) negatif dan kecil dan suseptibilitas (k) tidak tergantung
dari pada medan magnet luar.
– Permeabilitas relatif diamagnetik adalah µr
Paramagnetik

– Paramagnetik, yaitu bahan yang dapat menyalurkan ggm tetapi tidak


banyak.
– Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum
jenuh yakni ada elektron yang putarannya tidak berpasangan dan
mengarah pada arah putaran yang sama. Jika terdapat medan
magnetik luar, putaran tersebut berpresesi menghasilkan medan
magnet yang mengarah searah dengan medan tersebut sehingga
memperkuatnya. Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk
terorientasi acak oleh agitasi termal, oleh karena itu bahan tersebut
dapat dikatakan mempunyai sifat:
Suseptibilitas k positif dan sedikit lebih besar dari satu.
Suseptibilitas k bergantung pada temperatur.
– Permeabilitasnya sedikit lebih besar dari 1 (satu), dan susunan
dwikutubnya tidak beraturan.
Ferromagnetik

– Ferromagnetik, yaitu bahan yang mudah menyalurkan ggm, dengan


– Permeabilitas jauh di atas 1 (satu).
– Terdapat banyak kulit electron yang hanya diisi oleh suatu elektron sehingga mudah
terinduksi oleh medan luar. Keadaan ini diperkuat lagi oleh adanya kelompok-kelompok
bahan berputaran searah yang membentuk dipoledipole magnet (domain) mempunyai arah
sama, apalagi jika didalam medan magnet luar. Mempunyai sifat:
Suseptibilitas k positif dan jauh lebih besar dari satu.
Suseptibilitas k bergantung dari temperatur
– Contohnya : besi, nikel, kobal, terbium, dysprosium, dan neodymium.
– Ferromagnetik dibagi menjadi dua yaitu; Antiferromagnetik dan Ferrimagnetik (ferrit)
Anti Ferromagnetik

– Anti Ferromagnetik, yaitu bahan yang mempunyai susceptibilitas positif yang kecil
pada segala suhu dengan perubahan susceptibilitas suhu karena keadaan khusus.
– Teori anti ferromagnetik ini dikembangkan oleh Neel seorang ilmuwan Perancis.
– Pada bahan antiferromagnetik domain-domain tadi menghasilkan dipole magnetik
yang saling berlawanan arah sehingga momen magnetik secara keseluruhan sangat
kecil. Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal akan mengalami medan
magnet kecil dan suseptibilitasnya seperti pada bahan paramagnetik suseptibilitas k
seperti paramagnetik, tetapi harganya naik sampai dengan titik curie kemudian turun
lagi menurut hukum curie-weissSusunan dwukutubnya sejajar tetapi berlawanan arah.
– Contohnya :MnO2, MnO, FeO, dan CoO.
Ferrimagnetik (ferrit)

– Ferrimagnetik (ferrit), yaitu suatu bahan yang mampu digunakan untuk perlatan dengan
frekuensi tinggi disamping arus eddy yang terjadi kecil.
– Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel tetapi jumlah
dipole pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih mempunyai resultan
magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi (Tabel 3) dan tergantung temperatur.
– Contoh: magnetit, ilmenite, pirhotit, hematit, ferrite, yttrium.
– Berdasarkan proses terjadinya maka ada dua macam magnet:
o Magnet induksi bergantung pada suseptibilitasnya menyebabkan anomali pada medan magnet
bumi
o Magnet permanen bergantung pada sejarah pembentukan batuan tadi
Tabel 3
Pengujian sifat kemagnetan
dengan VSM
Vibrating Sample Magnetometer (VSM) beroperasi
pada Hukum Faraday tentang Induksi, yang
memberi tahu kita bahwa medan magnet yang
berubah akan menghasilkan medan listrik. Medan
listrik ini bisa diukur dan dapat memberi tahu kita
informasi tentang medan magnet yang berubah.
VSM digunakan untuk mengukur perilaku magnetik
material magnetik.
Prinsip VSM

– VSM beroperasi dengan terlebih dahulu menempatkan sampel untuk


dipelajari dalam medan magnet konstan.
– Jika sampel adalah magnet, medan magnet konstan ini akan menarik sampel
dengan menyelaraskan domain magnetik, atau putaran magnet individu,
dengan medan. Semakin kuat konstanta bidang, akan semakin besar
magnetisasi.
– Momen dipol magnetik sampel akan membuat medan magnet di sekitar
sampel, kadang-kadang disebut medan magnet menyimpang.
– Ketika sampel digerakkan ke atas dan ke bawah, medan magnet yang
menyimpang ini berubah sebagai fungsi waktu dan dapat dirasakan oleh
seperangkat koil pengambilan.
– Medan magnet bolak-balik akan menyebabkan medan listrik pada koil
pengambilan menurut Hukum Induksi Faraday. Arus ini akan sebanding
dengan magnetisasi sampel. Semakin besar magnetisasi, semakin besar arus
induksi.
– Arus induksi diperkuat oleh penguat transimpedansi dan penguat
penguncian. Berbagai komponen dihubungkan ke antarmuka komputer.
– Dengan menggunakan perangkat lunak pengontrol dan pemantauan, sistem
dapat memberi tahu Anda seberapa besar sampel dimagnetisasi dan
bagaimana magnetisasi bergantung pada kekuatan medan magnet konstan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai