Anda di halaman 1dari 20

MASALAH ETIK MORAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN
KHARISMA KUSUMANINGTYAS
MASALAH ETIK MORAL

ABORSI
Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mencapai
viabilitas dengan usia kehamilan < 22 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram.

• Hukum Aborsi
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau
pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah
“Abortus Provocatus Criminalis”

• Yang menerima hukuman adalah:


- Ibu yang melakukan aborsi
- Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
- Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
• Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh bidan untuk turut andil,
upaya untuk menurunkan kematian ibu dengan aborsi :
- Mencegah terjadinya KTD dengan cara :
melakukan advokasi ke masyarakat tentang isu – isu kespro
consent informed kepada klien kontrasepsi
Melakukan konseling pada perempuan dengan masalah KTD,
tanpa sikap menghakimi
- Sampaikan informasi yang diperlukan, misalnya :
• Prosedur aborsi yang aman, kemungkinan efek samping
• Macam aborsi tidak aman dan dampaknya
• Resiko dari setiap keputusan yang diambil klien

• Cara mencegah KTD dikemudian hari


– Untuk kasus-kasus tertentu (KTD akibat perkosaan)/klien tetap
memutuskan ingin mengakhiri kehamilannya, rujuk klien kepada
tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan keterampilan untuk
tindakan aborsi yang aman.
EUTHANASIA
• Euthanasia berasal dari Bahasa Yunani adalah
praktik pencabutan kehidupan manusia atau
hewan melalui cara yang dianggap tidak
menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa
sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan
cara memberikan suntikan yang mematikan.
• Aturan hukum mengenai masalah ini berbeda-
beda di tiap negara dan seringkali berubah seiring
dengan perubahan norma-norma budaya
maupun ketersediaan perawatan atau tindakan
medis.
ADOPSI
• Adopsi berasal dari kata “adaptie” dalam
bahasa Belanda.
• Menurut kasus hukum berarti “Pengangkatan
seorang anak untuk anak kandungnya
sendiri”. Dalam bahasa Malaysia dipakai kata
adopsi, berarti anak angkat atau mengangkat
anak. Sedangkan dalam Bahasa Inggris,
“Edoft” (Adaption), berarti pengangkatan anak
atau mengangkat anak.
TRANSPLANTASI
• Transplantasi adalah pemindahan seluruh atau
sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain,
atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh
yang sama. Transplantasi ditinjau dari sudut si
penerima, dapat dibedakan menjadi:
• Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan
atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu
sendiri.
• Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan
atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.
• Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan
atau organ dari suatu spesies ke tubuh spesies lainnya.
BAYI TABUNG
• Bayi tabung adalah upaya jalan pintas untuk
mempertemukan sel sperma dan sel telur
diluar tubuh (in vitro fertilization). Setelah
terjadi konsepsi hasil tersebut dimasukkan
kembali ke dalam rahim ibu atau embrio
transfer sehingga dapat tumbuh menjadi janin
sebagaimana layaknya kehamilan biasa. Status
bayi tabung ada 3 macam :
• Inseminasi buatan dengan sperma suami.
• Inseminasi buatan dengan sperma donor.
• Inseminasi buatan dengan model titipan.
Langkah-Langkah yang Dilakukan Dalam
Menyelesaikan Masalah Dilema Etik
Pengkajian
• Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah
“adakah saya terlibat langsung dalam dilema?”.
Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan
menjadi pendengar yang berempati. Target tahap
ini adalah terkumpulnya data dari seluruh
pengambil keputusan, dengan bantuan
pertanyaan yaitu :
• Apa yang menjadi fakta medik ?
• Apa yang menjadi fakta psikososial ?
• Apa yang menjadi keinginan klien ?
• Apa nilai yang menjadi konflik ?
Perencanaan
• Untuk merencanakan dengan tepat dan
berhasil, setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam
proses. Thomson and Thomson (1985)
mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik
namun terintegrasi dalam perencanaan, yaitu:
- Tentukan tujuan dari treatment.
- Identifikasi pembuat keputusan
- Daftarkan dan beri bobot seluruh
opsi/pilihan.
Implementasi
• Selama implementasi, klien/keluarganya yang
menjadi pengambil keputusan beserta anggota
tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan
putusan yang dapat diterima dan saling
menguntungkan.
• Harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang
diperlukan bernegosiasi.
• Peran bidan adalah menjaga agar komunikasi tak
memburuk, karena dilema etis sering kali
menimbulkan efek emosional seperti rasa
bersalah, sedih/berduka, marah, dan emosi kuat
yang lain  dapat menyebabkan kegagalan
komunikasi pada para pengambil keputusan.
• Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema
etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif yang
menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak
menarik, bahkan tak mengenakkan. Sekali
tercapai kesepakatan, pengambil keputusan
harus menjalankannya. Kadang kala kesepakatan
tak tercapai karena semua pihak tak dapat
didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau lain
waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian
utama klien. Sering kali klien/keluarga
mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan
di dalam situasi lain permintaan klien dapat
dihormati.
Evaluasi
• Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema
etis seperti yang ditentukan sebagai outcome-nya 
terjadi Perubahan status klien, kemungkinan
treatment  medik, dan fakta sosial  perlu Komunikasi
diantara para pengambil keputusan
• Dilema menjadi sulit dipecahkan  memerlukan
pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih
prinsip etis  keduanya sama-sama memiliki kebaikan
dan keburukan.
• dilema etis  terdapat dampak emosional seperti rasa
marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan
keputusan rasional membutuhkan kemampuan
interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang bidan.
• Masalah pengambilan keputusan dalam
pemberian transplantasi ginjal juga sering 
menimbulkan dilema etis karena sangat
berhubungan dengan hak asasi manusia,
pertimbangan tingkat keberhasilan tindakan dan
keterbatasan sumber-sumber  organ tubuh yang
dapat didonorkan kepada orang lain sehingga
memerlukan pertimbangan yang matang. Oleh
karena itu sebagai perawat yang berperan
sebagai konselor dan pendamping harus dapat
meyakinkan klien bahwa keputusan akhir dari
komite merupakan keputusan yang terbaik.
Informed Choice
• Menurut Jhon M. Echols dalam kamus bahasa inggris
indonesia tahun 2003 Informed berarti telah
diberitahukan, telah disampaikan, telah di
informasikan. Sedangkan Choice berarti pilihan.
Dengan demikian secara umum Infrmed Choice dapat
diartikan memberitahukan atau menjelaskan pilihan-
pilihan yang ada pada klien.
• Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih
asuhannya, peran bidan tidak hanya membuat asuhan
dalam menejemen asuhan kebidanan tetapi juga
menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan
dan keinginannya terpenuhi.
• Menurut kode etik bidan internasional tahun
1993, ”bidan harus menghormati hak informed
choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu
tentang pilihan dalam asuhan dan tanggung
jawabnya tentang hasil dari pilihannya”
• Informasi kepada ibu, tentang pemahaman
resiko, manfaat, keuntungan, dan kemungkinan
hasil dari tiap pilihannya  Tetapi sebagian besar
wanita masih sulit untuk membuat keputusan
karena alasan social, ekonomi, kurangnya
pendidikan, dan pemahaman masalah kesehatan.
Kesulitan bahasa, dan pehamanan sistem
kesehatan yang tersedia dan lain-lain.
Berikut rambu-rambu yang harus di ingat dalam
Informed Choice :
• Informed Choice bukan sekedar mengetahui
berbagai pilihan yang ada, namun juga
mengerti benar manfaat dan resiko dari setiap
pilihan yang ditawarkan.
• Informed choice tidak sama dengan
membujuk atau memaksa klien mengambil
keputusan yang menurut orang lain baik
(meskipun dilakukan dengan cara halus)
Informed Consent
Menurut Jusuf Hanafiah (1999) Informed consent 
persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter setelah
diberikan penjelasan.
Hal ini dilakukan setiap melakukan tindakan medis sekecil
apapun tindakan tersebut.
Menurut Depkes (2002),informed consent dibagi menjadi 2
bentuk yaitu:
• Implied consent, yaitu persetujuan yang dinyatakan secara
langsung.
• Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam
bentuk tulisan atau ferbal.
Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi
sebelum dimintakan persetujuan tindakan kedokteran
kepada klien adalah:
• Dalam keadaan gawat darurat (emergensi), dimana dokter
harus segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa.
• Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak
bisa menghadapi situasi dirinya. Ini tercantum dalam
Permenkes No.290/Menkes/Per/III/2008.

Menurut Culver and Gert, ada 4 komponen yang harus


dipahami pada suatu consent/persetujuan :
• Sukarela (voluntariness)
• Informasi (information)
• Kompetensi (competence)
• Keputusan (decision)
Syarat sahnya perjanjian atau consent
1. Adanya kata sepakat
Sepakat dari pihak bidan maupun klien tanpa paksaan, tipuan
maupun kekeliruan setelah diberi informasi sejelas – jelasnya.
2. Kecakapan
Artinya seseorang memiliki kecakapan memberikan
persetujuan, jika orang itu mampu melakukan tindakan hukum,
dewasa dan tidak gila.
Bila pasien seorang anak, yang berhak memberikan persetujuan
adalah orangtuanya, pasien dalam keadaan sakit tidak dapat
berpikir sempurna shg ia tidak dapat memberikan persetujuan
untuk dirinya sendiri, seandainya dalam keadaan terpaksa tidak
ada keluarganya dan persetujuan diberikan oleh pasien sendiri
dan bidan gagal dalam melakukan tindakannya maka
persetujuan tersebut dianggap tidak sah.
3. Suatu Hal Tertentu
Obyek persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan
dengan jelas dan terinci.
Contoh :
Dalam persetujuan ditulis dengan jelas identitas pasien meliputi
nama, jenis kelamin, alamat, nama suami, atau wali. Kemudian
yang terpenting harus dilampirkan identitas yang membuat
persetujuan
4. Suatu Sebab Yang Halal
Isi persetujuan tidak boleh bertentangan dengan undang –
undang, tata tertib, kesusilaan, norma dan hukum
Contoh :
abortus provocatus pada seorang pasien oleh bidan, meskipun
mendapatkan persetujuan si pasien dan persetujuan telah
disepakati kedua belah pihak tetapi dianggap tidak sah sehingga
dapat dibatalkan demi hukum

Anda mungkin juga menyukai