Group B – High Strength Bolts, Ft = 113 ksi A307 – Low carbon steel
ASTM A490, A490M, F2280, and A354 Grade BD Not commonly used
Only used for secondary members
A325 – High-strength medium carbon steel (above left)
Most common bolts used in building construction
A490 – High-strength heat treated steel (above right)
Cost more than A325’s, but are stronger so fewer bolts may be necessary
Ft = tensile strength from AISC Table J3.2 Note that the ASTM designation is indicated on the head of the bolts above
TIPE BAUT ASTM
Hex Head
TIPE SAMBUNGAN BAUT
• Sambungan baut tipe geser dengan mekanisme slip kritis sering kali dipilih untuk
struktur yang senantiasa menerima beban dinamik atau beban tarik bolak-balik.
• Umumnya dipakai pada struktur jembatan ataupun di pabrik industri.
• Kuat sambungan slip kritis dihasilkan dari tahanan friksi bidang kontak plat akibat
adanya gaya prategang di baut.
Prategang diberikan
pada baut
Prategang diberikan
pada baut
Slip kritis pada
• Tahanan friksi bersifat pasif sebagai reaksi dari beban luar penampang baja
𝑅𝑛 =𝜇 𝐷 𝑢 h𝑓 𝑇 𝑏 𝑛 𝑠
Dimana:
𝜇
Koefisien slip rata-rata, tergantung kondisi permukaan (μ = 0,3)
𝐷𝑢
Faktor pengali untuk gaya prategang pada baut rata-rata terpasang (D u = 1,13)
h𝑓
Faktor jika terdapat pelat pengisi diantara sambungan (h f = 1,0)
𝑇𝑏
Gaya tarik baut prategang minimum sesuai AISC 2010
𝑛𝑠
Jumlah permukaan bidang kontak
• Tahanan slip kritis biasanya digunakan pada tahap awal untuk desain sambungan tipe geser
• Karena mekanisme slip selalu terjadi sebelum tumpu pada plat, maka dapat digunakan untuk memperkirakan
kebutuhan jumlah baut dalam sistem sambungan
MEKANISME TUMPU
Slip
• Sambungan baut tipe geserdengan mekanisme tumpu hanya terjadi jika mekanisme slip
kritis gagal, yang ditandai dengan terjadinya slip. P P
• Mekanisme tumpu yang terjadi jika tidak segera diperbaiki akan berisiko mengalami
kerusakan fatig.
• Fatig atau kelelahan adalah fenomena keruntuhan material logam yang terjadi pada
kondisi tegangan relatif rendah sebelum mencapai leleh akibat beban bolak balik.
Prategang diberikan
pada baut P
P
Kondisi 1
0,5P Kondisi 1 Kondisi 2
P Kondisi 2
Tampak Atas
0,5P
P
Prategang diberikan
pada baut
𝑅𝑛 =1 , 2𝑙 𝑐 𝑡 𝐹 𝑢 𝑅𝑛 =2 , 4 𝑑 𝑡 𝐹 𝑢
atau
Dipilih nilai terkecil diantara 2 tahanan ini
Merupakan parameter kuat Merupakan parameter kuat Nilai yang lebih kecil berarti parameter yang akan lebih dulu rusak
geser plat di belakang tumpu plat dengan ketebalan
bidang tumpu t
Tampak Atas
Dimana:
𝑙 𝑐 Jarak bersih dihitung dari tepi lubang ke tepi pelat (baut tepi luar) atau jarak bersih antar tepi lubang (baut dalam)
𝑡
Tebal plat atau tebal elemen profil baja yang disambung
𝑑
Diameter baut
Tampak Atas
𝑙𝑐 𝑙𝑐 𝑙𝑐
A B C P
P
Kondisi
Geser
Besar nilai tahanan geser baut untuk kondisi batas slip atau Rn adalah
𝑅𝑛 =𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏
Dimana:
𝐹 𝑛𝑣 Tegangan geser nominal baut (Tabel J3.2)
𝐴𝑏 Luas penampang baut Sumber: AISC, 2010
LATIHAN TAHANAN GESER BAUT
Rencanakan sambungan batang tarik berikut antara profil L 100.100.10 Jika menggunakan mutu baut A325,
mutu BJ37 dan plat buhul tebal 10 mm dengan mutu BJ37 menggunakan 𝑅𝑛 =𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏
3 buah baut M24. 𝑅 =372 𝑥 452,4=168,3 𝑘𝑁
𝑛
40 40
Jumlah baut ada 3 buah, maka tahanan geser baut total,
160 100
P = 504,9 kN
Jika menggunakan mutu baut A490,
a b c 100
𝑅𝑛 =𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏
𝑅𝑛 = 469 𝑥 452,4=212,2 𝑘𝑁
Jumlah baut ada 3 buah, maka tahanan geser baut total,
54 54
27
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅 𝑛= 212,2 𝑥 3=636,5 𝑘𝑁
Penyelesaian
𝑅𝑛 =𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏
Kesimpulan, ketika diberi
Dimana: beban tarik, kuat geser
𝐹 𝑛𝑣 Tegangan geser nominal baut (Tabel J3.2) P
Kondisi
Geser
pada baut hanya mampu
𝐴𝑏 Luas penampang baut
menahan sebesar 504,9 kN
P
untuk mutu baut A325 dan
636,5 kN (A490)
MEKANISME GESER BLOK BAUT
• Perhitungan kekuatan sambungan tipe geser dengan mekanisme tumpu didasarkan
pada sumbangan kekuatan individual masing-masing baut sambungan
• Tipe tersebut hanya cocok untuk tipe sambungan dengan jumlah baut yang relatif
kecil dan dengan konfigurasi sederhana
• Hal ini berbeda ketika jumlah baut relatif banyak, karena akan menimbulkan
perilaku yang berbeda, dimana akan terjadi keruntuhan pada seluruh blok baut
Mengalami
Keruntuhan Tarik
P P
Mengalami
Keruntuhan Geser
𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡 𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑦 𝐴 𝑔𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡
atau
Mengalami
Teg. Tarik Teg. Geser Teg. Tarik Teg. Geser Keruntuhan Geser
Dimana:
𝐴𝑛𝑣
An potongan yang mengalami gaya geser (Ag – A lubang)
𝐴 𝑔𝑣
Ag potongan yang mengalami gaya geser
𝐴𝑛𝑡
An potongan yang mengalami tarik (Ag – A lubang)
𝑈 𝑏𝑠
Koefisien tegangan tarik merata (diambil Ubs = 1,0)
LATIHAN GESER BLOK BAUT
Rencanakan sambungan batang tarik berikut antara profil L 100.100.10
mutu BJ37 dan plat buhul tebal 10 mm dengan mutu BJ37 menggunakan
3 buah baut M24.
40 40
160 100
P
Tarik (Ant)
𝐴 𝑔𝑣 Ag potongan yang mengalami gaya geser
200
Geser (Agv dan Anv)
𝐴 𝑔𝑣 =𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑗𝑎𝑢
𝐴 𝑔𝑣 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙
Penyelesaian
𝐴 =( 200 𝑥 10 ) =2,000 𝑚𝑚2
𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡 𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑢 𝐴 𝑔𝑣 + 𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡
𝑔𝑣
atau
𝐴𝑛𝑡 An potongan yang mengalami tarik
𝐴𝑛𝑡 =𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑎𝑟𝑎h 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑗𝑎𝑢
𝐴𝑛𝑡 =𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙
𝐴 = ( 37 𝑥 10 ) =370 𝑚𝑚2
𝑛𝑡
LATIHAN GESER BLOK BAUT
Keruntuhan
Kondisi fraktur fraktur
𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡
Teg. Tarik Teg. Geser
Keruntuhan
Kondisi leleh leleh
𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑦 𝐴 𝑛𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡
Teg. Tarik Teg. Geser
Kesimpulan, ketika diberi beban tarik, kuat geser blok baut akan
mengalami keruntuhan leleh terlebih dahulu yaitu 424,9 kN
DESAIN SAMBUNGAN BAUT TIPE GESER
Untuk mendapatkan kuat nominal sambungan (Rn), semua mekanisme keruntuhan harus ditinjau:
1. Kuat tumpu plat
2. Kuat geser baut
3. Kuat geser blok
Setelah itu akan dipilih nilai terkecil dari setiap mekanisme keruntuhan untuk dibandingkan dengan kuat nominal batang tarik (Pn).
𝑃𝑛 =∅ 𝑅𝑛
𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ∅=0,75
40 40
160 2. Kuat geser baut
100
P 𝑅𝑛 = 𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏
𝑅𝑛 =372 𝑥 452,4=168,3 𝑘𝑁
a b c 100 Jumlah baut ada 3 buah, maka tahanan geser baut total,
50 37 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑹 𝒏=𝟏𝟔𝟖 ,𝟑 𝒙 𝟑=𝟓𝟎𝟒 , 𝟗 𝒌𝑵
Blok yang ditinjau
Tarik (Ant)
200
Geser (Agv dan Anv)
3. Kuat geser blok
𝑷 =𝟑𝟏𝟖 , 𝟔 𝒌𝑵
𝒏
6. Kesimpulan, kekuatan sambungan (Pn) adalah 318,6 kN, maka beban tarik
maksimum (Pu) yang dapat diberikan adalah 318,6 kN.
TUGAS DESAIN SAMBUNGAN TIPE GESER
Rencanakan sambungan batang tarik berikut antara profil L 100.100.10
mutu BJ37 dan plat buhul tebal 10 mm dengan mutu BJ37 menggunakan
3 buah baut M24 (A325).
35 35
280 100
P
a b c d e 100
50 37
350
Hitung kuat sambungan tipe geser dan cek apakah sambungan dapat
menerima beban tarik sebesar 100 ton.
DESAIN SAMBUNGAN BAUT TIPE TARIK
KONSEP DESAIN SAMBUNGAN BAUT TIPE TARIK
• Hasil penelitian AISC terhadap baut mutu tinggi pada tabel J3.2 menunjukkan
bahwa kuat nominal tarik lebih besar ketimbang kuat nominal geser (1,67x)
• Sambungan baut tipe tarik memerlukan tambahan plat khusus pada ujung batang.
• Pemasangan plat pada ujung bagian ini memerlukan tambahan pengelasan dengan
keakuratan tinggi.
• Proses pemasangan sambungan tipe ini jauh lebih sulit ketimbang sambungan baut
tipe geser (dan lebih mahal)
TIPE SAMBUNGAN MOMENT END PLATE
AISC 358-2016 Chapter 6 – Bolted Unstiffened and Stiffened Extended End Plate Moment Connections
Kolom
Stiffner
Plat Ujung
Balok
Stiffner
𝑀 𝑝𝑟=𝐶 𝑝𝑟 𝑅 𝑦 𝐹 𝑦 𝑍 𝑥
𝑀 𝑓 = 𝑀 𝑝𝑟 + ( 𝑉 𝑢 𝑆h )
Dimana:
𝑀 𝑝𝑟
Besar momen maksimum pada sendi plastis
𝑅𝑦
Ratio tegangan yang terjadi terhadap tegangan leleh
BJ37 (1,5) dan BJ40 (1,1)
𝑍𝑥
Modulus plastis arah sumbu x
𝐹 𝑦+ 𝐹 𝑢 2 𝑀 𝑝𝑟
𝑝𝑟 =
𝐶 ≤ 1,2 𝑢=
𝑉 + 𝑉 𝑔𝑟
2𝐹𝑦 𝐿h
Dimana: Dimana:
𝐶 𝑝𝑟 𝑉𝑢
Faktor peningkatan kekuatan akibat
𝑉 𝑔𝑟
Besar gaya geser di ujung balok
𝐹𝑦
kekuatan material
𝐿
Besar gaya geser dari hasil kombinasi pembebanan
𝐹
Tegangan leleh elemen balok
h Jarak antar sendi plastis pada balok
𝑢 Tegangan ultimate elemen balok 𝐿h= 𝐿− 𝑆 h
𝐿
Panjang balok
PROSEDUR DESAIN CH. 6
2. Pilih jenis sambungan MEP yang akan digunakan
𝑑 𝑏 ′ 𝑟𝑒𝑞 =
2 𝑀𝑓
√ 𝜋 ∅ 𝑛 𝐹 𝑛𝑡 ( h0 +h 1)
Dimana:
𝐹 𝑛𝑡
h𝑖
Besar momen maksimum pada sendi plastis (MPa)
h
Jarak pada tabel 6.2
∅
0 Jarak pada tabel 6.2
𝑛 0,90
PROSEDUR DESAIN CH. 6
4. Ukuran baut yang akan digunakan untuk sambungan harus lebih besar
dari kebutuhan diameter lubang
𝑡 𝑝′ 𝑟𝑒𝑞 =
1,11 𝑀 𝑓
√ ∅ 𝑑 𝐹 𝑦𝑝 𝑌 𝑝
Dimana:
𝐹 𝑦𝑝
Tegangan leleh material plat (MPa)
𝑌𝑝
Mekanisme garis leleh yang terjadi pada plat Tabel 6.2 (mm)
∅
𝑑 1,00
Plat Ujung
PROSEDUR DESAIN CH. 6 8. Kontrol geser dan leleh yang terjadi pada plat
𝐹 𝑓𝑢 Jika kontrol tidak masuk,
6. Tebal plat ujung yang akan digunakan untuk sambungan harus lebih
2
≤ ∅ 𝑅𝑛 = ∅𝑑 ( 0,6 ) 𝐹 𝑦𝑝 𝑏 𝑝 𝑡 𝑝
perbesar tebal plat ujung atau
perbesar mutu baja plat ujung
besar dari kebutuhan tebal plat ujung yang telah dianalisa sebelumnya
Dimana:
∅
𝑡𝑏
0,75
𝑏
Ketebalan plat ujung (mm)
7. Faktor gaya yang terjadi pada flange balok F fu 𝑏 Lebar plat ujung Tabel 6.2 (mm)
Nilai ini tidak boleh diambil lebih besar dari lebar profil balok
𝑀𝑓
𝑓𝑢 =
𝐹
𝑑 − 𝑡 𝑏𝑓
Dimana:
𝑑
𝑡 𝑏𝑓
Tinggi balok (mm)
Dimana:
𝐴
Kuat nominal geser dari baut (MPa)
𝐹𝑢𝑝
Tegangan ultimate plat ujung (MPa)
𝑛
𝑏 Luas penampang baut (mm2)
𝐴𝑛
A netto plat ujung (mm2) 𝑏
Jumlah baut pada sisi flange yang menerima gaya tekan (4 bh)
𝑉
𝐴𝑛 =𝑡 𝑝 [ 𝑏 𝑝 − 2(𝑑 𝑏 +3) ] 𝑢 Gaya geser pada sisi ujung balok
𝑡𝑝
𝑏𝑝
Sisi tarik
Plat pengaku
Sisi tekan
PROSEDUR DESAIN CH. 6
11. Kontrol kuat tumpu baut dan plat yang terjadi pada sisi flange kolom
𝑉 𝑢 ≤ ∅ 𝑅 𝑛= ( 𝑛𝑖 𝑟 𝑛𝑖 ) +( 𝑛𝑜 𝑟 𝑛𝑜 )
Dimana:
𝑛𝑖
𝑛
Jumlah baut sisi dalam
𝑟 𝑛𝑖 =1,2 𝐿𝑐 𝑡 𝑓𝑐 𝐹 𝑢 <2,4 𝑑 𝑏 𝑡 𝑓𝑐 𝐹 𝑢
𝑟 𝑛𝑜 =1,2 𝐿𝑐 𝑡 𝑓𝑐 𝐹 𝑢 <2,4 𝑑 𝑏 𝑡 𝑓𝑐 𝐹 𝑢
Dimana:
𝑟 𝑛𝑖
𝑟
Kuat tarik baut sisi dalam
𝐿𝑐 𝑜𝑢𝑡𝑒𝑟
𝑛𝑜 Kuat tarik baut sisi luar
𝑑𝑒
𝑡 𝑓𝑐
Tebal flange dari kolom
𝐿
𝑐 Jarak bersih untuk baut sisi dalam dan baut sisi luar 𝐿𝑐 𝑖𝑛𝑛𝑒𝑟
𝐿𝑐 𝑖𝑛𝑛𝑒𝑟 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑏𝑎𝑢𝑡 − 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑢𝑡
1
𝑐 𝑜𝑢𝑡𝑒𝑟 =𝑑 𝑒 −
𝐿 𝑑
2 𝑏
PROSEDUR DESAIN CH. 6 • Analisis pertama dilakukan dengan asumsi tidak memerlukan plat
pengaku pada kolom, gunakan rumus S dan Yc sebelah kanan
Parameter Sambungan Momen End Plate
pada Tabel 6.5
• Jika kontrol tidak masuk, tambahkan plat pengaku
B. Desain Plat Ujung dan Sambungan Baut sisi Kolom
1. Cek nilai tekuk dan leleh yang terjadi pada flange kolom t cf
𝑡 𝑐𝑓 ≥
1,11 𝑀 𝑓 Jika kontrol tidak masuk,
√ ∅𝑑 𝐹 𝑦𝑐 𝑌 𝑐
perbesar dimensi kolom atau
tambah plat pengaku kolom
Dimana:
𝐹 𝑦𝑐
𝑌
Tegangan leleh material kolom (MPa)
Syarat: ∅ 𝑅𝑛 > 𝐹 𝑓𝑢
2. Jika diperlukan plat pengaku kolom, hitung nilai tegangan plat
pengaku yang diperlukan Rn Jika kontrol tidak masuk,
∅ 𝑅𝑛 =[ 𝐶 𝑡 ( 6 𝑘 𝑐 +2 𝑡 𝑝 ) ] 𝐹 𝑦𝑐 𝑡 𝑤𝑐 perbesar dimensi kolom atau
tambah plat pengaku kolom
𝑘
𝑡 0,5
Dimana:
𝐹 𝑦𝑐
𝑌
Tegangan leleh material kolom (MPa)
𝑐
𝑡 𝑐𝑓
Mekanisme leleh pada flange kolom Tabel 6.5 (mm)
24 𝑡 𝑐𝑤 3 √ 𝐸 𝐹 𝑦𝑐
sisi balok < d/2
12 𝑡 𝑐𝑤 3 √ 𝐸 𝐹 𝑦𝑐
[ 1+3
𝑁
( )( )
𝑑𝑐 𝑡 𝑓𝑐 ]√ 𝑡 𝑤𝑐
∅ 𝑅𝑛 = ∅ 𝑅𝑛 =
h h
Jika jarak dari kolom ke sisi balok < d/2
Dimana:
∅ 𝑅𝑛 =0,4 𝑡 𝑤𝑐
1,5
𝑡 𝑤𝑐 𝐸 𝐹 𝑦𝑐 𝑡 𝑓𝑐
∅
h
0,75
2
[ 1+3
𝑁
( )( )
𝑑𝑐 𝑡 𝑓𝑐 ]√ 𝑡 𝑤𝑐
Jarak bersin antar 2 flange kolom
𝑁 =𝑏 𝑓 +2 𝑤 + 2𝑡 𝑝
LATIHAN DESAIN SAMBUNGAN TIPE TARIK
Kolom WF 500.200.10.16
Pengaku Plat
Kolom Ujung