Anda di halaman 1dari 38

DESAIN SAMBUNGAN BAUT

AISC 360-2010 & SNI 1729: 2015


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASILA
2016
SAMBUNGAN BAUT
• Selama proses perakitan, pekerja akan memasang minimum 2 buah baut untuk setiap sistem sambungan
• Setelah semua elemen struktur terpasang, baru sisa baut akan dipasang dan dikencangkan
• Dalam proses pemasangan baut, ada pola tertentu yang harus dijalankan, sehingga sistem sambungan baut dapat bekerja
sesuai dengan jenis perletakannya
JENIS BAUT DALAM SAMBUNGAN
A307 – Machine Bolts, Ft = 45 ksi

Group A – High Strength Bolts, Ft = 90 ksi


ASTM A325, A325M, F1852, A354 Grade BC, A449

Group B – High Strength Bolts, Ft = 113 ksi A307 – Low carbon steel
ASTM A490, A490M, F2280, and A354 Grade BD  Not commonly used
 Only used for secondary members
A325 – High-strength medium carbon steel (above left)
 Most common bolts used in building construction
A490 – High-strength heat treated steel (above right)
 Cost more than A325’s, but are stronger so fewer bolts may be necessary
Ft = tensile strength from AISC Table J3.2 Note that the ASTM designation is indicated on the head of the bolts above
TIPE BAUT ASTM

Round head (or button head) TC


bolts are most common,
Round Head
domestically produced TC bolt.

Hex Head
TIPE SAMBUNGAN BAUT

Tipe Sambungan Geser Tipe Sambungan Tarik


DESAIN SAMBUNGAN BAUT TIPE GESER
KONSEP DESAIN SAMBUNGAN BAUT TIPE GESER
• Perencanaan sambungan baut tipe geser adalah yang pertama akan dibahas.
• Pelaksanaannya paling sering ditemui dan mudah dalam pemasangannya.
• Pada perencanaan batang tarik, lubang baut akan mempengaruhi luas penampang.
• Sehingga semakin banyak lubang baut, maka luas penampang semakin berkurang.
• Luas penampang semakin berkurang, kekuatan tarik juga semakin berkurang.

Perilaku keruntuhan/ kegagalan sambungan baut tipe geser:


• Slip Kritis
• Tumpu (tumpu baut, geser baut, dan geser blok)

Konfigurasi sambungan baut


dan cara pemasangan akan Setelah mendapatkan nilai
mempengaruhi kekuatan dan Tahanan Tarik Nominal (Pn) untuk
kekakuan sambungan
sambungan, maka perlu dikontrol
terhadap Tahanan Nominal Slip
Kritis (Rn)
MEKANISME SLIP KRITIS
Besar gaya prategang minimum pada baut untuk mekanisme slip kritis

• Sambungan baut tipe geser dengan mekanisme slip kritis sering kali dipilih untuk
struktur yang senantiasa menerima beban dinamik atau beban tarik bolak-balik.
• Umumnya dipakai pada struktur jembatan ataupun di pabrik industri.
• Kuat sambungan slip kritis dihasilkan dari tahanan friksi bidang kontak plat akibat
adanya gaya prategang di baut.

Prategang diberikan
pada baut

Sumber: AISC, 2010


0,5P

Kekuatan tahanan friksi juga sangat tergantung dari


P Tahanan Friksi pada Plat pekerjaan persiapan permukaan elemen yang disambung
• Permukaan baja bersih tanpa cat, coating kelas A
0,5P • Permukaan baja bersih tanpa cat, coating kelas B

Prategang diberikan
pada baut
Slip kritis pada
• Tahanan friksi bersifat pasif sebagai reaksi dari beban luar penampang baja

• Besarnya tergantung dari gaya prategang baut dan


kondisi permukaan kontak
TAHANAN SLIP KRITIS
Besar nilai tahanan slip untuk kondisi batas slip atau Rn adalah

𝑅𝑛 =𝜇 𝐷 𝑢 h𝑓 𝑇 𝑏 𝑛 𝑠
 

Dimana:
𝜇
  Koefisien slip rata-rata, tergantung kondisi permukaan (μ = 0,3)
𝐷𝑢
  Faktor pengali untuk gaya prategang pada baut rata-rata terpasang (D u = 1,13)
h𝑓
  Faktor jika terdapat pelat pengisi diantara sambungan (h f = 1,0)
𝑇𝑏
  Gaya tarik baut prategang minimum sesuai AISC 2010
𝑛𝑠
  Jumlah permukaan bidang kontak

• Tahanan slip kritis biasanya digunakan pada tahap awal untuk desain sambungan tipe geser
• Karena mekanisme slip selalu terjadi sebelum tumpu pada plat, maka dapat digunakan untuk memperkirakan
kebutuhan jumlah baut dalam sistem sambungan
MEKANISME TUMPU
Slip

• Sambungan baut tipe geserdengan mekanisme tumpu hanya terjadi jika mekanisme slip
kritis gagal, yang ditandai dengan terjadinya slip. P P

• Mekanisme tumpu yang terjadi jika tidak segera diperbaiki akan berisiko mengalami
kerusakan fatig.
• Fatig atau kelelahan adalah fenomena keruntuhan material logam yang terjadi pada
kondisi tegangan relatif rendah sebelum mencapai leleh akibat beban bolak balik.

Prategang diberikan
pada baut P
P
Kondisi 1
0,5P Kondisi 1 Kondisi 2

P Kondisi 2

Tampak Atas
0,5P

P
Prategang diberikan
pada baut

Kondisi yang akan terjadi pada baut:


• Kondisi 1 (Tahanan Tumpu Plat)  plat mengalami tumpu, daya tahan tergantung dari kekuatan plat
• Kondisi 2 (Tahanan Geser Baut)  baut mengalami geser pada bagian internal
TAHANAN TUMPU PLAT
Besar nilai tahanan tumpu baut untuk kondisi batas slip atau Rn adalah

𝑅𝑛 =1 , 2𝑙 𝑐 𝑡 𝐹 𝑢 𝑅𝑛 =2 , 4 𝑑 𝑡 𝐹 𝑢
  atau
  Dipilih nilai terkecil diantara 2 tahanan ini

Merupakan parameter kuat Merupakan parameter kuat Nilai yang lebih kecil berarti parameter yang akan lebih dulu rusak
geser plat di belakang tumpu plat dengan ketebalan
bidang tumpu t

Tampak Atas

Dimana:
𝑙 𝑐 Jarak bersih dihitung dari tepi lubang ke tepi pelat (baut tepi luar) atau jarak bersih antar tepi lubang (baut dalam)
 
𝑡
  Tebal plat atau tebal elemen profil baja yang disambung
𝑑
  Diameter baut

Tampak Atas

𝑙𝑐 𝑙𝑐 𝑙𝑐
  A   B   C P

Baut tepi luar Baut tepi dalam


LATIHAN TAHANAN TUMPU PLAT
Rencanakan sambungan batang tarik berikut antara profil L 100.100.10
mutu BJ37 dan plat buhul tebal 10 mm dengan mutu BJ37 menggunakan Untuk baut a (baut tepi luar)
3 buah baut M24.
𝑅𝑛𝑎 =1 ,2 𝑙 𝑐 𝑡 𝐹𝑢 𝑅𝑛𝑎 =2 , 4 𝑑 𝑡 𝐹 𝑢
40 40
  atau
 
160 𝑅𝑛𝑎 =1 ,2 𝑥 27 𝑥 10 𝑥 370 𝑅𝑛𝑎 =2 , 4 𝑥 24 𝑥 10 𝑥 370
P
100
   
𝑅𝑛𝑎 =119,9 𝑘𝑁 𝑅 𝑛𝑎 =2 13,2𝑘𝑁
   
a b c 100
Untuk baut b (baut tepi dalam)
𝑅𝑛𝑏 =1 ,2 𝑙 𝑐 𝑡 𝐹𝑢 𝑅𝑛𝑏 =2 , 4 𝑑 𝑡 𝐹 𝑢
  atau
 
54 54 𝑅𝑛𝑏 =1 ,2 𝑥 54 𝑥 10 𝑥 370 𝑅𝑛𝑏 =2 , 4 𝑥 24 𝑥 10 𝑥 370
27    
𝑅𝑛𝑏 =239,7 𝑘𝑁 𝑅𝑛𝑏 =2 13,2𝑘𝑁
   
Penyelesaian
𝑅𝑛 =1 , 2𝑙 𝑐 𝑡 𝐹 𝑢 𝑅𝑛 =2 , 4 𝑑 𝑡 𝐹 𝑢
  atau
  Untuk baut c (baut tepi dalam)
𝑅𝑛𝑐 =1 , 2 𝑙 𝑐 𝑡 𝐹 𝑢 𝑅𝑛𝑐 = 2 , 4 𝑑 𝑡 𝐹𝑢
Dimana:   atau
 
𝑙 𝑐 Jarak bersih dihitung dari tepi lubang ke tepi pelat (baut tepi
  𝑅𝑛𝑐 =1 , 2 𝑥 54 𝑥 10 𝑥 370
 
𝑅 𝑛𝑐 = 2 , 4 𝑥 24 𝑥 10 𝑥 370
 
luar) atau jarak bersih antar tepi lubang (baut dalam)
𝑅𝑛𝑐 = 239,7 𝑘𝑁 𝑅𝑛𝑐 = 213,2 𝑘𝑁
𝑡
  Tebal plat atau tebal elemen profil baja yang disambung    
𝑑
  Diameter baut
LATIHAN TAHANAN TUMPU PLAT
Maka,
𝑅𝑛 = 𝑅 𝑛𝑎 + 𝑅 𝑛𝑏 + 𝑅𝑛𝑐
 
𝑅𝑛 =119,9+ 213,2+ 213,2
 
𝑹𝒏 =𝟓𝟒𝟔 , 𝟑 𝒌𝑵
 

Kesimpulan, ketika diberi beban tarik, pada baut a, keruntuhan akan


diawali oleh kuat geser plat sebesar 119,9 kN, selanjutnya jika tetap diberi
beban tarik hingga mencapai 546,3 kN, kuat tumpu plat dibelakang baut
b dan c akan mengalami keruntuhan.
TAHANAN GESER BAUT
• Kerusakan yang terjadi terlebih dahulu pada baut adalah mengalami geser yang relatif
lebih lemah dari kekuatan tumpunya
• Oleh karena itu hanya akan dibahas tahanan geser saja

P
Kondisi
Geser

Besar nilai tahanan geser baut untuk kondisi batas slip atau Rn adalah

𝑅𝑛 =𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏
 

Dimana:
𝐹 𝑛𝑣 Tegangan geser nominal baut (Tabel J3.2)
 
𝐴𝑏 Luas penampang baut Sumber: AISC, 2010
 
LATIHAN TAHANAN GESER BAUT
Rencanakan sambungan batang tarik berikut antara profil L 100.100.10 Jika menggunakan mutu baut A325,
mutu BJ37 dan plat buhul tebal 10 mm dengan mutu BJ37 menggunakan 𝑅𝑛 =𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏
 
3 buah baut M24. 𝑅 =372 𝑥 452,4=168,3 𝑘𝑁
 𝑛

40 40
Jumlah baut ada 3 buah, maka tahanan geser baut total,
160 100
P = 504,9 kN
 
Jika menggunakan mutu baut A490,
a b c 100
𝑅𝑛 =𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏
 
𝑅𝑛 = 469 𝑥 452,4=212,2 𝑘𝑁
 
Jumlah baut ada 3 buah, maka tahanan geser baut total,
54 54
27
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅 𝑛= 212,2 𝑥 3=636,5 𝑘𝑁
 
Penyelesaian
𝑅𝑛 =𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏
  Kesimpulan, ketika diberi
Dimana: beban tarik, kuat geser
𝐹 𝑛𝑣 Tegangan geser nominal baut (Tabel J3.2) P
  Kondisi
Geser
pada baut hanya mampu
𝐴𝑏 Luas penampang baut
  menahan sebesar 504,9 kN
P
untuk mutu baut A325 dan
636,5 kN (A490)
MEKANISME GESER BLOK BAUT
• Perhitungan kekuatan sambungan tipe geser dengan mekanisme tumpu didasarkan
pada sumbangan kekuatan individual masing-masing baut sambungan
• Tipe tersebut hanya cocok untuk tipe sambungan dengan jumlah baut yang relatif
kecil dan dengan konfigurasi sederhana
• Hal ini berbeda ketika jumlah baut relatif banyak, karena akan menimbulkan
perilaku yang berbeda, dimana akan terjadi keruntuhan pada seluruh blok baut

Mengalami
Keruntuhan Tarik

P P

Mengalami
Keruntuhan Geser

Sumber: AISC, 2010


TAHANAN GESER BLOK BAUT
Mengalami
Keruntuhan Tarik
• Jenis keruntuhan ini sering disebut keruntuhan blok geser
• Analisis tahanan blok geser ini wajib dilaksanakan untuk kasus jumlah baut yang
relatif banyak dan ditempatkan berkelompok Anv
• Keruntuhan yang terjadi adalah:
1. Keruntuhan Tarik
2. Keruntuhan Geser P P
Ant
Besar nilai tahanan tumpu baut untuk kondisi geser blok (Rn) adalah
Keruntuhan Keruntuhan
fraktur leleh

𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡 𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑦 𝐴 𝑔𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡
  atau
 
Mengalami
Teg. Tarik Teg. Geser Teg. Tarik Teg. Geser Keruntuhan Geser

Dimana:
𝐴𝑛𝑣
  An potongan yang mengalami gaya geser (Ag – A lubang)
𝐴 𝑔𝑣
  Ag potongan yang mengalami gaya geser
𝐴𝑛𝑡
  An potongan yang mengalami tarik (Ag – A lubang)
𝑈 𝑏𝑠
  Koefisien tegangan tarik merata (diambil Ubs = 1,0)
LATIHAN GESER BLOK BAUT
Rencanakan sambungan batang tarik berikut antara profil L 100.100.10
mutu BJ37 dan plat buhul tebal 10 mm dengan mutu BJ37 menggunakan
3 buah baut M24.

40 40
160 100
P

𝐴𝑛𝑣 An potongan yang mengalami gaya geser


 
𝐴𝑛𝑣 =𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑎𝑟𝑎h h𝑜𝑟𝑖𝑠𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑗𝑎𝑢 − 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑢𝑡
a b c 100  
50 37 𝐴𝑛𝑣 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 − 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑢𝑡
 
Blok yang ditinjau 𝐴 = ( 200 𝑥 10 ) − ( 26 𝑥 2,5 𝑥 10 ) =1,350 𝑚𝑚2
  𝑛𝑣

Tarik (Ant)
𝐴 𝑔𝑣 Ag potongan yang mengalami gaya geser
200
Geser (Agv dan Anv)
 
𝐴 𝑔𝑣 =𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑗𝑎𝑢
 
𝐴 𝑔𝑣 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙
Penyelesaian  
𝐴 =( 200 𝑥 10 ) =2,000 𝑚𝑚2
𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡 𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑢 𝐴 𝑔𝑣 + 𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡
  𝑔𝑣

  atau
  𝐴𝑛𝑡 An potongan yang mengalami tarik
 
𝐴𝑛𝑡 =𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑎𝑟𝑎h 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑗𝑎𝑢
 
𝐴𝑛𝑡 =𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙
 
𝐴 = ( 37 𝑥 10 ) =370 𝑚𝑚2
  𝑛𝑡
LATIHAN GESER BLOK BAUT
Keruntuhan
Kondisi fraktur fraktur

𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡
 
Teg. Tarik Teg. Geser

𝑅 𝑛 = ( 0 , 6 𝑥 370 𝑥 1,350 )+ ( 1,0 𝑥 370 𝑥 370 )


 
𝑅 =436,6 𝑘𝑁
 𝑛

Keruntuhan
Kondisi leleh leleh

𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑦 𝐴 𝑛𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡
 
Teg. Tarik Teg. Geser

𝑅𝑛 =( 0 , 6 𝑥 240 𝑥 1,350 )+ ( 1,0 𝑥 370 𝑥 370 )= 424,9 𝑘𝑁


 
𝑅 =424,9 𝑘𝑁
  𝑛

Kesimpulan, ketika diberi beban tarik, kuat geser blok baut akan
mengalami keruntuhan leleh terlebih dahulu yaitu 424,9 kN
DESAIN SAMBUNGAN BAUT TIPE GESER
Untuk mendapatkan kuat nominal sambungan (Rn), semua mekanisme keruntuhan harus ditinjau:
1. Kuat tumpu plat
2. Kuat geser baut
3. Kuat geser blok

Setelah itu akan dipilih nilai terkecil dari setiap mekanisme keruntuhan untuk dibandingkan dengan kuat nominal batang tarik (Pn).

𝑃𝑛 =∅ 𝑅𝑛
  𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ∅=0,75
 

Hasil yang kemungkinan diperoleh adalah:


1. Pu < Pn, Maka beban akibat gaya tarik lebih kecil dari kuat nominal sambungan (OK)
2. Pu > Rn, Maka beban akibat gaya tarik lebih besar dari kuat nominal sambungan (NOT OK)
LATIHAN DESAIN SAMBUNGAN TIPE GESER
Rencanakan sambungan batang tarik berikut antara profil L 100.100.10
mutu BJ37 dan plat buhul tebal 10 mm dengan mutu BJ37 menggunakan
3 buah baut M24 (A325).

40 40
160 2. Kuat geser baut
100
P 𝑅𝑛 = 𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏
 
𝑅𝑛 =372 𝑥 452,4=168,3 𝑘𝑁
 
a b c 100 Jumlah baut ada 3 buah, maka tahanan geser baut total,
50 37 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑹 𝒏=𝟏𝟔𝟖 ,𝟑 𝒙 𝟑=𝟓𝟎𝟒 , 𝟗 𝒌𝑵
Blok yang ditinjau
 
Tarik (Ant)
200
Geser (Agv dan Anv)
3. Kuat geser blok

1. Kuat tumpu plat Kondisi fraktur


𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡 ¿ ( 0 , 6 𝑥 370 𝑥 1,350 ) + ( 1,0 𝑥 370 𝑥 370 )
𝑅𝑛 = 𝑅 𝑛𝑎 + 𝑅 𝑛𝑏 + 𝑅𝑛𝑐
     
𝑅𝑛 =436,6 𝑘𝑁
𝑅 =119,9+ 213,2+ 213,2  
 𝑛

𝑹 =𝟓𝟒𝟔 , 𝟑 𝒌𝑵 Kondisi leleh


 𝒏

𝑅𝑛 =0 , 6 𝐹 𝑦 𝐴 𝑛𝑣 +𝑈 𝑏𝑠 𝐹 𝑢 𝐴 𝑛𝑡 ¿ ( 0 , 6 𝑥 240 𝑥 1,350 ) + ( 1,0 𝑥 370 𝑥 370 )


   
𝑹𝒏 =𝟒𝟐𝟒 , 𝟗 𝒌𝑵
 
LATIHAN DESAIN SAMBUNGAN TIPE GESER
4. Ketika diberi beban tarik pada sistem sambungan, kuat geser blok baut akan
mengalami keruntuhan terlebih dahulu dibandingkan kuat tumpu plat dan
kuat geser baut. Maka daya tahan terhadap geser blok yang akan
menentukan.

5. Kuat nominal sambungan tipe geser


𝑃𝑛 =∅ 𝑅𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ∅=0,75
   
𝑃 =∅ 𝑥 424,9 𝑘𝑁 = 318 ,6 𝑘𝑁
 𝑛

𝑷 =𝟑𝟏𝟖 , 𝟔 𝒌𝑵
 𝒏

6. Kesimpulan, kekuatan sambungan (Pn) adalah 318,6 kN, maka beban tarik
maksimum (Pu) yang dapat diberikan adalah 318,6 kN.
TUGAS DESAIN SAMBUNGAN TIPE GESER
Rencanakan sambungan batang tarik berikut antara profil L 100.100.10
mutu BJ37 dan plat buhul tebal 10 mm dengan mutu BJ37 menggunakan
3 buah baut M24 (A325).

35 35
280 100
P

a b c d e 100
50 37

350

Hitung kuat sambungan tipe geser dan cek apakah sambungan dapat
menerima beban tarik sebesar 100 ton.
DESAIN SAMBUNGAN BAUT TIPE TARIK
KONSEP DESAIN SAMBUNGAN BAUT TIPE TARIK
• Hasil penelitian AISC terhadap baut mutu tinggi pada tabel J3.2 menunjukkan
bahwa kuat nominal tarik lebih besar ketimbang kuat nominal geser (1,67x)
• Sambungan baut tipe tarik memerlukan tambahan plat khusus pada ujung batang.
• Pemasangan plat pada ujung bagian ini memerlukan tambahan pengelasan dengan
keakuratan tinggi.
• Proses pemasangan sambungan tipe ini jauh lebih sulit ketimbang sambungan baut
tipe geser (dan lebih mahal)
TIPE SAMBUNGAN MOMENT END PLATE
AISC 358-2016 Chapter 6 – Bolted Unstiffened and Stiffened Extended End Plate Moment Connections

Kolom

Stiffner

Plat Ujung

Balok

4 Baut 4 Baut 8 Baut


tanpa Pengaku dengan Pengaku dengan Pengaku
4E 4ES 8ES
DESAIN SAMBUNGAN MEP

4 Baut tanpa 4 Baut dengan


Pengaku 4E Pengaku 4ES

Stiffner

Sumber: AISC 358-2016


PROSEDUR DESAIN CH. 6
𝑑
 
𝑆h= 𝑎𝑡𝑎𝑢 3 𝑏
2
Parameter Sambungan Momen End Plate

A. Desain Plat Ujung dan Sambungan Baut sisi Balok

1. Besar nilai momen yang menghadap kolom M f Sendi plastis

𝑀 𝑝𝑟=𝐶 𝑝𝑟 𝑅 𝑦 𝐹 𝑦 𝑍 𝑥
  𝑀 𝑓 = 𝑀 𝑝𝑟 + ( 𝑉 𝑢 𝑆h )
Dimana:  
𝑀 𝑝𝑟
  Besar momen maksimum pada sendi plastis
𝑅𝑦
  Ratio tegangan yang terjadi terhadap tegangan leleh
BJ37 (1,5) dan BJ40 (1,1)
𝑍𝑥
  Modulus plastis arah sumbu x

𝐹 𝑦+ 𝐹 𝑢 2 𝑀 𝑝𝑟
  𝑝𝑟 =
𝐶 ≤ 1,2   𝑢=
𝑉 + 𝑉 𝑔𝑟
2𝐹𝑦 𝐿h

Dimana: Dimana:
𝐶 𝑝𝑟 𝑉𝑢
  Faktor peningkatan kekuatan akibat
 
𝑉 𝑔𝑟
Besar gaya geser di ujung balok

𝐹𝑦
kekuatan material
𝐿
  Besar gaya geser dari hasil kombinasi pembebanan

𝐹
  Tegangan leleh elemen balok
 h Jarak antar sendi plastis pada balok

 
𝑢 Tegangan ultimate elemen balok 𝐿h= 𝐿− 𝑆 h
 
𝐿
  Panjang balok
PROSEDUR DESAIN CH. 6
2. Pilih jenis sambungan MEP yang akan digunakan

4 Baut tanpa 4 Baut dengan


Pengaku 4E Pengaku 4ES

3. Kebutuhan diameter lubang baut yang akan digunakan d b’req

𝑑 𝑏 ′ 𝑟𝑒𝑞 =
2 𝑀𝑓
√ 𝜋 ∅ 𝑛 𝐹 𝑛𝑡 ( h0 +h 1)

Dimana:
𝐹 𝑛𝑡
 
h𝑖
Besar momen maksimum pada sendi plastis (MPa)

h
  Jarak pada tabel 6.2


 0 Jarak pada tabel 6.2

 𝑛 0,90
PROSEDUR DESAIN CH. 6
4. Ukuran baut yang akan digunakan untuk sambungan harus lebih besar
dari kebutuhan diameter lubang

5. Kebutuhan tebal plat ujung yang akan digunakan t p’req

𝑡 𝑝′ 𝑟𝑒𝑞 =
1,11 𝑀 𝑓
√ ∅ 𝑑 𝐹 𝑦𝑝 𝑌 𝑝

Dimana:
𝐹 𝑦𝑝
  Tegangan leleh material plat (MPa)
𝑌𝑝
  Mekanisme garis leleh yang terjadi pada plat Tabel 6.2 (mm)

 𝑑 1,00

Plat Ujung
PROSEDUR DESAIN CH. 6 8. Kontrol geser dan leleh yang terjadi pada plat
𝐹 𝑓𝑢 Jika kontrol tidak masuk,
6. Tebal plat ujung yang akan digunakan untuk sambungan harus lebih
 
2
≤ ∅ 𝑅𝑛 = ∅𝑑 ( 0,6 ) 𝐹 𝑦𝑝 𝑏 𝑝 𝑡 𝑝
perbesar tebal plat ujung atau
perbesar mutu baja plat ujung
besar dari kebutuhan tebal plat ujung yang telah dianalisa sebelumnya
Dimana:

 
𝑡𝑏
0,75

𝑏
  Ketebalan plat ujung (mm)

7. Faktor gaya yang terjadi pada flange balok F fu   𝑏 Lebar plat ujung Tabel 6.2 (mm)
Nilai ini tidak boleh diambil lebih besar dari lebar profil balok
𝑀𝑓
  𝑓𝑢 =
𝐹
𝑑 − 𝑡 𝑏𝑓

Dimana:
𝑑
 
𝑡 𝑏𝑓
Tinggi balok (mm)

  Ketebalan flange balok (mm)


PROSEDUR DESAIN CH. 6 10. Kontrol kuat geser baut dari sambungan
𝑉 𝑢 ≤ ∅ 𝑅 𝑛= 𝑛𝑏 𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏 Jika kontrol tidak masuk,
9. Kontrol kegagalan geser yang terjadi pada plat
  perbesar tebal plat ujung atau
perbesar mutu baja plat ujung
𝐹 𝑓𝑢 Jika kontrol tidak masuk, Dimana:
 2
≤ ∅ 𝑅𝑛 = ∅𝑑 ( 0,6 ) 𝐹 𝑢𝑝 𝐴 𝑛
perbesar tebal plat ujung atau ∅
perbesar mutu baja plat ujung  
𝐹 𝑛𝑣
0,75

Dimana:
𝐴
  Kuat nominal geser dari baut (MPa)

𝐹𝑢𝑝
  Tegangan ultimate plat ujung (MPa)
𝑛
  𝑏 Luas penampang baut (mm2)
𝐴𝑛
  A netto plat ujung (mm2)   𝑏
Jumlah baut pada sisi flange yang menerima gaya tekan (4 bh)
𝑉
𝐴𝑛 =𝑡 𝑝 [ 𝑏 𝑝 − 2(𝑑 𝑏 +3) ]   𝑢 Gaya geser pada sisi ujung balok
 

𝑡𝑝
𝑏𝑝
   

Sisi tarik

Plat pengaku
Sisi tekan
PROSEDUR DESAIN CH. 6
11. Kontrol kuat tumpu baut dan plat yang terjadi pada sisi flange kolom

𝑉 𝑢 ≤ ∅ 𝑅 𝑛= ( 𝑛𝑖 𝑟 𝑛𝑖 ) +( 𝑛𝑜 𝑟 𝑛𝑜 )
 
Dimana:
𝑛𝑖
𝑛
  Jumlah baut sisi dalam

 𝑜 Jumlah baut sisi luar

𝑟 𝑛𝑖 =1,2 𝐿𝑐 𝑡 𝑓𝑐 𝐹 𝑢 <2,4 𝑑 𝑏 𝑡 𝑓𝑐 𝐹 𝑢
 
𝑟 𝑛𝑜 =1,2 𝐿𝑐 𝑡 𝑓𝑐 𝐹 𝑢 <2,4 𝑑 𝑏 𝑡 𝑓𝑐 𝐹 𝑢
 
Dimana:
𝑟 𝑛𝑖
𝑟
  Kuat tarik baut sisi dalam
𝐿𝑐 𝑜𝑢𝑡𝑒𝑟
 
𝑛𝑜 Kuat tarik baut sisi luar
  𝑑𝑒
 
𝑡 𝑓𝑐
  Tebal flange dari kolom
𝐿
 𝑐 Jarak bersih untuk baut sisi dalam dan baut sisi luar 𝐿𝑐 𝑖𝑛𝑛𝑒𝑟
 
𝐿𝑐 𝑖𝑛𝑛𝑒𝑟 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑏𝑎𝑢𝑡 − 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑢𝑡
 
1
 𝑐 𝑜𝑢𝑡𝑒𝑟 =𝑑 𝑒 −
𝐿 𝑑
2 𝑏
PROSEDUR DESAIN CH. 6 • Analisis pertama dilakukan dengan asumsi tidak memerlukan plat
pengaku pada kolom, gunakan rumus S dan Yc sebelah kanan
Parameter Sambungan Momen End Plate
pada Tabel 6.5
• Jika kontrol tidak masuk, tambahkan plat pengaku
B. Desain Plat Ujung dan Sambungan Baut sisi Kolom

1. Cek nilai tekuk dan leleh yang terjadi pada flange kolom t cf

𝑡 𝑐𝑓 ≥
1,11 𝑀 𝑓 Jika kontrol tidak masuk,

√ ∅𝑑 𝐹 𝑦𝑐 𝑌 𝑐
perbesar dimensi kolom atau
tambah plat pengaku kolom

Dimana:
𝐹 𝑦𝑐
𝑌
  Tegangan leleh material kolom (MPa)

  𝑐 Mekanisme leleh pada flange kolom Tabel 6.5 (mm)


𝑡 𝑓𝑐
  Tebal flange kolom (mm)

Kolom tanpa Kolom dengan


plat pengaku plat pengaku
PROSEDUR DESAIN CH. 6 3. Kontrol kekuatan leleh lokal kolom akibat beban dari balok

Syarat: ∅ 𝑅𝑛 > 𝐹 𝑓𝑢
2. Jika diperlukan plat pengaku kolom, hitung nilai tegangan plat  
pengaku yang diperlukan Rn Jika kontrol tidak masuk,
∅ 𝑅𝑛 =[ 𝐶 𝑡 ( 6 𝑘 𝑐 +2 𝑡 𝑝 ) ] 𝐹 𝑦𝑐 𝑡 𝑤𝑐 perbesar dimensi kolom atau
  tambah plat pengaku kolom

Desain kekuatan flange kolom terhadap tekuk lokal M cf Dimana:



∅ 𝑀 𝑐𝑓 = 𝐹 𝑦𝑐 𝑌 𝑐 𝑡 𝑐𝑓 2
   
𝐶
0,90

𝑘
  𝑡 0,5

Maksimum desain kekuatan flange balok yang akan diberikan  


𝑡𝑝
𝑐 Jarak sisi luar dari flange kolom ke web

pada plat pengaku kolom   Tebal plat pengaku (mm)


𝐹 𝑦𝑐
𝑀 𝑐𝑓   Tegangan leleh material kolom (MPa)
∅  𝑅𝑛 =
𝑡
( 𝑑 − 𝑡 𝑓𝑏 )   𝑐𝑤 Tebal web kolom (mm)

Dimana:
𝐹 𝑦𝑐
𝑌
  Tegangan leleh material kolom (MPa)

 𝑐

𝑡 𝑐𝑓
Mekanisme leleh pada flange kolom Tabel 6.5 (mm)

  Tebal flange kolom (mm)


𝑡 𝑏𝑓
  Tebal flange balok (mm)
𝑑
  Tinggi balok (mm)
PROSEDUR DESAIN CH. 6 5. Kontrol kekuatan flens kolom terhadap pengaruh rangkak/ susut dari
tekanan balok
Jika kontrol tidak masuk,
4. Kontrol kekuatan tekuk lokal kolom akibat beban dari balok perbesar dimensi kolom atau
Syarat: ∅ 𝑅𝑛 > 𝐹 𝑓𝑢
∅ 𝑅𝑛 > 𝐹 𝑓𝑢   tambah plat pengaku kolom
Syarat:
 
Jika jarak dari kolom ke sisi balok > d/2
Jika jarak dari kolom ke Jika jarak dari kolom ke
∅  𝑅𝑛 =0,8 𝑡 𝑤𝑐 2
1,5
𝑡 𝑤𝑐 𝐸 𝐹 𝑦𝑐 𝑡 𝑓𝑐
sisi balok > d/2

24 𝑡 𝑐𝑤 3 √ 𝐸 𝐹 𝑦𝑐
sisi balok < d/2

12 𝑡 𝑐𝑤 3 √ 𝐸 𝐹 𝑦𝑐
[ 1+3
𝑁
( )( )
𝑑𝑐 𝑡 𝑓𝑐 ]√ 𝑡 𝑤𝑐

∅  𝑅𝑛 = ∅  𝑅𝑛 =
h h
Jika jarak dari kolom ke sisi balok < d/2

Dimana:
∅  𝑅𝑛 =0,4 𝑡 𝑤𝑐
1,5
𝑡 𝑤𝑐 𝐸 𝐹 𝑦𝑐 𝑡 𝑓𝑐

 
h
0,75
2
[ 1+3
𝑁
( )( )
𝑑𝑐 𝑡 𝑓𝑐 ]√ 𝑡 𝑤𝑐
  Jarak bersin antar 2 flange kolom

Jika kontrol tidak masuk, Dimana:


perbesar dimensi kolom atau

tambah plat pengaku kolom  𝑑 0,75

  Lebar penampang kolom (mm)


𝑐

𝑁 =𝑏 𝑓 +2 𝑤 + 2𝑡 𝑝
 
LATIHAN DESAIN SAMBUNGAN TIPE TARIK

Kolom WF 500.200.10.16

Pengaku Plat
Kolom Ujung

Rencanakan sambungan batang tarik berikut dengan tipe 4E (tanpa


pengaku), jika mutu seluruh material adalah BJ37 dan menggunakan baut
mutu A325. Jika diketahui besar gaya geser yang bekerja sebesar 4 ton,
1. Analisa ukuran baut yang diperlukan
2. Analisa ukuran tebal plat ujung yang diperlukan
3. Analisa ukuran tebal pengaku kolom yang diperlukan
Balok WF 350.175.7.11 4. Kontrol keamanan sambungan untuk sisi balok dan sisi kolom
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai