Anda di halaman 1dari 20

Protein Sel Tunggal

Selain Alga
RAFIDAH (1710621005)
BAHRUL MUARIF(1710621008)
SYARIF(171062102020)
DOSEN PENDIDIK : Prof.Dr.Ir NURAINI,MS
Pengertian 01 Protein Sel Tunggal
protein sel adalah suatu istilah untuk menyebut protein yang
berasal dari organism bersel tunggal atau bersel

tunggal
banyak yang strukturnya sederhana.

02 Protein sel tunggal


(PST) merupakan sel kering atau biomassa
mikroorganisme seperti khamir,bakteri dan
ganggang yang dapat digunakan sebagai
sumber protein untuk pangan dan pakan.

03 Batubara, 2009
Protein sel tunggal merupakan produk biomassa
berkadar protein tinggi yang berasal dari
mikrobia.

04 Pawignya, 2011
Mikrobia penghasil PST umumnya tumbuh pada
limbah yang memiliki unsur karbon dan nitrogen.
Kelebihan protein sel tunggal (PST)
PST dapat digunakan sebagai bahan makanan tambahan untuk ternak, baik sebagai
sumber protein ataupun vitamin. Dari hasil-hasil penelitian terhadap ternak ternyata
pernakaian PST dalam ransum ternak tidak memberikan pengaruh karsinogenik, mutagenic
atau embriotoksis terhadap kualitas dan keselamatan produk ternak.

1 2 3 4
Laju pertumbuhan Dapat menggunakan Tidak tergantung Memiliki kandungan
sangat cepat yaitu berbagai macam iklim dan musim protein lebih tinggi
dalam ukuran jam media atau substrat dari tumbuhan dan
dan masih bisa di hewan
tingkatkan lagi
Kelemahan
protein sel Kelemahan dari protein sel tunggal
yaitu kandungan asam nukleat yang
tunggal tinggi. Bila manusia mengonsumsi
Protein Sel Tunggal berlebihan,maka
asam nukleat akan terakomulasi,
sehinnga menimbulkan gangguan
pencernaan,ginjal dan kulit.
Proses produksi
Protein sel tungal (PST)
Proses produksi protein sel 01 penyiapan sumber karbon, nitrogen,
tunggal meliputi langkah- phosporus, dan nutrient lain,
langkah berikut : 02 pencegahan kontaminasi

03 organisme yang telah diseleksi diinokulasi


pada medium

04 aerasi tambahan diperlukan karena proses


ini merupakan proses aerobik tinggi

05 biomassa mikrobia diperoleh dari medium

06 pemrosesan biomassa utnuk


meningkatkan kegunaan dan daya simpan
Pada protein sel tunggal yang diproduksi oleh mikroba berfotosintesa, dilakukan menurut reaksi:
Karbon dioksida + air + ammonia atau nitrat + mineral → sel ganggang + oksigen. Tambahan
karbon dioksida diperlukan untuk menghasilkan protein sel tunggal, tambahan tersebut dapat
berasal dari karbonat, bikarbonat, serta gas. Variasi intensitas cahaya harus sekecil mungkin
dan suhu harus diatur di atas 20oC. Pada protein sel tunggal yang dihasilkan dari mikroba tanpa
berfotosintesa, dilakukan dengan reaksi berikut : Karbon organik + nitrogen + mineral bahan
nutrisi + oksigen → Protein sel tunggal + karbon dioksida + air panas. Medium dibuat pada pH 5-
7, 35-45oC untuk bakteri.
Produksi Protein Sel Tunggal (Spirulina
SP) Sebagai Bahan Baku Super Food
Upaya Penanggulangan Gizi Buruk

Penelitian dilakukan dengan


memodifikasi media tumbuh Spirulina
untuk mengoptimalkan peran dan
fungsinya yaitu penambahan beberapa
kombinasi konsentrasi pupuk urea dan
media ekstrak tauge (MET)
PENDAHULUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kepadatan sel Spirulina sp. pada
beberapa media yang ditambahkan pupuk
kombinasi MET dengan urea. Melaui
kombinasi media kultur Spirulina sp. yang
terdiri dari MET dan pupuk urea yang sesuai
diharapkan dapat meningkatkan kepadatan
sel Spirulina sp. Sehingga akan diperoleh
super food Spirulina sp. berprotein tinggi
sebagai sumber PST dalam penanggulangan
ancaman gizi buruk dan kerawanan pangan di
Indonesia.
Metodologi
Peralatan yang digunakan adalah :
Bahan yang digunakan adalah :
•botol 3000 ml
•Spirulina sp. yang diperoleh dari BPAP Situbondo,
•Aerator
tauge kacang hijau
•selang aerator
•pupuk urea
•gelas ukur
•air laut
•pipet tetes
•aquades
•pipet volume
•dan alkohol.
•Mikroskop
•Sedgewick Raffter
•handtally counter
Rancangan penelitian yang digunakan adalah •Refraktometer
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan pada •kertas pH
penelitian sebanyak 10 perlakuan dengan ulangan •Termometer
sebanyak 2 kali yang terdiri dari kombinasi •lampu TL 40 watt
konsentrasi ekstrak tauge dengan urea dan kontrol •Kapas
berupa air laut. •corong air
•dan kertas saring.
Metodologi
Persiapan media kultur Spirulina sp.

Media kultur Spirulina sp. terdiri dari air laut komersil dengan salinitas 20‰, media ekstrak tauge
(MET) dan pupuk urea.
Direbus dalam 2500 Disaring dengan
Tauge kacang hijau (500 g)
ml aquades (1 jam) kassa dan kapas

Konsentras MET yang digunakan yaitu: 2%, 4%, dan 6% dibuat dari larutan stok (v/v)
(Prihantini, 2007).
Pupuk urea yang digunakan merupakan pupuk komersil yang berbentuk serbuk. Dosis pupuk
urea yang digunakan adalah 80 ppm, 100 ppm, dan 120 ppm dikombinasikan dengan MET 2%, 4%,
dan 6%.
Metodologi
Perlakuan Penelitian
Perlakuan dalam penelitian ini yaitu kombinasi konsentrasi MET
dan pupuk urea serta kontrol berupa air laut yang dimasukkan ke dalam
media kultur Spirulina sp.
media kultur
starter Spirulina sp Diinokulasikan
sebanyak 10% dari
kedalam
media kultur
Setelah itu dimasukkan MET dan pupuk urea dengan kombinasi
konsentrasi sebagai berikut :
•P1 : MET 2% pupuk urea 240 ppm
•P2 : MET 2% pupuk urea 300 ppm
•P3 : MET 2% pupuk urea 360 ppm
•P4 : MET 4% pupuk urea 240 ppm
•P5 : MET 4% pupuk urea 300 ppm
•P6 : MET 4% pupuk urea 360 ppm
•P7 : MET 6% pupuk urea 240 ppm
•P8 : MET 6% pupuk urea 300 ppm
•P9 : MET 6% pupuk urea 360 ppm
•P10 : Air laut
Hasil
Hasil pengamatan berupa penghitungan pertumbuhan Spirulina sp. yang dihitung selama selama
sepuluh hari.
Hasil anasis ANOVA setelah pemberian kombinasi konsentrasi MET (Media Ekstrak Tauge) dengan pupuk
urea menunjukkan adanya pengaruh (p>0,05) terhadap pertumbuhan Spirulina sp. Dengan populasi terbaik diperoleh
oleh perlakuan P1 dengan kepadatan sel 19,53 X 103 sinusoid/ml.

Sementara pada uji beda nyata Tukey’s menunjukkan :


Spirulina sp. yang ditumbuhkan pada konsentrasi MET 4% dan 6% yang dikombinasikan dnegan pupuk urea 80 ppm, 100 ppm,
maupun 120 ppm memiliki kepadatan sel yang lebih rendah.

Penambahan pupuk Urea pada media kultur Spirulina sp. dengan dosis 100 ppm dan 120 ppm yang dikombinasikan dengan
MET 2%, 4%, 6% dan dosis urea 80 ppm yang dikombinasikan dengan MET 4% dan 6% menunjukkan adanya kepadatan sel
yang rendah.

Kepadatan sel Spirulina sp. pada media yang ditambahkan MET 2% dan pupuk urea 80 ppm memiliki kepadatan sel yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pupuk yang lain.

Pada P10 hanya mengandung beberapa mineral yang jumlahnya juga sedikit sehingga Spirulina sp. yang diinokulasikan ke
padam media kultur air laut mengalami fase kematian yang lebih cepat
Kesimpulan
Kombinasi konsentrasi MET dengan pupuk urea berpengaruh
01
terhadap kepadatan sel Spirulina sp. setelah diuji dengan ANOVA
(p> 0,05).

Kepadatan sel tertinggi yaitu pada perlakuan P1 (2% MET


02
dengan 80 ppm urea) dengan kepadatan sel 19,53 x 103
sinusoid/ml.

Kepadatan sel Spirulina sp. menunjukkan adanya perbedaan


03
nyata antara media perlakuan air laut dengan dengan kombinasi
MET, kecuali antara P1 dengan P10.

Hal ini memberikan indikasi bahwa kombinasi konsentrasi


04
MET dengan pupuk urea memiliki potensi untuk dijadikan
pupuk alternatif dalam kultur Spirulina sp. untuk memperoleh
biomasa sel yang tinggi serta biaya pupuk yang rendah
sehingga dapat diaplikasikan dalam produksi protein sel
tunggal (PST) dari Spirulina sp. sebagai super food
OPTIMASI PRODUKSI
PROTEIN SEL TUNGGAL (PST)
DARI BAKTERI YANG
TERDAPAT PADA
GASTROINTESTINAL (GI)
IKAN NILA (Oreochromis
niloticus) DAN IKAN
KEMBUNG
(Scomber canagorta)
Pendahuluan

01 Ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan


kembung (Scomber canagorta) merupakan
jenis ikan yang dikonsumsi hanya bagian
daging sedangkan bagian gastrointestinal (GI)
dibuang sebagai limbah terhadap lingkungan.

02 Bagian GI ikan-ikan ini mengandung banyak


jenis dari bakteri yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber bakteri penghasil protein sel
tunggal (PST) dengan proses fermentasi.
Pendahuluan

Tujuan penelitian ini adalah


memperoleh kondisi
optimum dalam produksi
protein dan penentuan kadar
protein yang didapat dari GI
ikan nila (O. niloticus) dan
ikan kembung (S. canagorta)
METODOLOGI

Bahan-bahan yang digunakan adalah


NaCl, akuades, Nutrient Agar,
glukosa, pepton, susu skim milk, agar,
MgSO4.7H2O, KH2PO4, K2HPO4,
Menggunakan metode Bradford FeSO4.7H2O, kasein, larutan buffer,
dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Bovine Serum Albumin (BSA),
Isolat-isolat terpilih dari sumber ikan pereaksi bradford
nila (O. niloticus) adalah N1, N2, dan
N3 sedangkan sumber ikan kembung
(S. canagorta) adalah K1, K2, dan K3. Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi : peralatan
gelas, pisau steril, orbital shaker
incubator, pH universal,neraca,
spektrofotometer UV-Vis, alat
sentrifugasi, oven dan autoclave.
HASIL

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa isolat


dari N3 dan K3 memiliki kondisi optimum yang sama yaitu pada
temperatur 40 derjat C, pH 7, dan waktu fermentasi 36 jam sehingga N3
dan K3 memiliki potensi sebagai penghasil PST.
KESIMP Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dapat disimpulkan
ULAN bahwa:

01 Waktu fermentasi, temperatur


dan pH untuk menghasilkan
produk protein dari isolat K3
dan N3 memiliki kondisi
optimum yang sama yaitu 36
jam, pH 7 dan suhu 40 °C

02 Kadar protein dari isolat K3


dan isolat N3 yaitu 1,039
mg/ml dan 1,123 mg/ml
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai