Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

BENIGNA PROSTATE HYPERPLASIA (BPH)

KELOMPOK 5:
• Bella Nazila Azhar
• M Yuzril Bhatiar
• Silviani Amelia Putri
• Ulis Erliyana
• Wati Herita
• Wulan Septianingrum
DEFINISI
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah pertumbuhan berlebihan dari sel – sel prostat yang tidak ganas.
Pembesaran prostat jinak diakibatkan sel – sel prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal,
biasanya dialami laki – laki berusia diatas 50 tahun yang menyumbat saluran kemih.
ETIOLOGI

Umur
Pria berumur lebih dari 50 tahun, kemungkinannya memiliki BPH adalah
50%. Ketika berusia 80-85 tahun, kemungkinan itu meningkat menjadi
90%.

Faktor Hormonal
Testosteron  hormon pada pria.
Beberapa penelitian menyebutkan karena adanya peningkatan kadar
testosterone pada pria (namun belum dibuktikan secara ilmiah).
PATOFISIOLOGI

BPH secara umum


Kelenjar Prostat hasil dari faktor
Mekanisme
terdiri dari atas 3 statik (pelebaran
patofisiologi
jaringan : prostat secara
penyebab BPH
Epitel atau berangsur-angsur
secara jelas belum
glandular, stromal dan faktor dinamik
diketahui dengan
atau otot polos, dan (pemaparan
pasti. Namun diduga
kapsul. terhadap agen atau
intaprostatik
Jaringan stromal kondisi yang
dihidrosteron (DHT)
dan kapsul menyebabkan
dan reductase tipe II
ditempeli dengan konstriksi otot
ikut terlibat.
reseptor adrenergik. polos kelenjar).
TANDA DAN GEJALA

Gejala Umum BPH :


Sering kencing
Sulit kencing
Nyeri saat berkemih
Urine berdarah
Nyeri saat ejakulasi
Cairan ejakulasi berdarah
Gangguan ereksi
Nyeri pinggul atau punggung
Tanda BPH :
Tanda klinis terpenting BPH adalah
ditemukannya pembesaran
konsistensi kenyal pada pemeriksaan
colok dubur/digital rectal
examination (DRE). Apabila teraba
indurasi atau terdapat bagian yang
teraba keras.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium :
a. Sedimen Urin
PENATALAKSANAAN
DIAGNOSIS Untuk mencari
MEDIS
1. Pemeriksaan fisik kemungkinan adanya
1. Observasi
2. Pemeriksaan proses infeksi atau
2. Medika mentosa
laboratorium inflamasi saluran kemih.
3. Pembedahan
3. Radiologi b. Kultur Urin
Alternatif lain (misalnya
4. Endoskopi Mencari jenis kuman
kriyoterapi, hipertermia,
menggunakan yang menyebabkan
termoterapi, terapi
uretrosistokopi infeksi atau sekaligus
ultrasonic).
menentukan sensitifitas
kuman terhadap beberapa
antimikroba yang
diujikan.
PATHWAYS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
diagnose medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Keluhan saat pengkajian
c. Keluhan terdahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Aktifitas
b. Istirahat
c. Eliminasi
d. Nutrisi
4. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum
- Keadaan Umum
- Kesadaran
- TTV
- TB dan BB
b. Pemeriksaan fisik secara head to toe
5. Data Psikologis
a. Pendidikan
b. Hubungan sosial
c. Gaya hidup
d. Peran dalam keluarga
6. Data Penunjang
7. Pengobatan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d spasmus kandung kemih dan insisi pada TURP.
2. Resiko infeksi b.d prosedur inovasif pembedahan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai proses
penyakit dan pengobatannya.
C. INTERVENSI
Diagnosa I : Nyeri akut b.d spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TURP.
1. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam rasa nyeri berkurang atau hilang,
dengan kriteria hasil :
a.) Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang.
b.) Ekspresi wajah klien tenang
c.) Tanda-tanda vital dalam batas normal
C. INTERVENSI
Diagnosa I : Nyeri akut b.d spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TURP.
1. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam rasa nyeri berkurang atau hilang, dengan
kriteria hasil :
a.) Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang.
b.) Ekspresi wajah klien tenang
c.) Tanda-tanda vital dalam batas normal

2. NIC
a.) Kaji skala nyeri.
R/mengetahui skala nyeri.
b.) Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung kemih R/klien dapat mendeteksi
gejala dini spasmus kandung kemih.
c.) Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk mengenal gejala-gejala
dini dari spasmus kandung kemih.
b.) Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung kemih R/klien dapat
mendeteksi gejala dini spasmus kandung kemih.
c.) Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk mengenal gejala-gejala
dini dari spasmus kandung kemih.
Diagnosa II : Resiko infeksi b.d prosedur inovasif pembedahan.
1. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi adanya tanda-tanda
infeksi, dengan kriteria hasil :
a.) Klien tidak mengalami infeksi.
b.) Dapat mencapai waktu penyembuhan.
c.) Tanda-tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda shock.
2. NIC
a.) Monitor tanda dan gejala infeksi
R/mengetahui dan gejala infeksi.
b.) Ajarkan intake cairan yang cukup sehingga dapat menurunkan potensial infeksi.
R/meningkatkan output urine sehingga resiko terjadi isk dikurangi dan
mempertahankan fungsi ginjal.
c.) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antibiotic.

D. EVALUASI
1. Pasien dapat bergerak dengan baik.
2. Kebutuhan pasien terpenuhi.
3. Tingkat pengetahuan pasien bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
• Doenges, M.E., Marrt, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC
• Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
• Hardjowidjoto S. (1999). Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya
• Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai