FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
REFARAT : TRANSGENDER
Oleh:
Muhammad Yusuf
111 2018 1017
Pembimbing
dr. Agus Japari , M.Kes, Sp.KJ
7. Perasaan tidak nyaman yang kuat dan terus ada dengan anatomi gendernya sendiri atau dengan
perilaku yang merupakan tipe dari peran gendernya. Pada anak-anak, ciri-ciri ini biasanya muncul: anak
laki-laki mengutarakan bahwa alat genital eksternal mereka menjijikan, atau akan lebih baik jika tidak
memilikinya, menunjukan penolakan pada mainan laki-laki, dan permainan yang kasar serta jungkir
balik. Anak perempuan memilih untuk tidak buang air kecil sambil duduk, menunjukan keinginan untuk
tidak menumbuhkan payudara atau menstruasi, atau menunjukkan penolakan pada pakaian feminim.
Remaja dan dewasa biasanya menunjukkan bahwa mereka dilahirkan dengan gender yang salah dan
mengekspresikan harapan untuk intervensi medis (misalnya penanganan hormon atau pembedahan)
untuk menghilangkan karakteristik seksual mereka dan untuk meniru karakteristik dari gender lainnya.
CONT….
8. Tidak ada kondisi interseks, seperti anatomi seksual yang ambigu, yang mungkin membangkitkan
perasaan-perasaan tersebut.
9. Ciri-ciri tersebut menimbulkan distres yang serius pada area penting yang terkait dengan
pekerjaan, sosial atau fungsi lainnya.
KLASIFIKASI
Pembagian menurut PPDGJ-III, gangguan identitas jenis kelamin dibagi menjadi:
a) F64.0 Transseksualisme
Untuk menegakkan diagnosis, identitas transseksualisme harus sudah menetap selama minimal 2 tahun, dan
harus bukan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain seperti : Skizofrenia, atau berkaitan dengan kelainan
interseks, genetic atau kromosom.
Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, biasanya
disertai perasaan risih, atau ketidak serasian, dengan anatomi seksualnya; dan
Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya
semirip mungkin dengan jenis kelamin yang Diinginkan.
CONT….
b) F64.1 Transvestisme peran ganda
Mengenakan pakaian dari lawan jenisnya sebagai bagian dari eksistensi dirinya untuk menikmati
sejenak pengalaman sebagai anggota lawan jenisnya;
Tanpa hasrat untuk mengubah jenis kelamin secara lebih permanen atau berkaitan dengan tindakan
bedah;
Tidak ada perangsangan seksual yang menyertai pemakaian pakaian lawan jenis tersebut, yang
membedakan gangguan ini dengan transvestisme fetihistik (F65.1)
CONT….
c) F64.2 Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak
Keinginan anak yang “ mendalam” (perpasif) dan “ menetap” (persisten) untuk menjadi (atau keteguhan bahwa dirinya
adalah) jenis kelamin lawan jenisnya, disertai penolakan terhadap perilaku, atribut dan / atau pakaian yang sesuai untuk
jenis kelaminnya; tidak ada rangsangan seksual dari pakaian;
Yang khas adalah bahwa manifestasi pertama timbul pada usia pra sekolah. Gangguan harus sudah tampak sebelum
pubertas;
Pada kedua jenis kelamin kemungkinan ada penyangkalan pada struktur anatomi jenis kelaminnya sendiri, tetapi hal ini
jarang terjadi titik.
Ciri khas lain, anak dengan gangguan identitas jenis kelamin, menyangkal bahwa dirinya terganggu, meskipun mereka
mungkin tertekan oleh konflik dengan keinginan orang tua atau lawan sebayanya dan oleh ejekan dan / atau penolakan
oleh orang orang yang berhubungan dengan dirinya
CONT…
A. Identifikasi kepada jenis kelamin (cross-gender) yang kuat dan persisten (bukan semata-mata keinginan
mendapatkan sesuatu keuntungan kultural karena memiliki jenis kelamin lain.
B. Ketidak sukaan yang menetap dengan jenis kelaminnya sendiri atau merasa tidak sesuai dalam peran jenis kelamin
tersebut.
D. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan
atau fungsi penting lainnya.
TATALAKSANA
Pengobatan untuk bertujuan membantu mereka hidup dalam identitas yang mereka sukai. Ada beberapa
pilihan pengobatan, dan individu dapat mengejar satu, beberapa, atau semua perawatan yang tersedia
tergantung pada tujuan mereka. Medis dan pilihan psikologis termasuk terapi hormon untuk kewanitaan atau
maskulinisasi tubuh, berbagai jenis operasi untuk mengubah karakteristik seks primer dan sekunder (misalnya,
payudara, alat kelamin, fitur wajah), dan psikoterapi untuk membantu dengan aspek-aspek sosial dari perubahan
jenis kelamin, seperti sebagai membantu individu mengatasi tantangan di tempat kerja dan mempertahankan
dukungan dari keluarga mereka. Pilihan lain termasuk dukungan berbasis masyarakat, elektrolisis dan perawatan
laser untuk hair removal, dan terapi suara untuk bantuan dengan mengembangkan keterampilan komunikasi
baru.
LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Umur : 19 tahun
Alamat : Dusun bungatoi RT 002
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pasien masuk ke UGD Jiwa RSKD pada tanggal 6 November 2019 untuk
pertama kalinya diantar oleh keluarganya
RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari :
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Luwu
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
Keluhan Utama: Gelisah
Awal perubahan perilaku dimulai Agustus 2019 . Pasien pernah dirawat di RS belopa 2
november 2019 selama 1 minggu, obat yang dikonsumsi oleh pasien yaitu haloperidol dan
clozepine. Pasien tidak rutin meminum obat.
Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Deskripsi umum
Penampilan : Seorang laki-laki, wajah sesuai umur (19-an tahun), perawakan pendek, rambut hitam
lurus, wajah sesuai umur, kulit agak putih, memakai kaos abu-abu, celana pendek hitam, sendal
hitam, memakai kacamata hitam,perawatan diri cukup.
b. Kesadaran : Berubah
c. Perilaku dan aktifitas psikomotor: Tenang
d. Pembicaraan: Spontan, lancar, intonasi biasa
e. Sikap terhadap pemeriksa: Cukup Kooperatif
Keadaan afektif Daya ingat
Status Internus
Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 78x/menit, frekuensi pernapasan
18x/menit, Suhu 36,5 ºC, konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterus. Pada
ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan kelainan.
Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak; kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan
isokor, reflex cahaya (+)/(+). Fungsi motorik dan sensorik dbn.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki usia 19 Tahun
Pasien Gelisah, Sering berbicara sendiri, kadang pasien mengamuk, dan
mengganggap dirinya suami artis “Via Vallen”.
Pasien sering mendengar bisikan-bisikan aneh, kadang bisikan tersebut
bisa membahayakan dirinya
Awal perubahan perilaku pada 2019, pasien bermimpi ayahnya meninggal
dan bangun terkaget dan menangis.
Pasien sering mengkonsumsi pil kianpi
Pada tahun 2019 sempat dirawat di RS Belopa selama 1 minggu
Pasien mengkonsumsi obat haloperidol dan clozepin
Pasien melanjutkan pengobatannya namun tidak rutin minum obat.
EVALUASI MULTIAKSIAL (SESUAI PPDGJ III)
Aksis I:
Dari alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan gejala klinis berupa pola perilaku kadang mengamuk, melempar barang, dan gelisah,
sampai pasien sering kabur dari rumah. Keadaan ini mengakibatkan keluarga dan pasien terganggu dan tidak nyaman (distress), sulit
melakukan pekerjaan dengan benar, dan sulit mengisi waktu luangnya dengan hal yang bermanfaat (disability), sehingga dapat
digolongkan Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan juga ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita yaitu halusinasi dan waham sehingga dapat digolongkan
Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan disfungsi otak maupun gangguan yang secara patologis langsung
mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien saat ini, sehingga menurut PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Pada pemeriksaan autoanamnesis ditemukan beberapa hal yang bermakna yaitu adanya waham kebesaran yaitu pasien berfikir dirinya
adalah suami via vallen, Halusinasi auditorik yang menonjol pasien mendengar suara bisikan-bisikan yang aneh, seperti pasien sering
mendengar suara perempuan mengatakan iya suamiku. Pasien juga mendengar suara bisikan yang menyuruhnya untuk menusuk dirinya
sendiri sehingga berdasarkan PPDGJ III dapat digolongkan ke diagnosis Skizofrenia paranoid (F20.0)
Aksis II
Tidak memenuhi kriteria salah satu ciri kepribadian tertentu sehingga pada pasien
ini dikatakan memiliki ciri kepribadian tidak khas
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Stressor tidak jelas
Aksis V
GAF Scale sekarang 50-41
DAFTAR MASALAH
Organobiologik:
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter
maka memerlukan psikofarmaka.
Psikologik:
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga memerlukan psikoterapi.
Sosiologi:
Didapatkan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang, sehingga
memerlukan sosioterapi.
RENCANA
TERAPI
Farmakoterapi Psikoterapi Suportif
Haloperidol 1,5 mg 3x1 Organobiologik:
Clozapin 100 mg 0-0-1 Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka
memerlukan psikofarmaka.
Psikologik:
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga memerlukan
psikoterapi.
Sosiologi:
Didapatkan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan
dan penggunaan waktu senggang, sehingga memerlukan
sosioterapi.
PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Dubia ad malam
FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan
penyakitnya, selain itu menilai efektifitas terapi dan
kemungkinan efek sampingnya.
Berdasarkan PPDGJ III, harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih
bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): 1 DURASI
GEJALA
≥1
Bulan
Harus ada sedikitnya satu gejala yang
Atau Sedikitnya 2 gejala secara jelas :
jelas
• Halusinasi panca indera mana saja
• Tought echo, tought insertion, yang menetap, disertai waham
yang mengambang
Withdrawal, broadcasting
• Delusion of control, influence, • Arus pikiran yang terputus atau
passivity, perception mengalami sisipan inkoherensi,
• Halusinasi auditorik neologisme
• Waham2 menetap jenis lainnya • Perilaku katatonik, gaduh gelisah,
yang tidak wajar dan mustahil posturing, negativisme, mutisme,
stupor
• Gejala-gejala negatif apatis, bicara <
, menarik diri, dll
Terap
i
• Sindrom Psikosis terjadi
ANTIPSIKOTIK: berkaitan dengan aktivitas
neurotransmitter Dopamine
HIPOTESIS yang meningkat.
(Hiperaktivitas sistem
1st gen: dopaminergik sentral)
klorpromazin,
haloperidol,
trifluoperazine
• Anti-psikosis Tipikal
MEKANISME • Dopamine D2 receptor antagonists:
efektif untuk gejala POSITIF.
2nd gen:
klozapin,
KERJA • Anti-psikosis Atipikal
risperidone, OBAT ANTI- • Dopamine D2 receptor antagonists
dan Serotonin dopamine antagonists:
olanzapine PSIKOSIS efektif juga untuk gejala NEGATIF.
HOM