Anda di halaman 1dari 41

BAGIAN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
REFARAT : TRANSGENDER

Oleh:
Muhammad Yusuf
111 2018 1017
 Pembimbing
dr. Agus Japari , M.Kes, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN


KLINIK
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
DEFENISI
Transgender adalah sebuah pengertian yang mengacu pada orang-orang yang mempresentasikan
gendernya secara berbeda dari idealnya, yaitu jenis kelamin yang mereka terima sejak lahir sebagai
penanda bahwa mereka adalah pria atau wanita
ETIOLOGI
Faktor penyebab gangguan identitas gender meliputi menjadi dua faktor saja yakni faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi psikologis (diri sendiri) dan keluarga sedangkan faktor eksternal
meliputi lingkungan.
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian transgender di dunia tidak dapat diukur secara pasti karena belum ada perhitungan
berbasis penelitian yang dilakukan. Selama ini estimasi jumlah transgender hanya berdasarkan
diagnosis gangguan identitas gender, dan pasien yang mengunjungi klinik gender yang ada. Angka
perkiraan jumlah transgender di dunia untuk pria menjadi wanita sejumlah 1 dari 30.000 populasi
sampai 6 dari 1000 populasi, sedangkan untuk wanita menjadi pria sejumlah 1 dari 100.000 sampai 1
dari 33.800 populasi. Hal ini didasari oleh terjadinya gangguan identitas gender, dimana gangguan
identitas gender terjadi 3 kali lebih besar pada pria dibandingkan wanita.
GEJALA KLINIS
Ciri-ciri klinis dari Gangguan Identitas Gender adalah sebagai berikut:
1. Identitas yang kuat terhadap gender lainnya. Setidaknya 4 dari 5 ciri di bawah ini diperlukan
untuk memberikan diagnosis tersebut pada anak-anak:
2. Ekspresi yang berulang dari hasrat untuk menjadi anggota dari gender lainnya (atau ekspresi dari
kepercayaan bahwa dirinya adalah bagian dari gender lain),
3. Preferensi untuk mengenakan pakaian yang merupakan stereotipikal dari gender lainnya,
4. Adanya fantasi yang terus menerus mengenai menjadi anggota dari gender lain, atau asumsi
memainkan peran yang dilakukan oleh anggota gender lain dalam permainan “pura-pura”
5. Hasrat untuk berpartisipasi dalam aktivitas waktu luang dan permainan yang merupakan
stereotip dari gender lainnya
CONT….
6. Preferensi yang kuat untuk memiliki teman bermain dari gender lainnya (pada usia dimana anak-anak
biasanya memilih teman bermain dari gendernya sendiri) Remaja dan orang dewasa biasanya
mengekspresikan keinginan untuk menjadi bagian dari gender lainnya, seringkali berperilaku sebagai
anggota gender lainnya, dan berharap untuk hidup sebagai bagian dari gender lainnya, atau percaya
bahwa emosi dan perilaku mereka setipe dengan gender lainnya.

7. Perasaan tidak nyaman yang kuat dan terus ada dengan anatomi gendernya sendiri atau dengan
perilaku yang merupakan tipe dari peran gendernya. Pada anak-anak, ciri-ciri ini biasanya muncul: anak
laki-laki mengutarakan bahwa alat genital eksternal mereka menjijikan, atau akan lebih baik jika tidak
memilikinya, menunjukan penolakan pada mainan laki-laki, dan permainan yang kasar serta jungkir
balik. Anak perempuan memilih untuk tidak buang air kecil sambil duduk, menunjukan keinginan untuk
tidak menumbuhkan payudara atau menstruasi, atau menunjukkan penolakan pada pakaian feminim.
Remaja dan dewasa biasanya menunjukkan bahwa mereka dilahirkan dengan gender yang salah dan
mengekspresikan harapan untuk intervensi medis (misalnya penanganan hormon atau pembedahan)
untuk menghilangkan karakteristik seksual mereka dan untuk meniru karakteristik dari gender lainnya.
CONT….
8. Tidak ada kondisi interseks, seperti anatomi seksual yang ambigu, yang mungkin membangkitkan
perasaan-perasaan tersebut.
9. Ciri-ciri tersebut menimbulkan distres yang serius pada area penting yang terkait dengan
pekerjaan, sosial atau fungsi lainnya.
KLASIFIKASI
Pembagian menurut PPDGJ-III, gangguan identitas jenis kelamin dibagi menjadi:

a) F64.0 Transseksualisme

Untuk menegakkan diagnosis, identitas transseksualisme harus sudah menetap selama minimal 2 tahun, dan
harus bukan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain seperti : Skizofrenia, atau berkaitan dengan kelainan
interseks, genetic atau kromosom.

Gambaran identitas tsb:

 Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, biasanya
disertai perasaan risih, atau ketidak serasian, dengan anatomi seksualnya; dan

 Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya
semirip mungkin dengan jenis kelamin yang Diinginkan.
CONT….
b) F64.1 Transvestisme peran ganda
Mengenakan pakaian dari lawan jenisnya sebagai bagian dari eksistensi dirinya untuk menikmati
sejenak pengalaman sebagai anggota lawan jenisnya;
Tanpa hasrat untuk mengubah jenis kelamin secara lebih permanen atau berkaitan dengan tindakan
bedah;
Tidak ada perangsangan seksual yang menyertai pemakaian pakaian lawan jenis tersebut, yang
membedakan gangguan ini dengan transvestisme fetihistik (F65.1)
CONT….
c) F64.2 Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak

Gambaran esensial untuk diagnosis adalah :

Keinginan anak yang “ mendalam” (perpasif) dan “ menetap” (persisten) untuk menjadi (atau keteguhan bahwa dirinya
adalah) jenis kelamin lawan jenisnya, disertai penolakan terhadap perilaku, atribut dan / atau pakaian yang sesuai untuk
jenis kelaminnya; tidak ada rangsangan seksual dari pakaian;

Yang khas adalah bahwa manifestasi pertama timbul pada usia pra sekolah. Gangguan harus sudah tampak sebelum
pubertas;

Pada kedua jenis kelamin kemungkinan ada penyangkalan pada struktur anatomi jenis kelaminnya sendiri, tetapi hal ini
jarang terjadi titik.

Ciri khas lain, anak dengan gangguan identitas jenis kelamin, menyangkal bahwa dirinya terganggu, meskipun mereka
mungkin tertekan oleh konflik dengan keinginan orang tua atau lawan sebayanya dan oleh ejekan dan / atau penolakan
oleh orang orang yang berhubungan dengan dirinya
CONT…

d) F64.8 Gangguan identitas jenis kelamin lainnya


e) F64.9 Gangguan identitas jenis kelamin ytt
DIAGNOSIS
Menurut DSM-IV , ciri penting dari gangguan identitas jenis kelamin adalah penderitaan yang persisten dan kuat
tentang jenis kelamin seseorang . Berikut Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Identitas Jenis Kelamin.:

A. Identifikasi kepada jenis kelamin (cross-gender) yang kuat dan persisten (bukan semata-mata keinginan
mendapatkan sesuatu keuntungan kultural karena memiliki jenis kelamin lain.

B. Ketidak sukaan yang menetap dengan jenis kelaminnya sendiri atau merasa tidak sesuai dalam peran jenis kelamin
tersebut.

C. Gangguan tidak bersamaan dengan kondisi interseks fisik.

D. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan
atau fungsi penting lainnya.
TATALAKSANA

Pengobatan untuk bertujuan membantu mereka hidup dalam identitas yang mereka sukai. Ada beberapa
pilihan pengobatan, dan individu dapat mengejar satu, beberapa, atau semua perawatan yang tersedia
tergantung pada tujuan mereka. Medis dan pilihan psikologis termasuk terapi hormon untuk kewanitaan atau
maskulinisasi tubuh, berbagai jenis operasi untuk mengubah karakteristik seks primer dan sekunder (misalnya,
payudara, alat kelamin, fitur wajah), dan psikoterapi untuk membantu dengan aspek-aspek sosial dari perubahan
jenis kelamin, seperti sebagai membantu individu mengatasi tantangan di tempat kerja dan mempertahankan
dukungan dari keluarga mereka. Pilihan lain termasuk dukungan berbasis masyarakat, elektrolisis dan perawatan
laser untuk hair removal, dan terapi suara untuk bantuan dengan mengembangkan keterampilan komunikasi
baru.
LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Umur : 19 tahun
Alamat : Dusun bungatoi RT 002
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja

Pasien masuk ke UGD Jiwa RSKD pada tanggal 6 November 2019 untuk
pertama kalinya diantar oleh keluarganya
RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari :
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Luwu
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
Keluhan Utama: Gelisah

Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang


Seorang Laki-laki datang ke UGD RSKD Dadi dengan keluhan Gelisah sejak kurang
lebih 2 minggu terakhir, diantar oleh Ibu dan tante pasien. Pasien sering mondar-
mandir dirumah, kadang-kadang pasien tidur setelah itu terbangun dengan kaget.
Memberat 2 hari yang lalu, Pasien suka melempar barang-barang yang ada
disekitarnya. Pasien sering mendengar suara bisikan-bisikan, Pasien menganggap
istrinya adalah seorang artis ( via vallen ) dan jika dia berkata istriku via vallen, seperti
ada yang membisikannya “ ia suamiku” (suara perempuan). Padahal pasien belum
pernah menikah. Pasien juga pernah mendengar suara seseorang yang menyuruhnya
untuk menusuk dirinya sendiri. Pasien suka berbicara sendiri dengan kalimat yang tidak
jelas. Pasien suka menyanyi-menyanyi sendiri. Pasien susah tidur, dan kadang tiba-tiba
bangun terkaget. nafsu makan pasien baik, 4 kali sehari. Pasien mandi 2 kali sehari.
Awal perubahan perilaku dialami kurang lebih 3 bulan sejak bulan
agustus tahun 2019. Awalnya pasien bermimpi ayahnya meninggal
dunia, kemudian terbangun lalu menangis dan tidak bisa tidur kembali
karena ketakutan, keesokan harinya pasien mengamuk dan mau keluar
dari rumah. Sehingga diikat oleh keluarganya. Pasien mempunyai
riwayat minum pil kianpi (obat penggemuk) dengan teman-temannya
sewaktu kelas 3 SMA. Hubungan pasien dengan teman-temannya baik.
Sehari-hari pasien suka mengikuti ayahnya untuk bekerja dikelapa
sawit. Pasien pernah berobat di RS belopa selama 1 minggu pada
tanggal 2 November 2019. Riwayat pengobatan ada, Obat yang pernah
dikonsumsi adalah haloperidol dan clozapine tetapi pasien tidak
teratur minum obat.
Hendaya Fungsi
 Hendaya dalam bidang sosial : Terganggu
 Hendaya dalam aspek pekerjaan : Terganggu
 Hendaya dalam penggunaan waktu senggang :Terganggu

Faktor stressor psikososial : Tidak Jelas

Hubungan gangguan sekarang dengan gangguan riwayat penyakit


fisik dan psikis sebelumnya
 Riwayat infeksi : Tidak Ada
 Riwayat trauma : Pasien pernah jatuh dari motor tahun 2018
 Riwayat kejang : Tidak Ada
 Riwayat merokok : Tidak Ada
 Riwayat alkohol : Tidak Ada
 Riwayart NAPZA : Tidak Ada
 
A. Riwayat Gangguan Psikiatri sebelumnya

Awal perubahan perilaku dimulai Agustus 2019 . Pasien pernah dirawat di RS belopa 2
november 2019 selama 1 minggu, obat yang dikonsumsi oleh pasien yaitu haloperidol dan
clozepine. Pasien tidak rutin meminum obat.
Riwayat Kehidupan Pribadi

Riwayat Prenatal dan Perinatal


Pasien lahir dalam keadaan normal dan cukup bulan di rumahnya pada
tanggal 1 juli 1999. Kelahiran pasien dibantu oleh dukun. Tidak ditemukan
cacat lahir ataupun kelainan bawaan. Selama kehamilan, ibu pasien
dalam keadaan sehat.
Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 0-3 tahun)
Di usia ini, pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Sejak pasien dilahirkan
pasien mendapat ASI. Pada saat bayi, pasien tidak pernah mengalami
demam tinggi dan kejang. Pasien mengalami keterlambatan Berbicara.
Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)
Saat ini, pasien masih diasuh oleh kedua orang tuanya. Pasien mulai
bersekolah SD di usia 6 tahun dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik
serta memiliki banyak teman.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)
Usia
. remaja, pasien masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), kemudian
setelah lulus masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga kelas XII SMA. Selama
disekolah hubungan pasien dengan guru dan teman-temannya baik, tetapi pasien
tipe orang yang pendiam dan pemalu.

Riwayat Masa Dewasa


- Riwayat Pekerjaan : Tidak ada
- Riwayat Pernikahan : belum menikah
- Riwayat Agama : Islam
- Aktivitas Sosial : Sebelum perubahan perilaku, termasuk orang yang Pendiam
dan pemalu
A. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak ke-1 dari 4 bersaudara
♂,♂,♂,♂ Pasien Belum menikah Saat ini pasien tinggal
bersama orang tuanya dan ketiga adiknya. Tidak ada
riwayat penyakit yang sama di dalam keluarga pasien.
Situasi Sekarang :
Pasien tinggal dengan orangtuanya dan Ketiga adiknya. Pasien
selalu berbicara sendiri, gelisah,dan selalu merasa ada yang
membisikannya, Kadang pasien mengamuk.

Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya :


Pasien merasa hidupnya sudah sesuai dengan harapan nya
I. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI
a. Status Internus
Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 78x/menit, frekuensi pernapasan
18x/menit, Suhu 36,5 ºC, konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterus.
Pada ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan kelainan.
b. Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak; kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat
dan isokor, reflex cahaya (+)/(+). Fungsi motorik dan sensorik keempat
ekstremitas dalam batas normal, dan tidak ditemukan refleks patologis.
 

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

a. Deskripsi umum
Penampilan : Seorang laki-laki, wajah sesuai umur (19-an tahun), perawakan pendek, rambut hitam
lurus, wajah sesuai umur, kulit agak putih, memakai kaos abu-abu, celana pendek hitam, sendal
hitam, memakai kacamata hitam,perawatan diri cukup.
b. Kesadaran : Berubah
c. Perilaku dan aktifitas psikomotor: Tenang
d. Pembicaraan: Spontan, lancar, intonasi biasa
e. Sikap terhadap pemeriksa: Cukup Kooperatif
Keadaan afektif Daya ingat

Mood : eutimia Jangka panjang : Baik


Afek : Tumpul
Jangka pendek : Baik
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
Jangka segera : Baik

Fungsi Intelektual (Kognitif) Konsentrasi dan Perhatian : Terganggu

Taraf pendidikan: Pengetahuan umum dan Pikiran abstrak : tidak ada


kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya
Bakat Kreatif : tidak ada
Orientasi
◦ Waktu : Baik
Kemampuan menolong diri sendiri : Terganggu
◦ Tempat : Baik
◦ Orang : Baik
Gangguan Persepsi Proses berfikir

Halusinasi : Produktivitas : cukup


◦ Visual : Tidak Ada Kontuinitas : cukup
◦ Auditorik : ada (Selalu ada mebisikkan ketika pasien Hendaya berbahasa : Tidak ada
mengatakan “ Istriku Via Vallen jawabnya Iya suamiku Isi pikiran
(Suara perempuan))
Preokupasi : tidak ada
Gangguan isi pikir : Waham Kebesaran : Pasien merasa
Ilusi : tidak ada dia adalah suami dari seorang artis “Via Vallen”
Depersonalisasi : Tidak ada

Derealisasi : Tidak ada


Pengendalian Impuls : Cukup
Daya Nilai dan Tilikan
◦ Norma Sosial : Terganggu
◦ Uji Daya Nilai : Terganggu
◦ Penilaian Realitas : Terganggu
◦ Tilikan : derajat 1
◦ Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya.
 
PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI

Status Internus
Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 78x/menit, frekuensi pernapasan
18x/menit, Suhu 36,5 ºC, konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterus. Pada
ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan kelainan.
Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak; kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan
isokor, reflex cahaya (+)/(+). Fungsi motorik dan sensorik dbn.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki usia 19 Tahun
Pasien Gelisah, Sering berbicara sendiri, kadang pasien mengamuk, dan
mengganggap dirinya suami artis “Via Vallen”.
Pasien sering mendengar bisikan-bisikan aneh, kadang bisikan tersebut
bisa membahayakan dirinya
Awal perubahan perilaku pada 2019, pasien bermimpi ayahnya meninggal
dan bangun terkaget dan menangis.
Pasien sering mengkonsumsi pil kianpi
Pada tahun 2019 sempat dirawat di RS Belopa selama 1 minggu
Pasien mengkonsumsi obat haloperidol dan clozepin
Pasien melanjutkan pengobatannya namun tidak rutin minum obat.
EVALUASI MULTIAKSIAL (SESUAI PPDGJ III)

Aksis I:

Dari alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan gejala klinis berupa pola perilaku kadang mengamuk, melempar barang, dan gelisah,
sampai pasien sering kabur dari rumah. Keadaan ini mengakibatkan keluarga dan pasien terganggu dan tidak nyaman (distress), sulit
melakukan pekerjaan dengan benar, dan sulit mengisi waktu luangnya dengan hal yang bermanfaat (disability), sehingga dapat
digolongkan Gangguan Jiwa.

Pada pemeriksaan juga ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita yaitu halusinasi dan waham sehingga dapat digolongkan
Gangguan Jiwa Psikotik.

Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan disfungsi otak maupun gangguan yang secara patologis langsung
mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien saat ini, sehingga menurut PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.

Pada pemeriksaan autoanamnesis ditemukan beberapa hal yang bermakna yaitu adanya waham kebesaran yaitu pasien berfikir dirinya
adalah suami via vallen, Halusinasi auditorik yang menonjol pasien mendengar suara bisikan-bisikan yang aneh, seperti pasien sering
mendengar suara perempuan mengatakan iya suamiku. Pasien juga mendengar suara bisikan yang menyuruhnya untuk menusuk dirinya
sendiri sehingga berdasarkan PPDGJ III dapat digolongkan ke diagnosis Skizofrenia paranoid (F20.0)
Aksis II
Tidak memenuhi kriteria salah satu ciri kepribadian tertentu sehingga pada pasien
ini dikatakan memiliki ciri kepribadian tidak khas
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Stressor tidak jelas
Aksis V
GAF Scale sekarang 50-41
DAFTAR MASALAH

Organobiologik:
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter
maka memerlukan psikofarmaka.

Psikologik:
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga memerlukan psikoterapi.

Sosiologi:
Didapatkan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang, sehingga
memerlukan sosioterapi.
RENCANA
TERAPI
Farmakoterapi Psikoterapi Suportif
Haloperidol 1,5 mg 3x1 Organobiologik:
Clozapin 100 mg 0-0-1 Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka
memerlukan psikofarmaka.

Psikologik:
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga memerlukan
psikoterapi.

Sosiologi:
Didapatkan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan
dan penggunaan waktu senggang, sehingga memerlukan
sosioterapi.
 
PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Dubia ad malam
FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan
penyakitnya, selain itu menilai efektifitas terapi dan
kemungkinan efek sampingnya.
Berdasarkan PPDGJ III, harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih
bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): 1 DURASI
GEJALA
≥1
Bulan
Harus ada sedikitnya satu gejala yang
Atau Sedikitnya 2 gejala secara jelas :
jelas
• Halusinasi panca indera mana saja
• Tought echo, tought insertion, yang menetap, disertai waham
yang mengambang
Withdrawal, broadcasting
• Delusion of control, influence, • Arus pikiran yang terputus atau
passivity, perception mengalami sisipan inkoherensi,
• Halusinasi auditorik neologisme
• Waham2 menetap jenis lainnya • Perilaku katatonik, gaduh gelisah,
yang tidak wajar dan mustahil posturing, negativisme, mutisme,
stupor
• Gejala-gejala negatif apatis, bicara <
, menarik diri, dll
Terap
i
• Sindrom Psikosis terjadi
ANTIPSIKOTIK: berkaitan dengan aktivitas
neurotransmitter Dopamine
HIPOTESIS yang meningkat.
(Hiperaktivitas sistem
1st gen: dopaminergik sentral)
klorpromazin,
haloperidol,
trifluoperazine
• Anti-psikosis Tipikal
MEKANISME • Dopamine D2 receptor antagonists:
efektif untuk gejala POSITIF.
2nd gen:
klozapin,
KERJA • Anti-psikosis Atipikal
risperidone, OBAT ANTI- • Dopamine D2 receptor antagonists
dan Serotonin dopamine antagonists:
olanzapine PSIKOSIS efektif juga untuk gejala NEGATIF.

HOM

Anda mungkin juga menyukai