Anda di halaman 1dari 22

Prinsip dan Praktik Ekonomi

Islam

Kelompok 3 :
1. Bebi lutfiyah
2. Dio kurniawan
3. M rafif gunawan
1. MUAMALAH

* Pengertian
a. Dalam fiqh islam muamalah berarti tukar-menukar
barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara
yang ditempuh. Tujuannya adalah agar tercapai suatu
kehidupan yang tentram, damai, bahagia dan sejahtera.
b. Muamalah dalam ilmu ekomi Islam memiliki makna
hukum yang bertalian dengan harta, hak milik,
perjanjian,jual beli, utang piutang, sewa menyewa,
pinam-meminjam dan semacamnya. Juga hukum yang
mengatur keuangan serta segala hal yang merupakan
hubungan manusia dengan sesamanya, baik secara
individu maupun masyarakat.
Dalam melakukan transaksi ekonomi,
seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-
piutang, dan pinjam-meminjam, islam
melarang beberapa hal diantaranya sebagai
berikut:

1. Tidak boleh mempergunakan cara-cara


yang batil
2. Tidak boleh dengan cara-cara zalim
(aniaya)
3. Tidak boleh mempermainkan takaran,
timbangan, kualitas dan kehalalan
4. Tidak boleh melakukan kegiatan riba
5. Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi
atau berjudi
6. Tidak boleh melakukan transaksi jual-
beli barang haram
 Jual- Beli

Menurut istilah hukum syara, jual beli ialah menukar suatu barang/uang
dengan barang yang lain dengan cara aqad (ijab/qobul). Di zaman yang
modern seperti sekarang ini transaksi jual beli dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti lewat internet, telpon dan lain sebagainya.
Syarat-syarat Jual-Beli

a. Penjual dan Pembelinya Haruslah :

• Baligh
• Berakal sehat
• Atas kehendak sendiri

b. Uang dan Barangnya Haruslah :

• Halal dan suci


• Bermanfaat
• Keadaan barang dapat diserahterimakan
• Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembeli
• Milik sendiri

c. Ijab Qobul
khiyar
khiar artinya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan
kesepakatan (akad) jual beli atau mengurungkannya (menarik
kembali atau tidak jadi melakukan transaksi jual beli). Ada tiga
macam khiar yaitu sebagai berikut.
*)Khiar Majelis
adalah si pembeli an penjual boleh memilih antara meneruskan
akad jual beli atau mengurungkannya selama keduanya masih
tetap ditempat jual beli. Khiar majelis ini berlaku pada semua
macam jual beli.
*) Khiar Syarat
adalah suatu pilihan antara meneruskan atau mengurungkan jual
beli setelah mempertimbangkan satu atau dua hari. Setelah hari
yang ditentukan tiba, maka jual beli harus ditegaskan untuk
dilanjutkan atau diurungkan. Masa khiar syarat selambat-
lambatnya tiga hari
*) Khiar Aib (cacat)
adalah si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya,
apabila barang tersebut diketahui ada cacatnya. Kecacatan itu
sudah ada sebelumnya, namun tidak diketahui oleh si penjual
maupun si pembeli.
Riba
riba berarti menetapkan bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman
pokok, yang dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa
bermakna: ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara
linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar .

c.    Macam-macam Riba.

1)    Riba Fadli, yaitu tukar  menukar  dua barang sejenis tetapi
tidak  sama  ukurannya.  Misalnya : 1 gram emas di tukar dengan
1,5 gram emas,  1 kambing besar di tukar dengan 1 kambing kecil.

2)    Riba Qordi, yaitu meminjamkan barang  dengan  syarat ada


keuntungan bagi yang meminjamkan. Misalnya: utang Rp.
25.000,- saat mengembalikan harus ditambah 10% menjadi Rp.
27.500,-.
3)    Riba Nasi’ah, yaitu tambahan yang disyaratkan dari 2 orang
yang mengutangi sebagai imbalan atas penangguhan (penundaan)
utangnya. Misalnya : Si  A  meminjam uang  Rp. 100.000,- kepada 
Si B dengan  perjanjian waktu satu bulan setelah jatuh tempo si B
belum dapat mengembalikan, maka si B harus  mengembalikan  Rp.
125.000,-.

4)    Riba Yad, yaitu riba dengan sebab perpisah dari tempat aqad
jual beli sebelum  serah  terima  antara penjual dan pembeli.
Misalnya: Seorang membeli 1 kwintal beras, setelah dibayar si
penjual langsung pergi sedang berasnya belum di timbang  apakah
pas atau kurang.
Utang-Piutang

Pengertian Utang-Piutang
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada
seseorang dengan catatan akan di kembalikan pada waktu
kemudian.
Rukun Utang-Piutang
Rukun utang-piutang ada 3 yaitu :
    - Yang berutang dan yang berpiutang
    - Ada harta atau barang
    - Lafadz kesepakatan

Hukum Utang-Piutang
a. Hukum orang yang berhutang adalah mubah (boleh)
sedangkan orang yang memberikan hutang hukumnya sunah
sebab ia termasuk orang yang menolong sesamanya.
b. Hukum orang yang berhutang menjadi sunah dan hukum
orang yang menghutangi menjadi wajib, jika peminjam itu
benar-benar dalam keadaan terdesak, misalnya hutang beras
bagi orang yang kelaparan, hutang uang untuk biaya
pengobatan dan lain sebagainya, maka Rasulullah saw
َ C‫ َان َك‬C‫ َّال َك‬CC‫رْ ضًا َم َّرتَي ِْن ِإ‬CC‫ض ُم ْسلِ ًما َق‬
bersabda : ً‫ا َم َّرة‬Cَ‫ص َدقَتِه‬ ُ ‫ضْ ِر‬CC‫ ُي‬C‫َما ِمْن ُم ْسلِ ٍم‬
C‫بنماجه‬C‫ ا‬C‫ه‬C‫ (روا‬Artinya : "Tidak ada seorang muslim yang
memberi pinjaman kepada seorang muslim dua kali kecuali
seolah-olah dia telah bersedekah kepadanya dua kali". (HR.
Ibnu Majah)
Sewa-Menyewa

Pengertian sewa-menyewa
Sewa menyewa dalam fiqih islam di sebut ijarah, artinya imbalan yang harus
di terima oleh seseorang atau jasa yang di berikannya. Jasa di sini berupa
penyediaan tenaga dan pikiran, tempat tinggal, atau hewan.
Syarat dan Rukun Sewa-menyewa
Berikut ini merupakan syarat dan rukun sewa-menyewa:
a. Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah baligh
dan berakal sehat.
b. Sewa-menyewa di langsungkan atas kemauan masing-masing,
bukan karena di 
        paksa.
c. Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang
menyewakan, atau wali nya.
d. Manfaat yang akan di ambil dari barang tersebut harus di
ketahui secara jelas oleh kedua belah pihak.
e. Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.
f. Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus di sebutkan
dengan jelas.
g. Harga sewa dan cara pembayaran nya juga harus di tentukan
dengan jelas serta disepakati bersama.
Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah di
ketahui secara jelas dan di sepakati bersama sebelum nya hal-hal
berikut:
1. Jenis pekerjaan dan jam kerjanya
2. Berapa lama masa kerja
3. Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya
4. Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan, dan lain-lain
2. Syirkah

Pengertian syirkah secara bahasa, kata syirkah, (perseroan)


berarti mencampurkan 2 bagian atau lebih sehingga tidak dapat
lagi di bedakan antara bagian yang satu dengan yang lain nya.

Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang di lakukan oleh 2


pihak atau lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha
dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Rukun dan Syirkah
Adapun rukun syirkah secara garis besar ada 3, yaitu seperti
berikut:
1. Dua belah pihak yang berakad (aqidani).
Syarat orang yang melakukan akad adalah harus memiliki
kecakapan (ahliyah) melakukan tasarruf (pengelolaan harta).
2. Objek akad yang di sebut juga ma’qud ‘alaihi mencakup
pekerjaan atau modal.
Adapun syarat pekerjaan atau benda yang di kelola dalam syirkah
harus halal dan di perbolehkan     dalam agama dan
pengelolaannya dapat di wakil kan.
3. Akad atau yang disebut juga dengan istilah sigat.
Adapun syarat sah akad harus berupa tasarruf, yaitu adanya
aktivitas pengelolaan.
Macam-macam Syirkah
Syirkah dibagi menjadi beberapa macam, yaitu syirkah ‘inan, syirkah
‘abdan, syirkah wujuh, dan syirkah mufawadah.

=> Syirkah ‘Inan
Adalah Syirkah antara 2 pihak atau lebih yang masing-masing memberi
kontribusi kerja (amal) dan modl (mal). Syirkah ini hukumnya boleh
berdasarkan dalil sunah dan ijma’ sahabat.

=> Syirkah ‘Abdan
Adalah Syirkah antara 2 pihak atau lebih yang masing-masing hanya
memberikan kontribusi kerja (amal), tanpa kontribusi modal (mal).
Kontribusi kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis naskah)
ataupun kerja fisik (seperti tukang batu). Syirkah ini juga di sebut syirkah
‘amal.

=> Syirkah Wujuh
Adalah kerja sama karena di dasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau
keahlian (wujuh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh adalah
syirkah antara 2 pihak yang sama-sama memberikan kontribusi kerja (amal)
dengan pihak ke 3 yang memberikan kontribusi modal (mal).
=> Syirkah Mufawadah
Adalah syirkah antara 2 pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis syirkah
di atas. Syirkah mufawadah dalam pengertian ini boleh di praktikkan. Sebab setiap
jenis syirkah yang sah berarti boleh di gabungkan menjadi satu.

Keuntungan yang di peroleh dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan


kerugian di tanggung sesuai dengan jenis syirkah nya, yaitu di tanggung oleh para
pemodal sesuai porsi modal jika berupa syirkah ‘inan atau di tanggung pemodal
saja jika berupa mufawadah, atau ditanggung mitra-mitra usaha berdasarkan
persentase barang dagangan yang di miliki jika berupa syirkah wujuh.

=> Mudarabah
Adalah akad kerja sama usaha antara 2 pihak, di mana pihak pertama menyediakan
semua modal (sahibul mal), pihak lain nya menjadi pengelola atau pengusaha
(mudarrib).

=> Musaqah, Muzara’ah, dan Mukhabarah


a. Musaqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani dimana sang
pemilik kebun menyerahkan kepada petani agar di pelihara dan hasil panen nya
nanti akan dibagi 2 menurut persentase yang di tentukan pada waktu akad.
b. Muzara’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan
petani dan penggarap di mana benih tanaman nya berasal dari petani.
c. Mukhabarah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan
petani.
3. Perbankan
Pengertian Bank.
Bank ialah suatu lembaga yang mengatur peredaran uang dengan
sistem administrasi tertentu. Bank itu ada yang milik negara dan
milik swasta.
Bank dilihat dari segi penerapan bunganya, dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
1. Bank Konvensional
Bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada
yang memerlukan, baik perorangan maupu badan usaha.
2. Bank Syari’ah
suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum
Islam (syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya
larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut
pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta
larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha yang bersifat
(haram).
Jasa untuk peminjam dana
·Mudhorobah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha. Setiap keuntungan
yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh
oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan
penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.
·Musyarokah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership atau joint venture.
Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi
berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan
mudharabah ialah dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan
mudharabah tidak ada campur tangan
·Murobahah , yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan membelikan barang yang
dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang
dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur
barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran=harga pokok
ditambah margin yang disepakati. Contoh:harga rumah, 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100
jt, maka yang dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang disepakati
diawal antara Bank dan Nasabah.
·Takaful (asuransi islam)
Jasa untuk penyimpan dana
·Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat mengambil dana
tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak berkewajiban, namun diperbolehkan,
untuk memberikan bonus kepada nasabah.
·Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu yang tertentu.
Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan bank akan dibagikan antara bank
dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.
ASURANSI
Asuransi ialah jaminan atau pertanggungan yang diberikan oleh
penanggung (perusahaan asuransi) kepada tertanggung untuk resiko
kerugian sesuai dengan yang ditetapkan dalam surat perjanjian (polis) bila
terjadi kecelakaan atau kematian dan tertanggung membayar premi setiap
bulan sebanyak yang di tentukan kepada penanggung. Asuransi pada masa
Rasulullah saw, belum dikenal sehingga termasuk masalah ijtihadiyah.
Ada 4 kelompok yang memandang asuransi yaitu : mengharamkan,
membolehkan, membolehkan asuransi yang bersifat sosial mengharamkan
asuransi yang bersifat komersial, meragukan (termasuk subhat). Hal yang
menjadi pokok perselisihan adalah :
a. adanya unsur gharar (ketidak pastian)
b. adanya unsur maisir (untung-untungan)
c. adanya unsur riba.
Perbedaan Asuransi Syari’ah dan Asurannsi Konvensional
1. Pengelolaan Risiko
Pada dasarnya, dalam asuransi syariah sekumpulan orang akan saling
membantu dan tolong menolong, saling menjamin dan bekerja sama dengan
cara mengumpulkan dana hibah (tabarru). Dengan begitu bisa dikatakan
bahwa pengelolaan risiko yang dilakukan di dalam asuransi syariah adalah
menggunakan prinsip sharing of risk, di mana resiko dibebankan/dibagi
kepada perusahaan dan peserta asuransi itu sendiri.

Sedangkan di dalam asuransi konvensional berlaku sistem transfer of risk,


di mana resiko dipindahkan/dibebankan oleh tertanggung (peserta asuransi)
kepada pihak perusahaan asuransi yang bertindak sebagi penanggung di
dalam perjanjian asuransi tersebut seperti pada asuransi kesehatan, asuransi
mobil, atau asuransi perjalanan.
•Pengelolaan Dana
Pengelolaan dana yang dilakukan di dalam asuransi syariah bersifat transparan dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk mendatangkan keuntungan bagi para pemegang polis asuransi itu sendiri.
Di dalam asuransi konvensional, perusahaan asuransi akan menentukan jumlah besaran premi
dan berbagai biaya lainnya yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dan keuntungan yang
sebesar-besarnya bagi perusahaan itu sendiri.
•Sistem Perjanjian
Di dalam asuransi syariah hanya digunakan akad hibah (tabarru) yang didasarkan pada sistem
syariah dan dipastikan halal. Sedangkan di dalam asuransi konvensional akad yang dilakukan
cenderung sama dengan perjanjian jual beli.
•Kepemilikan Dana
Sesuai dengan akad yang digunakan, maka di dalam asuransi syariah dana asuransi tersebut
adalah milik bersama (semua peserta asuransi), di mana perusahaan asuransi hanya bertindak
sebagai pengelola dana saja. Hal ini tidak berlaku di dalam asuransi konvensional, karena premi
yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi adalah milik perusahaan asuransi tersebut, yang
mana dalam hal ini perusahaan asuransi akan memiliki kewenangan penuh terhadap pengelolaan
dan pengalokasian dana asuransi.
•Pembagian Keuntungan
Di dalam asuransi syariah, semua keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan terkait dengan
dana asuransi, akan dibagikan kepada semua peserta asuransi  tersebut. Namun akan berbeda
dengan perusahaan asuransi konvensional, di mana seluruh keuntungan yang didapatkan akan
menjadi hak milik perusahaan asuransi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai