Anda di halaman 1dari 29

Insomnia Pada KELAS 2B KEPERAWATAN

Lansia
1. Aulia Nurul Annisa P17120018045
2. Erika Ainun N.S P17120018050
3. Euis Siti Sa'adah P17120018051
4. Ismi Sarah Salsabila P17120018057
5. Lutfiana Fadhlika P17120018059
6. Meilenia Dwi Y P17120018061
7. Qorina Meilani P P17120018065
8. Shela Kamila Rotsa P17120018072
9. Windi Cahyani P17120018078
DEFINISI
TIDUR
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar
dimana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indera atau
rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur
tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur
diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental
emosional, fi siologi, dan kesehatan.
Definisi insomnia
Insomnia adalah tidur yang dialami oleh
gangguan penderita selalu merasa letih
dengan gejala hari dan secara
lelah sepanjang dan terus-menerus (lebih
dari sepuluh hari) mengalami kesulitan
unt uk tidur
selalu terbangun dit engah malam dan
ata
dapat kembali tidur (Yates, 2006). t ida
u k
Kondisi kejiwaan seperti stress atau
Etiologi :
gangguan fisik disekitarnya.
Tidur siang yang berlebihan.
Lingkungan fisik berupa suara bising
Suhu lingkungan yang terlalu panas
atau dingin, dan juga perubahan
suasana lingkungan.
Terlalu banyak minum minuman
berkafein, mengisap rokok, atau minum
minuman beralkohol menjelang tidur.
Kurang olahraga.
klasifikasi insomnia menurut
onsetnya:
LONG TERM INSOMNIA
TRANSIENT INSOMNIA SHORT TERM INSOMNIA
(INSOMNIA SEKILAS) (INSOMNIA JANGKA PENDEK) (INSOMNIA JANGKA
PANJANG)
Mengalami
kesulitan tidur Insomnia Insomni a
karena suatu j a ng ka p end ek jangka
stess yang terjadi antara Panjang
berlangsung 2 – 4 minggu. t er j adi
< 2 minggu. lebih
dari 4
minggu.
klasifikasi insomnia menurut
penyebabnya: Insomnia Primer
Pada insomia primer, Pasien dapat tidur t etapi tidak
merasa tidur. Fase R EM sangakurang dan f ase
NREMcukup.
tidur Periode
juga mengalami pengurangan dan serin
lebih
g terbangun. Penyebab insomnia primer berhubungan
dengan
kebiasaan sebelum tidur, pola tidur, dan lingkungan tempat
tidur.
Insomnia sekunder
disebabkan karena irama sirkardian, kejiwaan, masalah
neurologi atau masalah medis lainnya dan reaksi obat. Pada
insomnia sekunder karena penyakitorganik, kontinuitas tidurnya
terhanggu, misal pada penderita artritis yang mudah
terbangun karena rasa nyerinya.
Pathway

insomnia
tahap tidur
Non-
REM :

TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4


jatuh tertidur, orang meliputi tidur meliputi tidur tingkat terdalam,
tersebut mudah dalam yang dalam yang sulit untuk
dibangunkan dan progresif progresif. dibangunkan. Tidur
tidak menyadari ia sangat penting
telah tertidur. untuk menjaga
kesehatan fisik.
Penyebab Insomnia
Pada Lansia
Insomnia pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dari faktor
status kesehatan, penggunaan obat-obatan, kondisi lingkungan, stres
psikologis, diet/nutrisi, gaya hidup Insomnia pada usia lanjut dihubungkan
dengan penurunan memori, konsentrasi terganggu dan perubahan kinerja
fungsional. Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada
gelombang lambat, terutama stadium empat, gelombang alfa menurun, dan
meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau meningkatnya
fragmentasi tidur karena seringnya terbangun. Gangguan juga terjadi pada
dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan,
kalau seorang dewasa muda normal akan terbangun sekitar 2-4 kali. Tidak
begitu Halnya dengan lansia, ia lebih sering terbangun (Darmojo, 2005).
Dampak Insomnia Mengantuk berlebihan di siang hari
Gangguan atensi dan memori,
mood
Depresi
Sering terjatuh
Penggunaan hipnotik yang tidak
semestinya
Penurunan kualitas hidup
Dan beberapa insomnia dapat
mengancam jiwa
komplikasi

Menurunnya Respons yang Kegemukan Meningkatkan

lemah atau obesitas risiko penyakit


performa dan
kronis, seperti
prestasi (kewaspadan
tekanan darah
kerja atau menurun)
tinggi,
sekolah. kencing manis
dan penyakit
jantung.
Tanda dan Gejala

KECANDUAN OBAT
TIDUR TIDAK MUDAH
TERUTAMA OBAT
NYENYAK TERSINGGUN
PENENANG
G

IRITABILITAS, KONSENTRASI
KETEGANGAN
DEPRESI ATAU DAN PERHATIAN
DAN SAKIT KEPALA
KECEMASAN BERKURANG
Pemeriksaan Penunjang 2) Pemeriksaan di laboraturium tidur. dengan
perhitungan :
1) Laboraturium klinik : Blood Gaze a) Apneu-hipopneu index (AHI).
Analyzes (BGA). Apnea-Hypopnoea Index (AHI) adalah indeks yang
Analisa gas darah dilakukan untuk digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan
mengukur kadar asam basa (pH) untuk apnea tidur. Ini diwakili oleh jumlah kejadian apnea
mengetahui bila darah terlalu asam dan hipopnea per jam tidur. Apnea (berhenti
(asidosis) atau basa (alkalosis), serta bernapas) harus bertahan setidaknya 10 detik dan
untuk mengetahui apakah tekanan dikaitkan dengan penurunan oksigenasi darah.
oksigen dalam darah terlalu rendah b) Multiple Sleep Lately Test (MSLT).
(hipoksia), atau karbon dioksida terlalu
tinggi (hiperkarbia). Multiple Sleep Latency Test adalah alat diagnostik
gangguan tidur. Ini digunakan untuk mengukur waktu
yang telah berlalu dari awal periode tidur siang hari
hingga tanda-tanda tidur pertama, yang disebut
latensi tidur. Tes ini didasarkan pada gagasan bahwa
orang yang lebih mengantuk, semakin cepat mereka
tertidur.
3) Pencitraan :

• Refleksi akustik

4) Pemeriksaan radiologi sefalometri.

• Sefalometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran kuantitatifbagianbagian


tertentu kepala untukmendapatkan informasi tentang polakraniofasial (pola tulang
kepala dan wajah).

• CT-Scan jalan napas ( kemungkinan Tumor Nasofaring/Orofaring posterior).

• MRI.
Penatalaksanaan medis
a. Terapi Nonfarmakologi
1)Stimulus control
Melalui metode ini pasien diedukasi untuk mengunakan tempat tidur hanya
untuk tidur dan menghindari aktivitas lain seperti membaca dan menonton tv di
tempat tidur.Ketika mengantuk pasien datang ke tempat tidur, akan tetapi jika
selama15- 20 menit berada disana pasien tidak bisa tidur maka pasien harus
bangun dan melakukan aktivitas lain sampai merasa mengantuk baru kembali
ke tempat tidur. Dengan metode terapi ini, pasien mengalami peningkatan
durasi tidur sekitar 30-40 menit.
Penatalaksanaan medis

2)Sleep restriction
Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi frekuensi tidur dan meningkatkan
sleep efficiency Pasien diedukasi agar tidak tidur terlalu lama dengan
mengurangi frekuensi berada di tempat tidur. Terlalu lama di tempat tidur akan
menyebabkan pola tidur jadi terpecah. Pada usia lanjut yang sudah tidak
beraktivitas lebih senang menghabiskan waktunya di tempat tidur namun,
berdampak buruk karena pola tidur menjadi tidak teratur. Melalui Sleep
Restriction ini diharapkan dapat menentukan waktu dan lamanya tidur yang
disesuaikan dengan kebutuhan.
3) Sleep hygiene
Sleep Higiene bertujuan untuk mengubah pola hidup pasien dan lingkungannya sehingga dapat
meningkatkan kualitas tidur. Hal-hal yang dapat dilakukan pasien untuk meningkatkan Sleep
Higiene yaitu:
• olahraga secara teratur pada pagi hari
• tidur secara teratur
• melakukan aktivitas yang merupakan hobi dari usia lanjut
• mengurangi konsumsi kafein
• mengatur waktu bangun pagi
• Menghindari merokok dan minum alkohol 2 jam sebelum tidur dan tidak makan daging terlalu
banyak sekitar 2 jam sebelum tidur.
4) Terapi relaksasi
Tujuan terapi ini adalah mengatasi kebiasaan usia lanjut yang mudah terjaga dimalam hari saat
tidur. Pada beberapa usia lanjut mengalami kesulitan untuk tertidur kembali setelah terjaga. Metode
terapi relaksasi meliputi:
• melakukan relaksasi otot
• guided imagery
• latihan pernapasan dengan diafragma
• yoga ataumeditasi
5) Cognitive behavioral therapy
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan psikoterapi kombinasi yang terdiri dari: stimulus
control, sleep retriction, terapi kognitif dengan atau tanpaterapi relaksasi.Terapi ini bertujuan untuk
mengubah maladaftive sleep belief menjadi adaftive sleep belief. Sebagai contoh: pasien memiliki
kepercayaan harus tidur selama 8 jam setiap malam, jika pasien tidur kurang dari 8 jam maka
pasien merasa kualitas tidurnya menurun. Hal ini harus dirbah mengingat yangmenentukan kualitas
tidur tidak hanya durasi tetapi kedalaman tidur.
Terapi Farmakologi
a. Benzodiazepine
b. Non-Benzodiazepine
• Zaleplon
• Zolpidem
• Eszopiclone
c. Melatonin reseptor agonist
d. Sedating Antidepressant
ASUHAN
KEPERAWATAN
INSOMNIA PADA
LANSIA
A) Pengkajian Keperawatan
1. Data Subyektif
Anamnesa
 Kaji Batasan karakteritik seperti :
- Pola tidur (sekarang dan masa lalu)
- Waktu tidur dan bangun yang biasanya
- Kesulitan untuk tertidur
- Adanya riwayat gejala/keluhan dan keluhan (kurang tidur, ansietas, depresi perangsangan, takut, misalnya : mimpi
buruk dan gelap)
 Kaji faktor-faktor yang berhubungan :
- Kebisingan
- Kebutuhan untuk berkemih
- Penggunaan alat bantu tidur/ritual tidur, seperti : mandi air hangat, bantal, minum susu hangat, posisi, obat-obatan,
dan lain-lain.
- Tidur siang (frekuensi dan lamanya)
2. Data Obyektif

 Kaji Batasan karakteristik fisik : gambaran penampilan (pucat, gelap di sekitar


lingkar mata, mata cekung).
 Menguap
 Mengantuk sepanjang hari
 Penurunan perhatian
 Peka rangsang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Pola Tidur 2. Ansietas Berhubungan 3. Koping Tidak Efektif Berhubungan
Berhubungan Dengan : Dengan:
Dengan:
- Disfungsi sistem keluarga - Ketidakadekuatan sistem pendukung
- Nyeri
- Hubungan orang tua-anak - Ketidakadekuatan strategi koping
- Penurunan tingkat
tidak memuaskan - Ketidakcukupan persiapan untuk
aktivitas
- Faktor keturunan menghadapi stressor
- Ansietas
- Kebutuhan tidak terpenuhi - Ketidakteraturan atau kekacauan
- Depresi
- Kurang terpapar informasi lingkungan
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan Pola tidur
Tujuan: Setelah dilakukan kunjungan selama 3 kali diharapkan gangguan pola tidur
klien dapat teratasi.
Kriteria Hasil: Klien dapat tidur pada malam hari, Menunjukkan perilaku untuk
mempebaiki pola tidur, Perasaan segar sebelum tidur dan sesudah bangun tidur

Rencana Tindakan:
1. Kaji faktor-faktor penyebab dan penunjang, misalnya : nyeri, takut, stress, ansietas, sering
berkemih saat tidur, lingkungan yang bising, suhu kamar (terlalu panas/dingin)
2. Menyediakan waktu dan tempat tidur yang nyaman
3. Mengatur lingkungan yang cukup mendukung untuk tidur seperti : ventilasi, bebas dari
debu, dan bau yang merangsang (tidak disukai oleh klien).
4. Melatih untuk latihan fisik ringan (sesuai kemampuan dan hobi) untuk melancarkan sirkulasi
darah dan melenturkan otot-otot.
5. Menganjurkan minum minuman yang hangat sebelum tidur
6. Beri motivasi untuk mengikuti perkumpulan sesama lansia
7. Beri penghargaan dan positif reinforcement jika klien mampu melakukan aktivitas
sebagaimana yang dianjurkan
8. Hindarkan minuman yang merangsang sepanjang siang dan malam hari, terutama
menjelang tidur (kopi, soda, dan coklat)
9. Hindarkan potensi yang dapat menyebabakan cedera pada saat tidur, yaitu dengan cara :
- Gunakan pagar tempat tidur jika perlu
- Ketinggian tempat tidur yang rendah
- Pengawasan yang cukup
- Tempatkan bel yang mudah dijangkau klien
- Jauhkan benda tajam (pisau/pemotong kuku)
- Posisi tempat tidur tidak berada di bawah benda yang bergantung
10. Diskusikan dengan klien rencana penyelesaian masalah tentang tidur dan kaji rencana
hidup klien selanjutnya (tempat tinggal).
Diagnosa 2 : Ansietas

Tujuan: Setelah dilakukan kunjungan selama 3 kali, diharapkan cemas klien dapat
berkurang atau hilang
Kriteria Hasil: Klien terlihat tenang dan rileks, Klien melaporkan bahwa cemas berkurang
atau hilang

Rencana tindakan:
1. Kaji faktor yang menyebabkan cemas
2. Dengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian
3. Ajarkan Teknik relaksasi
4. Libatkan keluarga untuk selalu menemani klien jika cemas terjadi
Diagnosa 3 :Koping Tidak Efektif

Tujuan: Setelah dilakukan kunjungan selama 3 kali diharapkan koping individu klien efektif
Kriteria Hasil: Klien terlihat menunjukkan kemampuan untuk memecahkan masalah, Klien dapat
mengkomunikasikan kebutuhan dengan berinteraksi pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan

Rencana Tindakan:
1. Kaji penyebab ketidakefektifan koping klien
2. Bantu klien mengungkapkan perasaannya
3. Ajarkan Teknik relaksasi
4. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
5. Libatkan keluarga dalam merubah koping klien
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai