Anda di halaman 1dari 92

TITRASI NETRALISASI

[TITRASI ASAM – BASA]


TITRASI NETRALISASI ASAM BASA
 melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam
akan bereaksi dengan basa dalam jumlah
yang ekuivalen.
 Proses Netralisasi melibatkan:
 Titrasi asidimetri, titrasi terhadap larutan basa
 Titrasi alkalimetri, titrasi terhadap larutan asam
MACAM TITRASI NETRALISASI
 Asam kuat dengan basa kuat
 Basa lemah dengan asam kuat

 Asam lemah dengan basa kuat


PEREAKSI TITRASI NETRALISASI

 Larutan Baku Asam distandarkan dg


Baku Primer Basa : Na-karbonat, TRIS
atau THAM (tris hidroksimetil
aminometan), Na-tetraborat, Merkuri
oksida
 Larutan Baku Basa (perhatikan efekCO2
dalam air) distandarkan dg
Baku Primer Asam : KH-Ftalat, Asam
benzoat, Asam sulfamat, KH-iodat,Asam
sulfosalisilat, Na2B4O7
INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA
INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA

 Senyawa yang digunakan sebagai indikator


titrasi asam basa adalah:
 Asam organik sangan lemah atau
 Basa organik sangat lemah

 Pasangan konjugatnya menunjukkan warna


yang berbeda
Asam : HIn + H2O H3O+ + In-
Basa : In- + H2O HIn + OH-

[H3O+][In-] [HIn]
Ka = ---------------- pH = pKa - log ----
[HIn] [In-]

Warna tergantung konsentrasi yang dominan :


Misal. jika HIn merah dan In- kuning, maka
pada pH rendah [HIn] dominan, ratio 10/1 (merah)
pada pH tinggi [In-] dominan, ratio 1/10 (kuning)
pada pH sedang [HIn] = [In-], ratio 1 (jingga)
CONTOH:

HIn + H2O In- + H3O+ pKHIn


Warna warna
asam basa

In + H2O InH+ + HO-


Warna warna
Basa asam
MATA AKAN MELIHAT PERUBAHAN
WARNA JIKA:

[HIn]
[In ] minimal 100x

 [H+] harus berubah minimal 100 x.


 pH= (-log[conc]) harus berubah oleh faktor 2
 Jika HIn dalam larutan asam berada sebagai
Hin, maka warna yang terlihat = warna asam,
(ratio =10)
 Jika HIn dalam larutan basa berada sebagai In;
warna yang terlihat =warna basa, (ratio = 0.1)
MENCARI TRAYEK PH INDIKATOR UNTUK TITRASI ASAM BASA

 Untuk memilih indicator yang akan dipakai


pada titrasi asam basa maka harus
memperhatikan trayek pH indicator tersebut.
 Misalkan kita memiliki indicator asam lemah
HIn
 HIn H+ + In-
Merah kuning
 Perubahan warna HIn terjadi pada kisaran pH
tertentu
 Perubahan ini tampak bergantung pada
kejelihan penglihatan orang yang melakukan
titrasi.
 warna indikator yang teramati akibat
terbentuknya

 transisi kedua warna (misal HIn berubah dari


warna merah ke kuning maka kemungkinan
warna transisinya adalah oranye),
 maka umumnya hanya satu warna yang akan
teramati jika perbandingan kedua konsentrasi
adalah 10:1 jadi hanya warna dengan
konsentrasi yang paling tinggi yang akan
terlihat.
 Sebagai contoh
 jika hanya warna kuning yang terlihat maka
konsentrasi [In-]/[HIn] = 10/1
 pH = pKa + log 10/1 = pKa + 1
 dan jika hanya warna merah yang terlihat maka
konsentrasi [In]/HIn] = 1/10 sehingga:
 pH = pKa + log 1/10 = pKa – 1
 Jadi pH indicator akan berubah dari kisaran
warna yang satu dengan yang lain adalah
berkisar antara
 pKa-1 - pKa + 1,

 pada titik tengah daerah transisi perubahan


warna indicator terjadi pada :
 konsentrasi [In-] = [HIn] karena
 pH = pKa.
1. TITRASI ASAM KUAT VS BASA KUAT
 Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa
selalu asam kuat atau basa kuat.
 Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan
membuat kurva titrasi plot antara pH larutan
sebagai fungsi dari volume titran yang
ditambahkan.
TRAYEK PH INDIKATOR ASAM BASA DAN
TRANSISI PERUBAHAN WARNANYA
1. TITRASI ASAM KUAT DENGAN BASA
KUAT
CONTOH TITRASI ASAM KUAT DAN BASA KUAT
ADALAH TITRASI HCL DENGAN NAOH.

 Reaksi yang terjadi adalah sebagai


berikut:
 HCl   +  NaOH   →   NaCl  + H2O
 H+     +   OH-   →  H2O
 hasil akhir titrasi pada titik ekuivalen pH
larutan adalah netral (pH = 7).
KURVA TITRASI ANTARA 50 ML HCL 0,1 M
DENGAN 50 ML NAOH 0,1 M DAPAT DITUNJUKKAN
DENGAN GAMBAR BERIKUT INI:
 Pada awal sebelum titrasi berlangsung maka
dalam Erlenmeyer hanya terdapat 0,1 M HCl
shingga pH larutan adalah 1.

 Selanjutnya setelah proses titrasi berlangsung


maka pH meningkat sedikit demi sedikit
dikarenakan jumlah H+ yang semakin berkurang.
 Sebagai perbandingan saja jika 90% HCl telah
bereaksi dengan NaOH maka konsentrasi H+
dalam larutan berkisar 5,3.10-3 M dan pHnya
adalah 2,3, dan secara gradual pHnya akan
meningkat sampai pada saat titik ekuivalen
diperoleh.
 Pada titik ekuivalen maka pH larutan adalah
sama dengan 7, dalam larutan hanya terdapat
NaCl dan H2O.
 Penambahan NaOH selanjutnya akan membuat
pH semakin meningkat dari konsentrasi 10-7 M
untuk OH- hingga bisa mencapai 10-3 M  hanya
dengan penambahan 5 mL NaOH saja.
INDIKATOR YANG DIGUNAKAN
 Ada 2 yakni:
 metil orange (MO) dan
 fenolthalein (PP).
 Untuk titrasi HCl dan NaOH diatas maka
digunakan indikator pp
 karena trayek pH indicator pp adalah 8,3 – 10

 trayek pH ini adalah dekat dengan pH titik


ekuivalen titrasi HCl-NaOH yaitu pada pH 7.
 Pemilihan indicator yang baik adalah setidak-
tidaknya antara -1 pH titik ekuivalen sampai
dengan +1 pH titik ekuivalen.
 Indikator lain yang bisa dipakai adalah
Bromothymol blue.
 Jika kita pergunakan indicator MO maka titik
akhir titrasi akan terjadi terlebih dahulu sebelum
titik ekuivalen tercapai.

 Hal ini tentu saja akan membuat perhitungan


analisa kita jauh dari akurat.
 Bila yang dipergunakan sebagai titer adalah HCl
maka kurva titrasinya adalah kebalikan dari
kurva titrasi HCl-NaOH diatas.
PEMILIHAN INDIKATOR TITRASI
 Untuk pH indicator dari asam lemah dipilih
yang nilai pKa-nya mendekati nilai pH pada
titik ekuivalen atau
 untuk pH indicator dari basa lemah nilai pKb-
nya yang mendekati nilai pH ekuivalen.
 Contoh :
 indicator pp yang dipakai untuk titrasi asam kuat
dan basa kuat atau asam lemah dan basa kuat,
 indikato metil merah yang dipakai untuk titrasi
basa lemah dan asam kuat.
CONTOH INDIKATOR
PHENOLPHTHALEIN
 Reaksi:
P2- + 2H+ H2P pKa ≈ 8
pink tidak berwarna
 Kesalahan titrasi terjadi karena titik akhir
titrasi terjadi pada ≈pH8
 Sedangkan pH titik ekivalen adalah pH 7.
2. TITRASI BASA LEMAH VS ASAM
KUAT
TITRASI BASA LEMAH VS ASAM KUAT

 Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah


analog dengan
titrasi asam lemah dengan basa kuat, akan
tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan
dari kurva titrasi asam lemah vs basa kuat.
 Sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1 M
NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL dimana
reaksinya dapat ditulis sebagai:
2.TITRASI BASA LEMAH VS ASAMBASA
KUAT

 NH4OH  +  HCl  →  NH4Cl  + H2O


 Kurva titrasinya dapat ditulis sebagai berikut:
KURVA TITRASI 0,1 M NH4OH DENGAN
0,1 M HCL
PADA AWAL TITRASI

 dalam Erlenmeyer hanya terdapat NH4OH,


 karena NH4OH adalah basa lemah maka tidak
semua akan terionisasi untuk mencari pH nya
maka kita gunakan rumus:
 [OH-] = (10exp-5 x 0,1 )exp1/2
 [OH-] = 10-3 M

 pH = 11
SETELAH TITRASI BERLANGSUNG

 akan terbentuk sistem buffer


 karena dalam larutan sekarang terdapat
NH4OH dan NH4Cl.
 Pada saat ini kurva titrasi berada pada daerah
yang landai dan pH larutan ditentukan oleh
pebandingan [NH4Cl]/[NH4OH].
PADA TITIK TENGAH TITRASI

 yaitu setengah jumlah mol baik HCl dan


NH4OH bereaksi
 maka [NH4Cl] = [NH4OH]
 akibatnya pH akan sama dengan pKb (ingat
persamaan Henderson-Hasselbalch)
 Kb NH4OH adalah 10-5.
pH = pKb = 5
PADA SAAT TITIK EKUIVALEN DICAPAI

 dalam larutan sekarang hanya terdapat NH4Cl


 NH4Cl adalah garam dari asam kuat dan basa
lemah sehingga dalam larutan akan terhidrolisis
parsial dengan reaksi sebagai berikut:

 NH4Cl  → NH4+  + Cl-


 NH4+  + H2O  →  NH4OH  + H+
 Dalam larutan sekarang akan bersifat asam
disebabkan terdapat H+ dari hidrolisis parsial
NH4Cl.
 pH larutan dapat dihitung dengan persamaan:

[H+] = { (10exp-14/10exp-5) }exp1/2 . 0,05


[H+] = 7.07.10-6 M

pH = 5,15
INDIKATOR YANG DIGUNAKAN

 karena pH pada titik ekuivalen titrasi NH4OH


dengan HCl jatuh pada kisaran pH 5,15
 maka indicator yang memenuhi trayek pH ini
adalah
 metil merah yang memiliki trayek pH 4,4 - 6,2
atau
 metil orange (MO) yang trayek pHnya 3,1 – 4,4.
3.TITRASI ASAM LEMAH VS BASA
KUAT
3.TITRASI ASAM LEMAH VS BASA KUAT

 Asam lemah yang dicontohkan disini adalah


asam asetat CH3COOH (biasanya kita singkat
menjadi HOAc) dititrasi dengan basa kuat
NaOH.
 Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai
berikut:
 HOAc  + NaOH   →  NaOAC   + H2O
KURVA TITRASI ANTARA 0,1 M HOAC 50 ML DENGAN
0,1 M NAOH 50 ML DAPAT DIGAMBARKAN SEBAGAI
BERIKUT:
PADA SAAT SEBELUM TITRASI

 dalam Erlenmeyer hanya terdapat asam asetat.


 HOAc adalah asam lemah sehingga dalam laruta
tidak terdisosiasi sempurna,
 untuk mencari konsentrasi H+ nya kita
menggunaka rumus pH asam lemah.
 0,1 M HOAc dengan volume 50 mL memiliki pH
sekitar 3.
 pH dihitung dengan rumus:
SETELAH TITRASI DIJALANKAN DENGAN
PENAMBAHAN SEDIKIT DEMI SEDIKIT NAOH:

 maa dalam larutan akan terbentuk NaOAc


sebagai hasil reaksi antara NaOH dan HOAc.
 Dalam larutan sekarang terdapat HOAc yang
belum bereaksi serta NaOAc sehingga
terbentuk sistem buffer.
 pH larutan pun sedikit demi sedikit beranjak
naik sebagai fungsi perubahan perbandingan
[OAc-]/[HOAc].
 Penambahan 10 mL NaOH 0,1 M pada analit
HOAc akan merubah pH larutan menjadi 4,3
(hitung pH dengan persamaan Henderson-
Hasselbalch).

pH = 5 + log 0,0167/0,067
pH = 4,3
PADA TITIK TENGAH TITRASI

 dimana setengah dari jumlah total mol baik


NaOH dan HOAc telah bereaksi
 maka konsentrasi OAc- = konsentrasi HOAc
( [OAC-] = [HOAc] )
 sehingga pH nya akan sama dengan pKa yaitu
5.
pH = 5 + log 0,033/0,33
pH = 5
PADA TITIK EKUIVALEN

 HOAc habis bereaksi


 dan sekarang kita mempunyai larutan NaOAc.

 NaOAc adalah garam yang dibangun dari basa


kuat dan asam lemah, sehingga dalam air
akan terhidrolisis sebagian dengan reaksi
sebagai berikut:
REAKSI

 NaOAc  ->  Na+  +  OAc-


 OAc-  + H2O    -> HOAc + OH-

 Adanya OH- sebagai akibat hidrolisis parsial


NaOAc akan menyebabkan pH larutan menjadi
bersifat basa,
 sehingga pH pada titik ekuivalen titrasi asam
lemah dan basa kuat adalah basa, dan pHnya
ditentukan oleh konsentrasi NaOAc.
PERHITUNGAN PH

[OH-] = { (10exp-14/10exp-50 }exp1/2 . 0,05


[OH-] = 7.07.10-6 M
pOH = -log 7.07.10-6 M = 5,15
pH = 14 – 5,15 = 8,85

Jadi pH larutan pada saat titik ekuivalen


adalah 8,85.
 pH ini adalah berada pada trayek pH indicator
pp o
 leh sebab itu titrasi asam asetat dengan NaOH
dipakai indicator pp.
 Jika indicator MO dipakai maka warnanya akan
berubah begitu titrasi dimulai dan secara
gradual berubah menjadi warna pada kondisi
basa pada sekitar pH diatas 6 sebelum titik akhir
titrasi di capai.
 Oleh sebab itulah maka indicator titrasi asam
lemah yang diapaki adalah
indikator yang memiliki transisi perubahan warn
a
pada kisaran pH 7 sampai 10 dan indicator pp
memenuhi kriteria ini
 Dengan penambahan NaOH maka OH- dari hasil
hidrolisis NaOAc dapat diabaikan

 sebab OH- dari NaOH yang akan mendominasi.


 Oleh sebab itu adanya penambahan NaOH maka
pHnya ditentukan oleh konsentrasi OH- dari
NaOH
 dengan demikian pHnya semakin naik ke pH
basa.
4. TITRASI ASAM POLIPROTIK

Anda mungkin juga menyukai