Anda di halaman 1dari 11

Osteoporosis

Kelompok 1

Abnita Karunia
Putri
Ahmad Azkia
Ahmad Fahriadi
Ahmad Nazarudin
Alma Aisyah Putri
Annisa
Dessy Ana
Anggraini
Efrilian HIdayat
Definisi
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa
tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya
kepadatan tulang, sehingga tulang menjadi keropos dan
rapuh. “Osto” berarti tulang, sedangkan “porosis”
berarti keropos. Tulang yang mudah patah akibat
Osteoporosis adalah tulang belakang, tulang paha, dan
tulang pergelangan tangan (Endang Purwoastuti : 2009)
.
Klasifikasi
Klasifikasi osteoporosis dibagi ke dalam dua kelompok yaitu osteoporosis primer dan
osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terdapat pada wanita postmenopause
(postmenopause osteoporosis) dan pada laki-laki lanjut usia (senile osteoporosis).
Penyebab osteoporosis belum diketahui dengan pasti. Sedangkan osteoporosis sekunder
disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan Kelainan endokrin misalnya
Chusing’s disease, hipertiriodisme, hiperparatiriodisme,hipogonadisme, kelainan hepar,
gagal ginjal kronis, kurang gerak, kebiasaan minum alcohol, pemakaian obat-obatan /
kortikosteroid, kelebihan kafein, dan merokok (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Sedangkan Djuwantoro (1996), membagi osteoporosis
menjadi lima, yaitu:

Osteoporosis Postmenopause (Tipe II)

Osteoporosis Involuntional (Tipe II)

Osteoporosis Idiopatik

Osteoporosis Juvenil

Osteoporosis Sekunder
Etiologi

Osteoporosis dapat terjadi karena


kekurangan esterogen (hormon utama
pada wanita), kekurangan kalsium,
kelainan hormonal, pemakaian alkohol
yang berlebihan, kebiasaan merokok
dan faktor genetik.
Patofisiologi

Genetik, nutrisi, gaya hidup (misal merokok, konsumsi kafein, dan alkohol), dan aktivitas
mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan masa tulang mulai terjadi setelah tercaipainya
puncak massa tulang. Pada pria massa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan
hormonal mendadak. Sedangkan pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat menopouse dan
pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorpsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-
tahun pasca menopouse.

Diet kalsium dan vitamin D yang sesuai harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang
selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulangdan fungsi tubuh. Asupan kasium
dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang
dan pertumbuhan osteoporosis.
Manifestasi Klinis

Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, sehingga pada awalnya osteoporosis tidak
menimbulkan gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang sangat
berkurang yang menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul
nyeri tulang dan kelainan bentuk. Tulang-tulang yang terutama terpengaruh pada
osteoporosis adalah radius distal, korpus vertebra terutama mengenai T8-L4, dan
kollum femoris.
PENATALAK 2 . TERAPI HORMO N
PADA WANITA
SANAAN 1. TERAPI ME DIS
Hormone Replacement
• Obat pereda sakit Theraphy (HRT)

Kalsitonin

Testosterone

3. TERAPI
NON- 4 . TERAPI ALAMIAH
HORMONAL
Bisfosfonat
Etidronat
Alendronat
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Adanya Nyeri akut

Skenario Kasus • Klien mengatakan nyeri pada


punggungnya
pergerakan
fragmen
• Nyeri berkurang saat klien beristirahat tulang dan

Identitas Klien di tempat tidur spasme otot

Nama : Tn. I Do :
Umur : 75 tahun • Klien tampak meringis menahan nyeri
Agama : islam • Klien tampak gelisah
Pendidikan : SD 2. Ds : Disfungsi Hambatan
Pekerjaan : Wirausaha • Klien mengatakan tidak bisa bergerak sekunder akibat mobilitas
Status Pernikahan : Nikah dan beraktivitas perubahan fisik
Alamat : Jl. Seberang Padang • Klien mengatakan tidak bisa beranjak skeletal (kifosis)
Tanggal Masuk RS : 23-09-2017 dari tempat tidur
Diagnosa Medis : Osteoporosis Do :
• Klien tampak lemah
• Klien tampak terbaring di tempat tidur
3. Faktor Resiko : Resiko
 Biologis (penurunan kepadatan tulang) cidera
 Skala otot
Intervensi
No
2. Hambatan
mobilitas fisik b.d
 join movement : active
 mobility Level 
Execise therapy : ambulation
monitoring vital sign
Dx. NOC NIC
Keperawatan kerusakan  transfer perfomance sebelum/sesudah latihan dan lihat
1. Nyeri akut b.d  Pain level Pain mangement integritas struktur kriteria Hasil : respon pasien saat latihan
perubahan patologis  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri tulang, kekakuan  klien meningkat dalam  konsultasikan dengan terapi fisik
oleh atritis rematik  Comfort level secara komprehensif sendi aktivitas fisik tentang rencana ambulasi sesuai
Kriteria hasil : termasuk lokasi,  mengerti tujuan dari dengan kebutuhan
 Mampu mengontrol karakteristik, durasi, peningkatan mobilitas  bantu klien untuk menggunakan
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dan  memverbalisasikan tongkat saat berjalan dan cegah
nyeri, mampu faktor presipitasi perasaan dalam terhadap cedera
menggunakan tehnik  Observasi reaksi nonverbal meningkatkan kekuatan  ajarkan pasien atau tenaga
nonfarmakologi untuk dari ketidaknyamanan dan kemampuan kesehatan lain tentang teknik
mengurangi nyeri,  Gunakan teknik berpindah ambulasi
mencari bantuan) komunikasi terapeutik  kaji kemampuan pasien dalam
 Melaporkan bahwa untuk mengetahui mobilisasi
nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien
3. Resiko cidera NOC :  Sediakan lingkungan yang aman
dengan menggunakan
- Risk Kontrol untuk pasien
manajemen nyeri
Kriteri Hasil :  Identifikasi kebutuhan keamanan
 Mampu mengenali - Klien terbatas dari cidera pasien, sesuan dengan kondisi fisik
nyeri (skala,
- Mampu mengenali  Menghindari lingkungan yang
intensitas, frekuensi
perubahan status berbahaya
dan tanda nyeri)
kesehatan  Kolaborasi dengan terapi
kemplementer.
Analisis Jurnal The Effect of Sipatah-Patah (Cissus quadrangularis Salisb)
Extract on Mandible Density of Ovariectomized Rats (Rattus norvegicus)

P: 12 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina umur 5 bulan


I: Pemberian ekstrak sipatah-patah (Cissus quadrangula Salisb)
C: Tidak mendapat ekstrak sipatah-patah
O: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol
sipatah-patah dosis 900 mg/Kg BB menunjukkan peningkatan
densitas trabekula, jumlah osteoblas aktif yang lebih tinggi, serta
jumlah osteoklas yang sangat rendah dibandingkan dengan
kelompok lain. Dengan demikian ekstrak etanol daun sipatah-
patah ini sangat potensial sebagai salah satu tanaman herbal untuk
mengatasi gangguan osteoporosis.

Anda mungkin juga menyukai