Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

DEMENSIA
DISUSUN OLEH :
Zulfi Indriani
11120192145

PEMBIMBING:
dr. M. Erwin Rachman, M. Kes, Sp.S
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
• Demensia yang oleh orang awam dikenal dengan kepikunan
merupakan istilah deskriptif umum bagi kemunduran intelektual
hingga ke titik yang fungsi social dan pekerjaan
• Kesulitan dalam mengingat banyak hal, terutama berbagai
peristiwa baru-baru ini, merupakan gejala utama demensia.
• Prevalensi demensia meningkat seiring bertambahnya usia. Sebuah
studi menemukan prevalensi sebesar 1% pada orang-orang yang
berumur 65 hingga 74,4% pada mereka yang berusia 75 hingga 84
tahun, dan 10% pada mereka yang berusia lebih dari 84 tahun.

Davidson G.C., Neale J.M., Kring A.M. (2015) Psikologi Abnormal Edisi 9. Raja Grafindo Persada : Jakarta
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang


timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan
progresif disertai dengan gangguan fungsi luhur multipel
seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan
mengambil keputusan.
EPIDEMIOLOGI
Konsensus Delphi mempublikasikan bahwa terdapat
peningkatan prevelansi demensia sebanyak 10%
dibandingkan dengan publikasi sebelumnya.1
Diperkirakan terdapat 35,6 juta orang dengan demensia
pada tahun 2010 dengan peningkatan dua kali lipat setiap
20 tahun, menjadi 65,7 juta di tahun 2030 dan 115,4 juta
di tahun 2050. Di Asia Tenggara jumlah orang dengan
demensia diperkirakan meningkat dari 2,48 juta di tahun
2010 menjadi 5,3 juta pada tahun 2030.
Ferri CP, Prince M, Brayne C, Brodaty H, Fratiglioni L, Ganguli M, et al. Global prevalence of dementia: a Delphi consensus study. Lancet.
2015;366(9503):2112-7.
ETIOLOGI

Irreversibel Reversibel

Primer degenerative (peny. Alzheimer, pick, Obat-obatan ( anti-kolinergik, anti-konvulsan,


Huntington, Parkinson, progressive anti-hipertensi, psikotropik)
suprenuclear palsy)
Gang. Intrakranial ( insufisiensi
Infeksi (peny. Creutzfeldt-jakob, sub-acute cerebrovascular, meningitis atau encephalitis
sclerosing panencephaitis, progressive chronic, neurosyphilis, epilepsy, tumor, abscess,
multifocal leukoencephalophaty) hematoma subdural, multiple sclerosis)
Intoksikasi eksogen ( alcohol, carbon
Metabolik (metachromatic leukodyntrophy, monoxide, mercury, nitrobenzene, bromide,
peny. Kuf, gangliosidoses) hydrocarbons)
KLASIFIKASI
• Demensia dari segi anatomi dibedakan antara demensia
kortikal dan demensia subkortikal
Demensia
Demensia Kortikal
subkortikal
Anatomi Korteks serebral Struktur subkortikal,
korteks dorsolateral
prefontal
Contoh Penyakit alzheimer Parkinson, peny.
Huntington,
ensefalopati HIV
Demensia kortikal Demensia subkortikal
Penampilan Siaga, sehat Abnormal, lemah
Aktivitas Normal Lamban
Sikap Lurus, tegak Bongkok, distonik
Cara berjalan Normal Ataksia, festinasi
Gerakan Normal Tremor, khorea,
diskinesia
Output verbal Normal Disatria, hipofonik,
volume suara lemah
Berbahasa Abnormal, parafasia, Normal
anomia
Kognisi Abnormal (tidak mampu Tak terpelihara
memanipulasi (dilapidated)
pengetahuan)
Memori Abnormal (gangguan Pelupa (gangguan
belajar) retrieval)
Kemampuan visuospasial Abnormal (gangguan Tidak cekatan (gangguan
konstriksi) gerakan)
Keadaan emosi Abnormal (tak Abnormal (krang
GAMBARAN KLINIS
• gangguan memori terutama kemampuan belajar
Gangguan materi baru
• biasanya mengalami disorientasi
Kognisi • Kemampuan membuat keputusan dan pengertian
diri tentang penyakit juga sering ditemukan.

Ganggua • keluhan neuropsikiatri meliputi agitasi, tindakan


n agresif dan non-agresif seperti wandering,
disihibisi, sundowning syndrome.
Non- • Keluhan tersering (depresi, gangguan tidur dan
gejala psikosa seperti delusi dan halusinasi)
kognisi • Gang. motorik (kesulitan berjalan, bicara cadel
dan gang. gerak lainnya dapat ditemukan
disamping keluhan kejang mioklonus.
SUBTIPE DEMENSIA
• Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer (PA) masih merupakan penyakit neurodegeneratif yang tersering
ditemukan (60-80%). Karateristik klinik berupa penurunan progresif memori episodik
dan fungsi kortikal lain. Gangguan motorik tidak ditemukan kecuali pada tahap akhir
penyakit. Gangguan perilaku dan ketergantungan dalam aktivitas hidup keseharian
menyusul gangguan memori episodik mendukung diagnosis penyakit ini. Penyakit ini
mengenai terutama lansia (>65 tahun) walaupun dapat ditemukan pada usia yang lebih
muda.
Penderita pada awalnya hanya mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan dalam
mengingat materi yang baru dipelajari, dan dapat terlihat seolah pikirannya kosong dan
mudah tersinggung, kekurangan yang mungkin diabaikan selama beberapa tahun,
namun pada akhirnya mengganggu kehidupan sehari-hari.
• Demensia Vaskuler
Demensia vaskuler adalah penyakit heterogen dengan patologi
vaskuler yang luas termasuk infark tunggal, demensia multi-infark, lesi
kortikal iskemik, stroke perdarahan, gangguan hipoperfusi gangguan
hipoksik dan demensia tipe campuran ( penyakit Alzheimer dan
stroke/lesi vaskuler). Faktor risiko mayor kardiovaskuler berhubungan
dengan kejadian aterosklerosis. Demensia tipe ini merupakan tipe
paling umum kesdua setelah penyakit Alzheimer.
Tipe ini didiagnosis bila seorang pasien yang menderita demensia
menunjukkan gejala-gejala neurologis seperti kelemahan pada satu
lengan atau refleks-releks abnormal.
• Demensia Lewy Body dan Demensia Penyakit
Parkinson
Demensia Lewy Body (DLB) adalah jenis demensia yang sering
ditemukan. Sekitar 15-25% dari kasus otopsi demensia menemui
kriteria demensia ini. Gejala inti demensia ini berupa demensia dengan
fluktuasi kognisi, halusinasi visual yang nyata (vivid) dan terjadi pada
awal perjalanan penyakit orang dengan Parkinsonism. Gejala yang
mendukung diagnosis berupa kejadian jatuh berulang dan sinkope,
sensitif terhadap neuroleptik, delusi dan atau halusinasi modalitas lain
yang sistematik. DLB adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya
endapan protein di dalam sel saraf pada otak. Akibatnya fungsi otak
untuk menghantarkan sinyal kimia ke seluruh tubuh pun terhambat.
Demensia Penyakit Parkinson (DPP) adalah bentuk demensia yang
juga sering ditemukan. Prevalensi DPP 23-32%, enam kali lipat
dibanding populasi umum (3-4%). Secara klinis, sulit membedakan
antara DLB dan DPP. Pada DLB, awitan demensia dan Parkinsonism
harus terjadi dalam satu tahun sedangkan pada DPP gangguan fungsi
• Demensia Frontotemporal
Terjadi pada usia muda (early onset dementia/EOD) sebelum umur
65 tahun dengan rerata usia adalah 52,8 - 56 tahun. Ditandai dengan
rusaknya sel-sel saraf di lobus frontal temporal otak, yang bertugas
untuk mengatur kepribadian, perilaku dan kemampuan berbicara
(bahasa). Selain ketidakmampuan kognitif yang umum terjadi pada
demensia, demensia frontotemporal ditandai oleh perubahan perilaku
dan kepribadian yang ekstrim. Kadang pasien menjadi sangat apetik
dan tidak responsive terhadap lingkungan mereka, pada waktu lain
mereka menunjukkan pola yang berlawanan seperti euphoria, aktivitas
yang berlebihan dan impulsivitas.
TAHAPAN DEMENSIA
Berlangsung 2-4 tahun (gejala amnestik) dengan gejala gang.
Memori, berhitung dan aktivitas spontan menurun. Fungsi
Stadium
memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru
1
yang dialami, dan tidak mengganggu aktifitas rutin dalam
keluarga.
Berlangsung 2-10 tahun (fase demensia). Dengan gejala
disorientasi, gang. Bahasa (afasia), mudah bingung, penurunan
Stadiu fungsi memori lebih berat, gang. siklus tidur, tidak menganali
m anggota keluarganya. Tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan
sehingga mengulanginya lagi. gang. visospasial menyebabkannya
2 Berlangsung 6-12 tahun.
mudah tersesat Penderita menjadi vegetative, tdk bergerak
di lingkungan.
dengan gang. komunikasi yang parah (membisu), ketdk mampuan
Stadium mengenali keluarga dan teman-teman, gang.mobilisasi dengan
3 hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku otot, gang.siklus tidur-
bangun, tidak bisa mengendalikan buang air besar/kecil. kegiatan
sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Hal yang penting diperhatikan adalah riwayat penurunan fungsi terutama
kognitif dibandingkan dengan sebelumnya, mendadak/progresif lambat dan
adanya perubahan perilaku dan keprobadian
• Riwayat kesehatan/medis umum
Ditanyakan faktor resio demensia
• Riwayat neurologis
Untuk mencari etiologi demensia (riwayat gang. Serebrovaskuler, trauma
kapitis, epilepsy, tumor serebri dan hidrosefalus)
• Riwayat gangguan kognitif
Riwayat gang. Memori sesaat, jangka pendek dan jangka panjang, gangguan orientasi
ruang, waktu dan tempat, gangguan berbahasa dan komunikasi, gangguan fungsi
eksekutif. Ditanyakan mengenai aktivitas harian, diantaranya saat melakukan
pekerjaan, mengatur keuangan, mempersiapkan keperluan harian, melaksanakan hobi,
dan mengikuti aktivitas social.
• Riwayat gangguan perilaku dan kepribadian
Perubahan perilaku sering dijumpai, dapat ditemukan gejala neuropsikologis berupa
waham, halusinasi, miss-identifikasi, depresi, apatis dan cemas. Gejala perilaku dapat
berupa bepergian tanpa tujuan, agitasi, agrisivitas fisik maupun verbal, restlessness dan
disinhibisi.
• Riwayat pengobatan
Riwayat pengobatan terutama pemakaian kronis obat antidepresan dan narkotika perlu
diketahui.
• Riwayat keluarga
Adakah keluarga yang mengalami demensia atau riwayat penyakit serebrovaskular,
gangguan psikiatri, depresi, penyakit Parkinson dan retardasi mental.
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan umum
• Pemerisaan neurologis
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk membedakan proses
degeneratif primer atau sekunder dan kondisi komorbid lainnya.
Pasien demensia Alzheimer onset awal pada umumya memiliki
pemeriksaan neurologis yang normal. Peningkatan tonus otot dan
bradikinesia dengan tidak adanya gejala tremor megarah pada
demensia lewy’s body. Refleks asimetris, deficit lapang pandang
dan lateralisasi mengindikasikan demensia vaskuler.
Pemeriksaan Neuropsikologis
Meliputi evaluasi memori, bahasa, kalkulasi, praksis, visuospasial dan
visuoperseptual. Mini Mental State Examination (MMSE) dan Clock
Drawing Test (CDT) adalah pemeriksaan penapisan yang berguna
untuk mengetahui adanya disfungsi kognisi, menilai efektivitas
pengobatan, dan untuk menentukan progresivitas penyakit.
Selain itu pula dilakukan pemeriksaan aktivitas harian dengan
pemeriksaan Activity of Daily Living (ADL) dan Instrumental Activity
of Daily Living (IADL). Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, social dan budaya.
Interpretasi MMSE didasarkan pada
skor yang diperoleh pada saat
pemeriksan :
1. Skor 27-30 : fungsi kognitif normal
2. Skor 21-26 : gangguan fungsi
kognitif ringan
3. Skor 10-20 : gangguan
fungsikognitif sedang
4. Skor <10 : gangguan fungsi
kognitif berat
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang dianjurkan berupa pemeriksaan darah lengkap termasuk
elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati, hormone tiroid, dan kadar vitamin B12.
• Pemeriksaan pencitraan otak
CT-Scan atau MRI dapat mendeteksi adanya kelainan structural. MRI dapat
menunjukkan kelainan structural hipokampus secara jelas & berguna unyuk
membedakan demensia Alzheimer dengan demensia vaskuler pada stadium
awal.
Pasitron Emission Tomography (PET) dan Single Phton Emission Tomography
(SPECT) digunakan untuk mendeteksi pemeriksaan fungsional. Untuk
mendeteksi atrofi serebri umum, perubahan pada pembulih darah kecil, atrofi
fokal pada lobus temporal medial, infark serebri, perdarahan subdural atau
tumor otak.
• Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan Eeg tidak menunjukkan adanya kelainan yang spesifik. Pada
stadium lanjut ditemukan adanya perlambatan umum dan kompleks secara
periodik.
• Pemeriksaan Genetika
Pemeriksaan genetika belum merupakan pemeriksaan rutin, Apolipoprotein
E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang memiliki 3
allel yaitu epsilon 2, epsilon 3 dan epsilon 4. setiap allel mengkode bentuk
APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara
penyandang demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadic
menjadikan genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda untuk demensia.
TATALAKSANA
• Penatalaksanaan farmakologis pada penderita demensia
reversible bertujuan untuk pengobatan kasual.
Progresifitas demensia vaskuler dapat dihentikan dengan
pengobatan terhadap faktor resiko dan pengobatan
simptomatis untuk substitusi deficit neurotransmitter.
Namun hal ini tidak dapat menyembuhkan penderita.
• Pada demensia Alzheimer pengobatan bertujuan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan
mempertahankan kualitas hidup.
• Pengobatan simptomatis
Golongan penghambat asetilkoinesterase (Donepezil 10 mg,
Rivastigmine 6-12 mg/hari, Galantamine 24 mg) bertujuan
untuk mempertahankan jumah asetilkolin yang produksinya
menurun.
• Pengobatan dengan disease modifiying agents :
- Obat golongan antiinflamasi non steroid (OAINS)
- Antioksidan
- Neutropik
Penatalaksanaan non farmakologi
Program harian penderita
- Kegiatan harian teratur dan sistematis, meliputi latihan
fisik untuk memacu aktivitas fisik dan otak yang baik
(barin-gym)
- Asupan gizi berimbang, cukup serat, mengandung
antioksidan, mudah dicerna, penyajian menarik dan
praktis.
- Mencegah/mengelola faktor resiko yang dapat
memperberat penyakit, misalnya : hipertensi,
gangguan vascular, diabetes dan merokok
- Melaksanakan hobi dan aktivitas social sesuai dengan
kemampuan
- Melaksanakan “LUPA” (Latih, Ulang, Perhatian,
Asosiasi)
-
Orientasi realitas
- Penderita diingatkan akan waktu dan tempat
- Beri tanda khusus untuk tempt tertentu, misalnya
kamar mandi
- Pemberian stimulasi melalui latihan/permainan,
misalnya permainan monopoli, kartu, mengisi teka-teki
silangsudoku, dll. Hal ini memberi manfaat yang baik
pada predemensia
- Menciptakan lingkungan yang familiar, aman dan
tenang. Hindari keadaan yang membingungkan dan
menimbulkan stress. Berikan keleluasaan bergerak.

Anda mungkin juga menyukai