Anda di halaman 1dari 15

HAZARD PSIKOLOGIS PADA

KARYAWAN PEMANDU LALU


LINTAS UDARA
Pembimbing :
dr. Reza Tandean, MHSc (OM) Sp. Ok
Abstrak
Air Traffic Controller (ATC) adalah profesi yang
bertugas sebagai pemandu lalu lintas udara yang
memiliki tingkat stres tinggi dalam bekerja. ATC
bekerja mengedepankan otak sehingga beban
mental dapat terjadi. Banyak penelitian yang
dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang
mempengaruhi stress dan cara pencegahannya
agar tidak berdampak pada produktivvitas kerja
para ATC
Pemandu lalu lintas udara
Pemandu lalu lintas udara atau
air traffic controller (ATC)
adalah seseorang yang mengatur,
memantau, dan
menginformasikan segala bentuk
yang berhubungan dengan
kelancaran penerbangan
Epidemiologi

Faktor yang berkontribusi dalam timbulnya kecelakaan


pesawat

50% 20% 20% 10%


Kesalahan manusia

Kesalahan pilot Kegagalan teknik Cuaca Kelelahan kerja


pada ATC di
Indonesia 92%
Etiologi
Prosedur Lingkungan
Tuntutan
operasional pekerjaan
• Jumlah pesawat • Ketakutan dalam • Hubungan dengan
yang diamati membuat suatu supervisor dan
• Puncak kesalahan kolega
kepadatan • Adanya shift • Kurangnya
penerbangan kerja kontrol selama
• Kejadian tidak • Alat yang kurang proses kerja
diduga memadai • Gaji
• Opini publik
• Hubungan dengan pimpinan
Resiko Rendah
• Lama kerja Resiko Sedang
• Jumlah pesawat yang diamati
• Ritme kerja pola 3 hari kerja 1 hari istirahat
Resiko Tinggi
• Peralatan dan Fasilitas Kerja Resiko Extreme
• Bekerja saat cuaca buruk
Faktor Resiko
Hazard Psikologis

STRESS KEJENUHAN

BURN OUT
Critical Critical
Accident Accident
Stress

Setiap situasi tugas yang menyebabkan Semua reaksi khas yang mungkin dialami
karyawan mengalami reaksi emosional yang karyawan ketika terlibat dalam suatu
luar biasa kuat yang dapat mengganggu peristiwa traumatis
kemampuan mereka untuk berfungsi, baik
di tempat kejadian atau di kemudian hari.
Critical Accident
Menghambat
Critical Reaksi performa kerja
emosional yang dan menimbulkan
accident kuat trauma jangka
panjang

• Terjadinya kecelakaan
yang menimbulkan
korban jiwa/luka
• Kecelakaan yang nyaris
terjadi
• Kehilangan kontrol
Reaksi yang dapat terjadi

Cepat lelah Kejadian


dan flashback yang Mimpi buruk
mengantuk mengganggu

Emosi, rasa Kehilangan


tidak sabar, Preokupasi kepercayaan
dan irritable diri
Tatalaksana
• Diri sendiri harus menerima bahwa dirinya butuh istirahat dan
butuh waktu untuk kembali normal
• Berpartisipasi dalam critical accident stress debriefing (CASD)
yang diadakan oleh konselor
• Psikoterapi
• Personal diary
• Dukungan dari atasan dan kolega
Pencegahan
• Mengurangi waktu kerja, mengatur tim kerja, dan menambah
waktu cuti
• Menyusun shift kerja sesuai psiko-fisiologis dan kriteria sosial
• Melibatkan karyawan dalam penentuan keputusan
• Memperbaiki lingkungan pekerjaan (alat/fasilitas,
pencahayaan, kebisingan)
• Seleksi dan pelatihan
• Adanya konseling dan tindakan pendukung lainnya dari
perusahaan
Insert Image Perhatian akan aspek kesehatan
kerja karyawan Air Traffic Controller

Kesimpulan ATC
(ATC) harus menjadi perhatian
penting, agar produktivitas tetap
optimal untuk dapat memandu lalu
lintas udara

Insert Image
Gangguan psikologis yang sering terjadi
pada karyawan ATC adalah stress, Arsen
kejenuhan, dan burn out

Insert Image Stress dapat timbul karena tuntutan

Arsen pekerjaan, prosedur overasional,


maupun lingkungan pekerjaan
Insert Image
Karyawan ATC sangat
beresiko terhadap Critical Arsen
Accident Stress

Insert Image

Dibutuhkan peran atasan, kolega,


dan dari diri sendiri apabila terjadi
Arsen
critical accident stress
Referensi
1. Saleh LM, Russeng SS, Ishak H. Tingkat Resiko Psikologis
Karyawan ATC di Salah Satu Cabang Air NAV Indonesia. Jurnal
MKMI 2018;14(4):345-50.
2. Cekanova D, Mizenkova Z, Fabry L, Rozenberg R.
Psychological Aspects Operating on the Air Traffic Controller
in Reintegration into Action After the Accident. Magazine of
Aviation Development 2016;4(20):21-25.
3. Tomic I, Liu J. Strategies to Overcome Fatigue in Air Traffic
Control Based on Stress Management. The International
Journal of Engineering and Science 2017;6(4):48-57.

Anda mungkin juga menyukai