Saraf Otak
Octaviani
N.I (N. olfaktorius)
Fgs: sensorik khusus menghidu
Persepsi, identifikasi zat yg dites
Lubang hidung sumbatan & kelainan (-)
Gunakan zat yg dikenal sehari-hari (kopi, teh,
tembakau)
Jangan gunakan zat yg merangsang mukosa
(mentol, amoniak, alkohol, cuka)
Cara : dengan mata tertutup, tutup salah satu lubang
hidung dan suruh pasien menciumnya. Identifikasi ?
Periksa lubang hidung yg lain tanpa diberi stimulus
Seljtnya periksa lagi dengan menggunakan stimulus.
Bandingkan hasil keduanya
Penilaian
Penilaian :
Pe visus kelainan okular lokal ?
Pinhole test kelainan refraksi / kelainan jalur
visual.
Bila visus membaik kel.okular / optikal
Lapangan pandang
• Tes Lap.pdg kasar :
Mata Ps <-> mata Pm
Letakkan tangan pada kedua sisi ± 30 cm kuadran
atas temporal
Suruh ps memberitahu jari mana yang gerak : kiri,
kanan, keduanya
Ulangi sda dengan posisi ke-2 tangan 30 cm di bwh
mata
Jik salah satu sisi diabaikan ketika kedua jari
digerakkan bersamaan, tetapi dpt terlihat bila
digerakkan sendiri visual inattention
Utk ps semistupor, afasi, anak-anak, malingerers :
- duduk berhadapan ½
mtr
- tutup mata
- Fiksasi mata Ps
- Pin putih (perifer)
- Pin merah (sentral)
- Tes dlm 4 arah
- Gerakan objek I kali
beritahu
Perimeter, Kampimeter, Tangent screen
Konvergensi
Lihat jauh lihat ke jari Pm ± 50 cm gerakkan jari ke arah
mata Ps perlahan. KONVERGENSI OTOT-OTOT BM
Refleks
• Jaw / masseter / mandibular Rf
• Refleks kornea
N. VII (N. fasialis)
FUNGSI :
• somatomotorik : otot-otot wajah, otot platisma, stilohioid,
digastrikus posterior, stapedius telinga tengah
• viseromotorik (parasimpatis) : glandula dan mukosa faring,
palatum, rongga hidung, sinus paranasal, glandula
submaksilar, sublingual dan lakrimalis.
• Viserosensorik : pengecapan 2/3 anterior lidah
• Somatosensorik : eksteroseptif overlapping dengan daerah
yang juga dipersarafi oleh N.V, IX, X, C2-3. Sulit untuk
diperiksa secara spesifik.
• Muka simetris atau tidak.
• Kerutan pada dahi, plika nasolabialis, sudut mulut, fissura palpebra.
• Gerakan spontan sewaktu tersenyum, mengedipkan mata
• Mengangkat alis dan mengerutkan dahi kerutannya simetris atau
tidak. Pada sisi yang lumpuh kerutan berkurang atau menghilang.
• Memejamkan mata, kemudian pemeriksa mengangkat kelopak mata
pasien sementara pasien masih tetap memejamkan matanya. Jika terjadi
kelumpuhan maka pasien tidak dapat mempertahankan pejamannya
pada sisi yang lumpuh
• Menyeringai, mencucurkan bibir, menggembungkan pipi. Pada sisi
yang lumpuh sudut mulut tertinggal. Pada pasien yang tidak sadar,
dapat diberikan rangsang nyeri dengan menekan sudut rahangnya, lihat
apakah simetris atau tidak
Viseromotorik schimer’s test (lacrimal reflex)
salivary reflex
Sensorik pengecapan
• Gunakan 4 macam rasa dalam larutan : gula, garam, acetic acid, quinine.
• Pasien disuruh untuk menjulurkan lidahnya keluar, dan taruh pada lidahnya
ke-4 macam rasa tadi secara bergantian. Pastikan bahwa substansi itu
ditaruh hanya di 2/3 anterior lidah. Gunakan cotton aplicator untuk menaruh
substansi tadi.
• Apabila cairan ditaruh, penderita tidak boleh menarik lidahnya ke dalam
mulut. Pasien disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakannya dengan
isarat atau dengan menulis di atas kertas.
• Mulut harus dibersihkan dengan air antara tes rasa yang satu dengan
lainnya. Rasa pahit sebaiknya dites terakhir karena meninggalkan rasa yang
lebih lama.
Refleks
Chvostek sign : Lakukan ketokan ringan di bagian depan
telinga. Bila positif, terjadi kontraksi otot yang dipersarafinya
dapat normal, atau tetani
Fungsi :
N. Kokhlearis pendengaran
N. vestibularis keseimbangan, koordinasi dan orientasi.
Pendengaran :
• Tes secara kasar dahulu dengan menyuruh pasien mendengarkan bisikan
pada jarak tertentu atau gosokan ibu jari dan telunjuk. Bila terdapat
perbedaan gunakan tes Rinne, Weber, Schwabach, audiogram
• Gunakan garputala berfrekuensi 128, 256, 512 Hz
• Tes Rinne : membandingkan konduksi tulang dan udara
+ bila konduksi udara lebih baik daripada tulang
- bila konduksi tulang lebih baik dari pada udara
• Tes Weber : lateralisasi suara ke arah telinga yang lebih keras
Keseimbangan, koordinasi dan orientasi :
• Vertigo
• Fukuda’s stepping test pasien disuruh berjalan di tempat dengan mata
tertutup selama 1 menit (50x) . Normalnya rotasi badan < 30, dan
pergerakan maju atau mundur < 1 m.
• Dengan mata terbuka dan penderita berdiri dengan merapatkan kedua
kakinya, perhatikan jatuh ke sisi mana.
Dengan mata tertutup (Romberg test), tangan dilipat pada dada atau
direntangkan ke depan. Jika terdapat kelainan akan jatuh ke sisi lesi.
• Berjalan Tandem penderita berjalan dengan tumit kaki yang satu di
depan jari-jari kaki yang lainnya. Perhatikan apakah ada deviasi.
Past pointing (kinetic deviation) : penderita disuruh merentangkan
lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk pemeriksa. Kemudian ia
disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi atau menurunkan
lengannya sampai posisi vertikal, dan kemudian kembali ke posisi semula.
Pergerakan harus terjadi pada sendi bahu. Hal ini dilakukan bergantian pada
lengan kanan dan kiri. Perhatikan apakah ada deviasi. Bila tes ini dilakukan
berulang-ulang, maka akan meningkatkan deviasinya.
Nylen-Barany maneuver (Hallpike maneuver) :
pasien disuruh duduk di tempat tidur. Kemudian rebahkan secara
mendadak sampai kepalanya menggantung di pinggir tempat tidur
dengan sudut 45 di bawah bidang horisontal. Selanjutnya kepala
ditolehkan ke kiri 45 Penderita disuruh tetap membuka matanya, dan
perhatikan apakah timbul vertigo dan nistagmus. Kemudian ulangi
pemeriksaan dengan kepala menoleh ke sisi lainnya.
Bedakan vertigo dan nistagmus yang timbul baik dari berat ringannya,
onset, durasi, habituasi dan arahnya.
Tes kalori
Sebelum melakukan tes, pastikan kanal bersih dari serumen dan darah. Periksa
apakah membran timpani dalam keadaan intak. Bila terdapat perforasi gunakan
larutan antiseptik.
Pasien dalam posisi berbaring dengan kepala 30 ke depan, atau duduk dengan
kepala miring 90-120 ke depan atau 60 ke belakang, agar posisi kanal lateral
labirin berada dalam posisi vertikal.
Fiksasi mata pasien terhadap objek diam. Air yang digunakan biasanya sekitar 7-
8 di atas atau dibawah suhu tubuh normal. Air disemprotkan dengan menggunakan
tabung suntik.
Masukkan 100 cc air untuk menimbulkan respon dalam waktu 40 detik, dan dapat
diulangi bila belum timbul respon. Gunakan air hangat terlebih dahulu
Setelah istirahat 5 menit, tes telinga yang lainnya, dan bandingkan respon yang
timbul.
Pada orang normal, lama nistagmus yang timbul hampir serupa, tetapi ada juga
orang yang pada stimulasi minimal tidak timbul nistagmus. Untuk itu dapat
digunakan air es 0-5, semprotkan sebanyak 5 cc selama 20 detik, bila tidak timbul
respon, masukkan 20 cc selama 30 detik. Bila masih tidak timbul respon, dianggap
labirin tidak berfungsi.
Co Ws
Refleks :