Anda di halaman 1dari 24

Ns.WINDA NURMAYANI M,S.Kep.

MPH
Perdarahan yg trjdi stlah melahirkan anak dlm
24 jam yg jumlhnya lbh dari 500-600 cc
Perdrahn paska perslinan dini/ early HPP/
primary HPP 12 - 24 jam stlh melhrkn.
Perdrhn paska perslinan lmbt / late HPP/
secondary HPP hr-6 mgg
HPP Primary/early
Perlukaan jalan lahir :
 Ruptur uteri,
 Robekan serviks,
 Vagina dan perineum, luka episiotomi.
Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta
karena
 atonia uteri
 retensi plasenta
 inversio uteri.
Gangguan mekanisme pembekuan darah.
HPP Secondary/late
Sisa plasenta atau bekuan darah,
Infeksi
Rupture Uteri Atonia Uteri
Inversio Plasenta Retensio plasenta
MANIFESTASI
KLINIS

HPP Sekunder
HPP Primer
•Perubahan •P’drhan kdng banyak
hemodinamik: kdng sdkit
hipotensi, takikardi •P’drhan dgn bekuan
•Oligouria (urin < 300 sisa plasenta
cc/ 24 jam) •Terdapat tnd
•Perdarahan > 500 subinvolusi
cc/24 jam
•Lochea merah tua &
•Distensi kandung
kemih berbau jk tdpt infeksi
•Kenaikan suhu badan
 Trauma persalinan
 Atonia Uterus
 Jumlah darah sedikit
 Kelainan pembekuan darah
 Perdarahan yang lebih dari 500-600 cc,
 kontraksi uterus lemah,
 uterus lembek (boggy),
 Sub involusi (fundus uteri naik),
 muka pucat/ anemis
 Umur
 Paritas (Multi para atau grandemulti),
 Partus lama,
 Obstetri oprastif dan
 Narkose
 Uterus terlalu tegang dan besar,
 kelainan pada uterus (myoma uteri),
 Sosek yang kurang
 Palpasi: kontraksi uterus dan TFU.
 Inspeksi: Uri, ketuban (lengkap atau tidak),
apakah ada robekan di vagina atau adnya
varises.
 Eksplorasi cavum uteri: sisa uri dan ketuban,
robekan rahim, placenta susksenturiata.
 Pemriksaan laboratoris: DL (Hb), Faal
hemostasis
 Pemriksaan USG jk diperlukan.
Penatalaksanaan secara umum :
 Hentikan perdarahan.
 Cegah terjadinya syock.
 Ganti darah yang hilang

Penatalaksanaan khusus:
 Tahap I (perdarahan yg tdk terlalu
bnyak):
Berikan uterotonika,
urut/ massage pada rahissm,
pasang gurita.
 Tahap II (perdarahan lebih banyak):
Lakukan penggantian cairan (transfusi
atau infus), kompresi bimanual, kompresi
aorta, tamponade uterovaginal, menjepit
arteri uterina.
 Bila semua tindakan diatas tidak
menolong:
 Ligasi arteria hipogastrika, histerekstomi
1. Resiko tinggi terjadinya infeksi
berhubungan dengan gangguan
pembentukan sel darah putih.
Tujuan:
 Tidak terjadi infeksi selama dalam masa
perawatan dengan kriteria :
 Tidak ada tanda-tanda infeksi (tumor,
ruborm kalor, dolor dan fungsiolaesa).
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
(tensi, suhu, nadi dan respirasi).
 Hasil pemeriksaan lab (DL) dalam batas
normal.
Rencana:
 Jelaskan kepada klien tentang tanda-tanda
terjadinya infeksi.
 Observasi jumlah perdarahan..
 Motivasi klien untuk menjaga kebersihan diri.
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antibiotika.
 Observasi tanda-tanda infeksi dan TTV (tensi, suhu,
nadi dan pernafasan).
2. Resiko terjadinya anemia berhbsgan dgn efek dari
perdarahan.
Tujuan:
 Tdk terjadi anemia slma dlm masa perwtan
dengan kriteria:
 Hb > 10 gr %.
 Konjungtiva tdk anemis.
 Mukosa tdk pucat.
 Identifikasi pengetahuan pasien ttng
anemia dan jelskan penyebab dari
anemia.
 Anjurkan pda pasien utk tirah baring.
 Kolaborasi dlm pemberian nutrisi yang
adekuat (Diet TKTP).
 Kolaborasi dgn dokter dlm:
Pemberian koagulantia dan roburantia.
Pemberian transfusi.
Pemeriksaan DL secara berkala.
 Observasi KU pasien, konjungtiva dan
keluhan pasien.
3. Resiko terjadinya syock hipovolemik
berhubgan dgn perdarahan yg terjsdi scra
terus menerus.
Tujuan:
 Tdk terjadi syok selama dlm masa perawatan
dgn kriteria:
 Tidak terjadi penurunan kesadaran.
 TTV dlm batas normal.
 Turgor kulit baik.
 Perfusi perifer baik (akral hangat, kering dan
merah).
 Cairan dalam tubuh balance
 Anjurkan pasien untk lebih bnyak minum.
 Observasi TTV tiap 4 jam.
 Observasi trhdap tanda-tanda dehidrasi.
 Observasi intake cairan dan output.
 Kolaborasi alam:
Pemberian cairan infus atau transfusi.
Pemberian koagulantia dan uterotonika.
Pemesangan CVP.
Pemeriksaan BJ Plasma
4. Resiko terjadinya asidosis metabolik berhbngan
dng penurunan jmlh darah dlm kapiler.
Tujuan:
 Tdk terjadi asidosis metabolik slm dlm masa
perwtan dngn kriteria:
 TTV dlm batas normal.
 Observasi TTV dlm batas normal.
 Anjurkan dan motivasi pasien utk minum yg
manis.
 Kolaborasi dlm:
Pemberian cairan intravena
5. Self care defisit berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan:
Selama dalam masa perawatan kebutuhan aktivitas sehari-hari
terpenuhi.
Rencana:
 Jelaskan pada pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan
diri.

 Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi (makan dan


minum).

 Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan kebersihan diri.

 Observasi pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai