Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 5 / FEB-IE / B

Hendri (B1011181086)
Paulina Eska Murni Simorangkir
(B1011181072)
Raesy Miranti (B1011181094)
Taufik Hadi Nugroho
(B1011151079)
Yolanda Sri Delvia (B1011181061)
 
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2018
Pengertian dari Ejaan Bahasa
Kata ejaan sebenarnya berasal dari
Indonesia
bahasa Arab “eja” yang mendapat akhiran –
an. Ejaan diartikan sebagai sejumlah aturan
tentang cara penulisan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca
sebagai sarananya. Ejaan berbeda dengan
mengeja. Mengeja merupakan kegiatan
melafalkan huruf, suku kata, atau kata.
Sedangkan ejaan merupakan kaidah yang
harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk,
terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan
dan kejelasan makna.

Berikut ini adalah pengertian Ejaan menurut para ahli:

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


Pengertian ejaan menurut KBBI adalah kaidah atau cara yang
mengambarkan bunyi kata dan bunyi kalimat dalam bentuk tulisan
serta mengatur penggunaan tanda baca.
 
2. Menurut Keraf
Pengertian ejaan menurut Keraf adalah seluruh aturan tentang bunyi,
ujaran, dan hubungan antara lambang-lambang tersebut (pemisahan
atau penggabungannya) dalam suatu bahasa.

3. Menurut Arifin
Pengertian ejaan menurut Arifin adalah aturan-aturan tentang
bagaimana melambangkan bunyi uraian dan bagaimana hubungan
antara lambang-lambang yang dimaksud.
Ada beberapa macam Ejaan menurut
pengertiannya, sebagai berikut.
Ejaan Etimologis:
Ejaan kata yang menekankan segi historisnya dengan
mempertahankan unsur yang tidak direalisasikan secara
fonetis;

Ejaan Fonemis:
Ejaan yang menggambarkan tiap fonem dalam bahasa
dengan satu lambang secara konsisten, misalnya ejaan
Suomi dan ejaan Turki;

Ejaan Fonetis:
Ejaan yang menggambarkan tiap varian fonem atau bunyi
dengan satu lambang, misalnya ejaan Melayu sistem
Wilkinson;
Ejaan Melindo:
Sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman Bersama Ejaan Bahasa
Melayu-Indonesia (Melindo) tahun l959 sebagai hasil usaha penyatuan sistem
ejaan dengan huruf Latin di Indonesia dan di Persekutuan Tanah Mela

Ejaan Pembaharuan:
Sistem ejaan yang dirancang oleh sebuah panitia yang diketuai oleh Prijono
dan E. Katoppo pada tahun 1957 sebagai hasil keputusan Kongres Bahasa
Indonesia II di Medan, sistem ejaan ini tidak pernah dilaksanakan

Ejaan Republik:
Ejaan Suwandi;

Ejaan Suwandi:
Sistem ejaan Latin untuk bahasa Indonesia sesudah Proklamasi Kemerdekaan
yang dimuat dalam Surat Keputusan Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan
Kebudayaan, Mr. Soewandi No. 264/Bhg. A tanggal 19 Maret 1947
Ejaan van Ophuysen:
Sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di
Indonesia yang dimuat dalam Kitab Logat Melajoe
tahun 1901 oleh Ch. A . van Ophuysen, yang
merupakan ejaan Latin resmi pertama di Indonesia.

Ejaan Wilkinson:
Ejaan Latin resmi yang pertama untuk bahasa
Melayu di Semenanjung Malaya yang disusun oleh
R.J. Wilkinson (1904);

Ejaan yang Disempurnakan:


Sistem ejaan bahasa Indonesia yang sebagian
besar sama dengan sistem ejaan Malaysia, yang
termuat dalam Surat Keputusan Presiden No. 57
tanggal 16 Agustus 1972 dan yang sekarang
menjadi ejaan resmi bahasa Indonesia
Penggunaan EYD yang Benar pada
Penulisan Huruf dan Kata

A. Penggunaan Huruf Kapital

* Jabatan tidak diikuti nama orang


Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf capital
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi,
atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo
BambangYudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor
Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen
PendidikanNasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak
memakai huruf kapital. Contoh, Menurut Bupati, anggaran
untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
* Huruf pertama nama bangsa
Huruf kapital digunakan sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku
Sunda.Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar
kata turun. Contoh :ke-Sunda-Sundaann dan ke-
Inggris-Inggrisan.Seharusnya : kesunda-
sundaan, dan keinggris- inggrisan.

* Nama Geografi sebagai nama jenis


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk,
kacang bogor, dan salak bali.
* Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh,
Perserikatan Bangsa-Bangsa,  Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia, dan Garis-
Garis Besar Haluan Negara.

* Penulisan kata depan dan kata sambung


Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua kata di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal. Contoh, Harimau Tua dan Ayam
Centil dan Hari-Hari Penantian dalam Gua Neraka.
Perbandingan Ejaan yang Lama dan
yang Baru
Perkembangan bahasa Indonesia sejak dulu hingga saat
ini tidak pernah terlepas dari perkembangan ejaannya. Ejaan
digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut
model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu
menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan
tuturan Belanda disebut Van Ophuijsen antara lain:

* huruf 'j' untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.


* huruf 'oe' untuk menuliskan kata-
kata goeroe, itoe, oemoer.
* tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema,
untuk menuliskan kata-
kata ma'moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï.
Ejaan Republik (edjaan republik) adalah ketentuan
ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 
17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan
nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan
sebelumnya.
 
Perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan sebelumnya
adalah :
* huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru.
* bunyi hamzah dan bunyi sentak yang
sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan
'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
* kata ulang boleh ditulis dengan angka 2,
seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
* awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak
dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.
Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972
lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (
EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh.

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan


sebelumnya adalah:

'tj' menjadi 'c‘ : tjutji → cuci


'dj' menjadi 'j'  : djarak → jarak
'j' menjadi 'y‘ : sajang → sayang
'nj' menjadi 'ny‘ : njamuk → nyamuk
'sj' menjadi 'sy‘ : sjarat → syarat
'ch' menjadi 'kh‘ : achir → akhir
'oe' menjadi 'u‘ : oeang → uang
Fungsi Ejaan dalam Bahasa
Indonesia
Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang
menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan
peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting.
Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan
peristilahan, serta
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa
lain ke dalam bahasa Indonesia.

Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas,


ejaan sebenarnya juga mempunyai fungsi yang lain. Secara
praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman
pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan
secara tertulis.
Kesimpula
n adalah seperangkat aturan tentang
Ejaan
cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca
sebagai sarananya.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan)
merupakan tata bahasa dalam Bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa
Indonesia dalam tulisan, mulai dari
pemakaian dan penulisan huruf kapital dan
huruf miring, serta penulisan unsur serapan. 
TERIMA KASIH
(SESI PERTANYAAN)

Anda mungkin juga menyukai