Anda di halaman 1dari 104

Mata merah dengan visus normal

LO1.
Episkleritis

Skleritis

Perdarahan
Merah tidak subkonjungtiva
merata
Pterygium

Konjungtivitis
Visus normal flikten
Mata Merah
Pinguekulitis
Visus menurun

Merah merata Konjungtivitis


EPISKLERITIS
• Defnisi
– Reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva
dan permukaan sklera
• Epidemiologi
– Mengenai satu mata
– Umumnya perempuan
– Usia pertengahan
– Punya riwayat rematik
• Etiologi
– Reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik (tbc, RA, SLE, lues)
– Merupakan reaksi toksik atau alergik
• Gejala
– Mata terasa kering
– Rasa sakit ringan
– Ada rasa mengganjal
– Konjungtiva kemotik
• Tanda
– Benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu
di bawah konjungtiva
– Ada nyeri tekan dan akan menjalar ke sekitar mata
– Konjungtiva akan lebih mudah terangkat
– Biasanya terdapat riwayat berulang
• Pemeriksaan penunjang
– Pembuluh darah akan mengecil bila diberi fenilefrin 2.5%
topikal
• Pengobatan
– Vasokonstriktor
– Kortikosteroid tetes mata, sistemik, atau salisilat (keadaan
berat)
• Prognosis
– Dapat sembuh sempurna
– Dapat bersifat residif
– Bila terjadi peradangan dalam akan menjadi skleritis
SKLERITIS
• Definisi
– Peradangan pada daerah sklera
• Epidemiologi
– Sering bilateral
– Wanita > pria
– Usia 50-60th
• Etiologi
– Penyakit jaringan ikat
– Pasca herpes
– Sifilis, gout
– Terkadang oleh tbc, pseudomonas, benda asing, pasca bedah
• Klasifikasi
– Skleritis anterior
• Difus
• Nodular
– Skleritis posterior
• Gejala
– Perasaan sakit yang berat, menyebar ke dahi, alis ,
dagu dan sering membangunkan tidur
– Mata merah, berair, fotofobia, visus turun
• Tanda
– Konjungtiva kemotik
– Terlihat benjolan berwarna sedikit lebih biru
jingga, dan kalau terkena seluruh lingkaran kornea
disebut sebagai skleritis anular
• Penunjang
– Tidak ada efek pemberian fenilefrin
• Pengobatan
– Antiinflamasi steroid atau nonsteroid
• Komplikasi
– Keratitis perifer
– Glaukoma
– Granuloma subretina
– Uveitis
– Ablasi retina eksudatif
– Proptosis
– Katarak dan hipermetropia
– Keratitis sklerotikan pada kornea
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
• Etiologi
– Pecahnya pembuluh darah kecil konjungtiva  yang disebabkan
akibat radang konjungtiva berat, batuk keras pada anak – anak atau
tusis quinta, kelainan pembuluh darah atau darah, dan kekurangan
vit.C
• Warna merah pada konjungtiva pasien memberikan rasa was
– was pada pasien  segera minta pertolongan dokter.
Warna merah akan berubah  hitam setelah beberapa lama,
seperti hematoma umumnya
• Terapi
– Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan
spontan dalam waktu 1-3 minggu
PTERIGIUM
• Suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang
bersifat degeneratif dan invasif
• Etiologi (diduga)
– Iritasi kronis  debu, cahaya sinar matahari, udara panas
– Neoplasma, radang dan degenerasi
• Gejala
– Dapat tidak ada keluhan
– Mata iritatif, merah
– Mungkin menimbulkan astigmatisme  gangguan
penglihatan
• DDx
– Pseudopterigium
– Pannus
– Kista dermoid
• Pengobatan
– Pembedahan apabila terjadi gangguan
penglihatan
– Bila meradang dapat diberikan steroid atau tetes
mata dekongestan
KONJUNGTIVITIS FLIKTEN
Keterangan
Definisi Suatu peradangan konjungtiva yang diakibatkan oleh reaksi
alergi
Epidemiologi Sering ditemukan pada anak yang kekurangan gizi atau dewasa
muda, pasien  diperbaiki gizinya
Etiologi Kelainan ini merupakan manifestasi alergik (hipersensitivitas
tipe IV) endogen tuberkulosis, bakteri staphylococcus,
coccidioidomycosis, candida dan helmintes
Tanda Terjadi benjolan sebesar jarum pentul yang terutama terletak di
daerah limbus
Gejala Mata merah setempat dengan keluhan pedas dan kadang sakit
dan lakrimasi. Bila kornea ikut terkena selain rasa sakit, pasien
juga akan merasa silau disertai blefarospasme. Terlihat juga
kumpulan pembuluh darah yang mengelilingi suatu tonjolan
bulat dengan warna kuning kelabu seperti suatu mikroabses
yang biasanya terletak di dekat limbus. Biasanya abses menjalar
ke arah sentral/kornea dan terdapat tidak hanya satu
KONJUNGTIVITIS FLIKTEN
Keterangan
Histopatologik Terlihat kumpulan sel leukosit neutrofil dikelilingi sel limfosit,
makrofag, dan kadang sel datia berinti banyak. Unilateral tapi
kadang – kadang mengenai kedua mata .
Terapi Kortikosteroid lokal dan mengatasi sumber infeksi
Miadriatika diberikan bila mengenai jaringan kornea/telah
terjadi keratitis flikten
Penyulit Menyebarnya flikten ke dalam kornea/terjadinya infeksi
sekunder  timbul abses
Prognosis Bila tidak ada penyulit  biasanya sembuh spontan dalam 2
minggu
PINGUEKULA IRITANS
Keterangan
Definsi Benjolan pada konjungtiva bulbi, degenerasi hialin jaringan
submukosa konjungtiva
Epidemiologi Pada orang tua
Etiologi Rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas
Letak Bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal
Patofisiologi Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula akan tetapi
bila meradang/terjadi iritasi, maka sekitar bercak degenerasi ini
akan terlihat pembuluh darah yang melebar
Terapi Tidak perlu pengobatan, akan tetapi bila terlihat adanya tanda
peradangan, maka dapat diberikan obat antiradang
KONJUNGTIVITIS
Keterangan
Gejala Mata merah, sekret atau mata kotor, dan rasa pedes atau seperti
kelilipan
Predileksi Biasanya akan mengenai kedua mata akibat mudah menular ke mata
sebelumnya. Bila terdapat hanya pada salah satu mata, maka hal ini
biasanya diakibatkan alergi atau moluskum kontagiosum
Terapi Pengobatan kausal dan tidak dibabt. Bila dibebat, maka kuman
penyebab akan berkembang biak lebih cepat karena suhu mata yang
biasanya lebih dingin sudah sama dengan suhu badan
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya
Konjungtivitis AKUT • Konjungtivitis akut jamur
• Konjungtivitis akut bakterial • Konjungtivitis akut alergik
– Konjungtivitis blenore – Konjungtivitis vernal
– Konjungtivitis gonore – Konjungtivitis fliten
– Konjungtivitis difteri
– Konjungtivitis folikular
– Konjungtivitis kataral
Konjungtivitis KRONIS
– Trakoma
– Blefarokonjungtivis
• Konjungtivitis akut viral
– Keratokonjungtivitis epidemik
– Demam faringokonjungtiva
– Keratokonjungtivitis herpetik
– Keratokonjungtivitis New
Castle
– Konjungtivitis hemoragik akut
Diagnosis Banding Konjungtivitis
Viral Bakteri Jamur Alergi
Purulen Nonpurulen
Sekret Sedikit Penuh Sedikit Sedikit Sedikit
Air mata Banyak Sedang Sedang Sedikit Sedikit
Gatal Sedikit Sedikit Tak ada Tak ada Berat
Merah Merata Merata Terbatas Terbatas Merata
Kelenjar Membesar Jarang Membesar Membesar Normal
aurikular
Pulasan Monosit Bakteri Bakteri Biasa (-) Eosinofil
Limfosit PMN PMN (granula)
Sakit Kadang Jarang - - -
tenggorok
demam
KONJUNGTIVITIS
• Peradangan konjungtiva akut akan ditemukan :
– Tertimbunnya eksudat pada sakus konjungtiva yang kadang
bergumpal pada permukaan konjungtiva, dan membentuk
pseudomembran. Bentuk pseudomembran ini dapat
ditemukan pada radang akibat difteri, staphylococcus,
konjungtivitis epidemik, luka bakar kimia, dan sindrom
Steven Johnson
– Eksudat purulen terdapat pada konjungtivitis akibat bakteri
– Eksudat serous biasanya merupakan gambaran infeksi virus
– Sekret yang mukous merupakan manifestasi reaksi alergi
KONJUNGTIVITIS
• Pemeriksaan kultur dan sitologik sekret konjungtiva
merupakan cara untuk mengetahui kemungkinan penyebab
infeksi, seperti :
– Sel eosinofil umumnya merupakan akibat atopi, terutama
konjungtivitis vernal
– Sel polimorfonuklear leukosit, terutama merupakan akibat infeksi
bakteri atau chlamydia
– Sel limfosit, merupakan gambaran karakteristik infeksi akibat
virus atau suatu infeksi kronis
– Sel epitel dengan multinukleus dengan atau tanpa badan inklusi
intraselular, merupakan gambaran yang dapat ditemukan pada
infeksi virus
KONJUNGTIVITIS
• Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtiva :
– Reaksi folikular atau adanya folikel (nodul avaskular) 
proliferasi limfosit dan membentuk folikel limfoid dengan
sel germinatif di bagian sentral pada subkonjungtiva yang
besarnya kira – kira 0,2mm dan terlihat pada infeksi
chlamydia (trakoma), virus (adenovirus), akibat alergi kimia
(atropin dan eserin)
• Terbentuknya ppail yang merupakanakibat penimbunan eksudat,
disertai serbukan leukosit, edema, diserati pelebaran pembuluh
darah  menggeser permukaan konjungtiva antara 2 bagian
yang tertahan oleh fibrin dan akan terlihat pada konjungtivitis
vernal, konjungtivitis akut bakterial, dan konjungtivitis alergi
KONJUNGTIVITIS
• Membran dan pseudomembran terlihat pada
konjungtuvitis epidemik akut, infeksi Streptococ, dan
difteri
• Membran yang terbentuk berasal dari fibrin dan sel
radang yang melekat pada stroma konjungtiva dan bila
diangkat akan berdarah
• Pseudomembran bentuknya sama seperti membran akan
tetapi tidak melekat pada stroma konjungtiva  bila
diangkat tidak berdarah
• Sikatrik/jaringan parut dapat terjadi pada konjungtiva
tarsal dan bulbi. Sikatriks dapat terlihat pada trakoma dan
penyakit alergi lainnya
KONJUNGTIVITIS AKUT BAKTERIAL
Keterangan
Definisi Bentuk konjungtivitis murni
Etiologi Disebabkan oleh staphylococ, streptococ, pneumococ, gonococ,
Haemifillus aegypti, pseudomonas, dan basil Morax axenfeld
Pemeriksaan Pemriksaan pulasan  untuk mengetahui penyebabnya
Terapi Tetes mata kloramfenikol/tetes mata neomisin/antibiotika yang
sesuai dengan penyebabnya
Konjungtivitis Akut Bakterial
Konjungtivitis blenore Konjungtivitis gonore Konjungtivitis difteri

Definisi Konjungtivitis pada bayi Istilah yang dipakai untuk Radang konjungtiva
yang baru lahir konjungtivitis dewasa yang
disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoea

Etiologi Gonococ dan chlamydia Neisseria gonorrhoea Bakteri difteri yang


Pada orang dewasa  memberikan
autoinfeksi pada penderita gambaran khas berupa
uretritis/ servisitis gonore terbentuknya
membran pada
konjungtiva tarsal

Gejala Gonococ  kelopak Dewasa  nyeri pada mata, Terdapat pada anak
yang lengket, sukar mata merah dengan rasa yang menderita difteri.
dibuka dan penuh kelilipan , sekret tidak Kelopak membengkak,
nanah di belakang sekental oftalmia merah dan kaku dan
kelopak yang lengket neonatorum terdapatnya membran
3 stadium: infiltratif,
purulen,penyembuhan
Konjungtivitis blenore Konjungtivitis Konjungtivitis difteri
gonore
Masa inkubasi gonococ  3-6 hari, - -
chlamydia  8 hari
Diagnosis Gonore  pulasan gram Ditemukan gonococ Pembiakan pada agar
 terlihat sel leukosit pada pemeriksaan Loefler
polimorfo nuklear dengan pulasan sekret
diploc Gram negatif konjungtiva
intrase- lular
Chlamydia  chlamydia
oculogenital trachomatis
 pulasan epitel
terdapat pigmen basofil
di dalam sitoplasma
dengan reaksi neutrofil,
sel plasma dan sel mono
nuklear

Terapi Penisilin topikal tetes Membilas mata Penisilin disertai


atau salep sesering sesering mungkin dengan antitoksin
mungkin dan salep penisilin difteri
Konjungtivitis blenore Konjungtivitis Konjungtivitis difteri
gonore
Penyulit Terjadinya perforasi Keratitis dan
kornea akibat simblefaron
terdapatnya enzim
proteolitik kuman
gonore
Bila terjadi perforasi
 endoftalmitis dan
fisis bulbi
Konjungtivitis Akut Bakterial
Konjungtivitis folikular Konjungtivitis kataral Blefarokonjungtivis
Definisi Konjungtivitis yang Penyakit dengan gejala Radang kelopak dan
disertai dengan utama berupa konjungtiva, sering
pembentukan folikel banyaknya sekret menimbulkan reaksi
pada konjungtiva, berlendir pada mukosa alergi pada kornea
sering pada anak-anak konjungtiva
Etiologi Penimbunan limfosit di Pneumococ, Staphylococ ,
dalam jaringan adenoid staphylococ dan mengenai kelenjar
subepitel konjungtiva Haemofillus aegypti Meibom dan folikel
akibat infeksi bakteri, yang juga terlihat pada rambut
virus, dan rangsangan penyakit virus lain
bahan kimia seperti rubella/
morbilli
Gejala Mata merah juga Kelopak mata sukar Perasaan gatal pada
disertai lakrimasi nyata dibuka pada pagi hari mata yang
Perjalanan penyakit :  sekret bertambah menonjol dengan
akut dan kronis pagi hari, kelilipan, terbentuknya krusta
silau, kadang pengli pada tepi kelopak
-hatan terganggu  disertai dengan
sekret mukopurulen di keratitis pungtata
depan kornea epitelial
Konjungtivitis folikular Konjungtivitis kataral Blefarokonjungtivis
Masa inkubasi - - -
Diagnosis - - -
Terapi - Memberikan antibiotik Membersihkan
dan membersihkan kelopak disertai
sekret mata antibiotik neomisin,
basitrasin atau
polimiksin tetes
mata

Penyulit - Keratitis pungtata dan -


tukak kornea
Diagnosis Banding Oftalmia Neonatorum atau Radang Purulen
Bayi sebelum berusia 14 hari
Penyebab Masa inkubasi Pengobatan
Nitras argenti 1-2 hari steroid
Gonococ 1-3 hari Penisilin lokal dan sitemik
Staphylococ 3-5 hari Basitrasin/eritromisin
Chlamydia 5-12 hari Tetrasiklin
Konjungtivitis Akut Viral
Keratokonjungtivitis Demam faringo Keratokonjungtivitis
epidemik konjungtiva herpetik
Definisi Radang yang Disertai dengn demam -
berjalan akut dan sakit tenggorok
Epidemiologi - - Anak < 2th yang
diserati
ginggivostomatitis
Etiologi Adenovirus tipe 3,7,8 Adenovirus tipe 2,4,7 Herpes simpleks tipe 1
Penularan Biasanya melalui Terjadi di kolam renang -
kolam renang selain
akibat wabah
Masa inkubasi 5-10 hari
Gejala Demam dengan Rasa sakit di mata seperti Terdapat pembesaran
mata seperti adanya benda asing, kelenjar preaurikel
kelilipan, terdapat disertai pem besaran
pembesaran kelenjar kelenjar preaurikel, terda
preaurikel, dan pat folikel pada konjung
dalam sekret ada sel tiva disertai keratitis
neutrofil subepitel yang ringan
Konjungtivitis Akut Viral
Keratokonjungtivitis Demam faringo Keratokonjungtivitis
epidemik konjungtiva herpetik
Perjalanan Selama 3 minggu - Dewasa: rekuren
penyakit infeksi ganglion
trigeminus oleh virus
herpes simpleks
Histopatologik - Badan inklusi Lesi vaskuler, hipertrofi
intranuklear papil pada konjungtiva.
Kadang ditemukan
dendrit pada kornea
Pengobatan Obat sulfa topikal Tidak terdapat Kortikosteroid 
dan dapat diberikan pengobatan yang kontraindikasi mutlak
bersama dengan spesifik
steroid
Penyulit Kekeruhan kornea - -
yang menetap
Konjungtivitis Akut Viral
Keratokonjungtivitis New Castle Konjungtivitis hemoragik akut
Definisi Konjungtivitis folikular akut dengan
gejala khusus karena terjadinya
perdarahan
Epidemiologi Ditemukan pada peternak unggas
Etiologi Virus New Castle Enterovirus 70
Penularan Sangat menular dan penularan
melalui sekret ke orang lain
Masa inkubasi 1-2 hari 1-2 hari

Gejala Perasaan benda asing, silau dan Kelenjar preaurikel membesar,


berair pada mata, kelopak mata disertai pembentukan folikel pada
bengkak, konjungtiva tarsal konjungtiva  mata merasa
hiperemik dan terdapat folikel, kelilipan dan adanya benda asing
kadang disertai perdarahan kecil Pada kornea infiltrat
Biasanya hanya mengenai 1 mata kecil/keratitis pungtata superfisial
Konjungtivitis Akut Viral
Keratokonjungtivitis New Castle Konjungtivitis hemoragik akut
Perjalanan - -
penyakit
Histopatologik - -
Pengobatan Antibiotik untuk mencegah infeksi Pengobatan spesifik tidak dikenal
sekunder, karena tidak terdapat akan tetapi dianjurkan pemberian
pengobatan spesifik sulfa/antibiotik lainnya
Penyulit - Tidak menimbulkan penyulit,
kadang – kadang dapat terjadi
uveitis
KONJUNGTIVITIS JAMUR
• Jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur
yang terjadi tidak memperlihatkan gejala
• Etiologi: candida albicans dengan
menimbulkan pseudomembran pada
konjungtiva
• Actinomyces sering menimbulkan kanalikulitis
• Pengobatan : nistatin
KONJUNGTIVITIS ALERGIK
• Reaksi alergi dan hipersensitif pada konjungtiva
akan memberikan keluhan berupa mata gatal,
panas, dan mata merah
• Etiologi: bahan kimia
• Terapi: antihistamin atau bahan vasokonstriktor
• Ada 2 jenis :
– Konjungtivitis Vernal
– Konjungtivitis Flikten
Konjungtivitis Vernal
• Definisi : konjungtivitis kronik, rekuren bilateral, atopi, yang
memberikan sekret mukous, mengandung eosinofil dan
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 1
• Epidemiologi: pasien usia dewasa muda, laki-laki, musim panas
• Gejala: mata terasa gatal dan berair akibat kinjungtiva tarsal
superior yang menebal, terdapatnya papil yang berbentuk Cobble
Stone. Kadang terbentuk jaringan fibrosis pada konjungtiva bulbi
• Pada reaksi alergi kulit kelopak menebal dan merah
• Pada kornea  keratitis epitelial
• 2 tipe : tipe bulbar dan tipe palpebra
• Terapi: steroid kadar rendah/vasokontriktor lainnya
KONJUNGTIVITIS KRONIS TRAKOMA
Keterangan
Definisi Konjungtivitis folikular kronis
Epidemiologi Anak-anak walupun dapat mengenai semua umur
Etiologi Clamydia trachomatis
Penularan Kontak langsung dengan sekret penderita/melalui handuk, saputangan/alat
kebutuhan sehari-hari
Masa inkubasi 5-14 hari
Gejala Gatal pada mata, berair, dan fotofobia
Tanda khusus Adanya papil, folikel, sikatrik pada tarsus atas, dan pannus. Folikel terutama
terdapat di daerah konjungtiva tarsal 1/3 nasal atas
Histologik Sel Leber dengan limfoblas yang menyokong diagnosis trakoma. Terdapat badan
inklusi Halber Statter Prowazek berupa granula basofilik yang berbentuk cakup
terhadap nukleus di dalam sel epitel konjungtiva
Penyulit Dapat terjadi akibat jaringan parut tarsus yang mengakibatkan entropion, trikiasis,
simlefaron/keratitis yang terinfeksi  ulkus kornea
Kekeringan bola mata  gangguan mukosa  xerosis konjungtiva/kornea
Terapi Salep tetrasiklin selam 3 bulan. Sulfonamid diberika bila terdapat penyulit trakoma
Entropion dan trikiasis yang terjadi  tarsotomi
Klasifikasi dan stratikidasi trakoma menurut Mc Callan
Stadium Nama Gejala
Stadium I Trakoma insipien folikel imatur, hipertrofi
papilar minimal
Stadium II Trakoma Folikel matur pada
dataran tarsal atas
Stadium IIA Trakoma dengan hipertrofi Keratitis, folikel limbal
folikular yang menonjol

Stadium IIB Dengan hipertrofi papilar Aktivitas kuat dengan


yang menonjol folikel matur tertimbun di
bawah hipertrofi papilar
yang hebat
Stadium III Trakoma memarut Parut pada konjungtiva
(sikatrik) tarsal atas, permulaan
trikiasis, entropion
Stadium IV Trakoma sembuh Tak aktif, tak ada
hipertrofi papilar atau
folikular, parut dalam
bermacam derajat variasi
Mata merah dengan visus menurun
LO2.
Mata Merah

Visus normal Visus menurun


KERATITIS
• Radang pada kornea
• Etiologi
– Berkurangnya air mata
– Keracunan obat
– Rx alergi pada pemberian obat topikal
– Rx terhadap konjungtivitis menahun
• Gejala
– Mata merah
– Silau
– Kelilipan
• Terapi
– Antibiotika
– Air mata buatan
– Sikloplegik
Keratitis Pungtata
• Keratitis yang terkumpul di daerah Membran Bowman, dgn infiltrat berbentuk bercak halus
• Etiologi tidak spesifik, dapat terjadi pada:
– Moluscum contagiosum
– Akne rosasea
– Herpes simplex
– Herpes zoster
– Blefaritis neuroparalitik
– Infeksi virus
– Vaksinia
– Trakoma dan trauma radiasi
– Dry eyes
– Trauma
– Lagoftalmus
– Keracunan obat: neomisin, tobramisin, bahan pengawet lainnya
• Gejala
– Bilateral dan berjalan kronis
– Tanpa gejala kelainan konjungtiva/tanda akut
*Keratitis pungtata superfisial
• Gambaran
– Infiltrat halus bertitik – titik pada permukaan kornea
• Etiologi
– Sindrom dry eye, blefaritis, keratopati lagoftalmus, keracunan
obat topikal, sinar UV, trauma kimia ringan, dan pemakaian
lensa kontak
• Gejala
– Sakit, silau, mata merah dan rasa kelilipan
• Terapi
– Air mata buatan, tobramisin tetes mata, dan sikloplegik
*Keratitis pungtata subepitel
• Keratitis yang terkumpul di daerah membran
Bowman
• Bilateral dan kronis
• Tanpa gejala kelainan konjungtiva ataupun
tanda akut
Keratitis Marginal
• Infiltrat yang tertimbun pd tepi kornea sejajar dgn limbus
• Etiologi: infeksi lokal konjungtiva
• Jika tidak diobati dengan baik  tukak kornea
• Rekuren
• Kemungkinan terdapat: Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
aegepty, Moraxella lacunata, dan Esrichia
• Infiltrat dan tukak  diduga timbunan kompleks Ag-Ab
• Gejala
– Sakit, kelilipan, lakrimasi, fotofobia berat
– Blefarospasme pada satu mata
– Injeksi konjungtiva
– Infiltrat atau ulkus yang memanjang, dangkal, unilateral, tunggal atau multipel
– Neovaskularisasi dr arah limbus
• Terapi
– Antibiotika sesuai penyebab infeksi lokalnya dan steroid dosis
ringan
– Vit B dan C dosis tinggi
• Komplikasi
– Jaringan parut yg dpt mengganggu penglihatan
– Ulkus meluas dan lebih dalam

• Keratitis Marginalis trakomatosa


– Keratitis dgn pembentukan membran pada kornea atas
– Membentuk pannus  keratitis dgn neovaskularisasi
Keratitis Interstitial
• Keratitis yg ditemukan pada jaringan kornea yg lebih dalam
• Akibat lues kongenital  neovaskularisasi dalam  pd usia 5-20 th
• Etiologi
– Alergi / infeksi spirochaetta ke dalam stroma kornea
– Tuberkulosis
• Gejala
– Fotofobia, lakrimasi dan visus↓
– Seluruh kornea keruh  iris sukar dilihat
– Permukaan kornea seperti permukaan kaca
– Injeksi siliar dgn serbukan pembuluh ke dalam  gambaran merah kusam  salmon patch
– Bilateral
• Terapi
– Tergantung penyebabnya
– Sulfas atropin tetes mata  mencegah sinekia akibat terjadinya uveitis
– Kortikosteroid tetes mata
Keratitis Bakterial
• Etiologi
– Setiap bakteri, seperti: Staphylococcus, Streptococcus,
Pseudomonas, Enterobacteriacea
• Faktor predisposisi
– Pemakaian contact lens, trauma, kontaminasi obat tetes
• Terapi  antibiotika
– Gram (+) rods  cefazoline, vancomycin, moxifloxacin/gatifloxacin
– Gram (-) rods  tobramisin, ceftazidime, fluoroquinolone
– Gram (-) coccus  ceftriaxone, ceftazidime,
moxifloxacin/gatifloxacin
• Pengobatan diberikan setiap 1 jam
• Pemberian Siklopegik  mengistirahatkan mata
Keratitis Jamur
• Dimulai dgn suatu trauma pd kornea oleh ranting pohon, daun, dan
bagian tumbuh – tumbuhan
• Etiologi
– Candida, Fusarium, Aspergillus dan Curvularia
– ES pemakaian antibiotik dan kortikosteroid yg tdk tepat
• Gejala
– Sakit mata yang hebat, berair dan silau
– Pada mata  infiltrat kelabu, hipopion, peradangan, ulserasi superfisial, dan
lesi satelit bila terletak di stroma
– Cincin endotel dgn plaque tampak bercabang-cabang, dgn endothelium
plaque
– Gambaran satelit pd kornea
– Lipatan Descement
• Diagnosis
– Kerokan kornea + KOH 10%  hifa
• Terapi
– Natamisin 5%  keratitis jamur filamentosa, fusarium species
– Amfoterisin B 0.15 -0.3 %  keratitis yeast, aspergillus species
– Sistemik: ketokonazole dan sikloplegik
– Jika ada TIO↑  obat oral anti glaukoma
– Keratoplasti  jika tdk ada perbaikan
• Komplikasi
– Endoftalmitis
Keratitis Virus
*Keratitis Herpetik
• Etiologi: Herpes simplex dan herpes zoster
1. Herpes simplex :
– Epitelial  dendritik : kerusakan o/ pembelahan virus di dalam sel
epitel  kerusakan sel dan membentuk tukak kornea superficial
– Stromal  diskiformis : rx imun pasien  Ag dan Ab bereaksi di
stroma kornea dan menarik leukosit dan sel radang lain  bahan
proteolitik u/ merusak antigen virus juga merusak jar stromal
sekitarnya
– Terapi
• IDU : tidak boleh > dr 2 mgu  tidak stabil  hambat DNA virus dan manusia
(toksik utk epitel normal)
• Acyclovir  selektif thd DNA virus  salep setiap 4jam
• Keratitis Dendritik
– Keratitis superficial yang membentuk garis infiltrat pada
permukaan kornea, kemudian membentuk cabang
– Gambaran klinis:
• fotofobia, kelilipan, tajam penglihatan turun, konjungtiva hiperemis,
sensibilitas kornea yang hipestesia
– Sembuh spontan / debridement / antivirus (IDU/ acyclovir) dan
sikloplegik
• Keratitis Disiformis
– Membentuk kekeruhan infiltrat yang bulat/ lonjong di dalam
jaringan kornea
– Rx alergi atau imunologik thdp virus H.simplex
2. Herpes zoster :
– Infeksi pada ganglion Gaseri saraf Trigeminus cabang Oftalmik 
gejala Herpes Zoster pada mata (tdk melampaui garis median kepala)
– Pada orang usia lanjut
– Keratitis vesikular
– Gambaran Klinis:
• rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan terasa hangat, penglihatan
berkurang dan merah
• pada kelopak: vesikel (sesuai dermatom N.trigeminus)  terbentuk jar parut
• Infiltrat pada kornea
– Terapi
• Tidak spesifik dan hanya simptomatik
• Asiklovir, usia lanjut bisa diberi steroid
Keratitis Dimmer (Keratitis Numularis)

• Keratitis dgn infiltrat yg bundar berkelompok,


tepi batas tegas  gambaran halo
• Berjalan lambat, unilateral, pd petani sawah
Keratitis Filamentosa
• Keratitis yang disertai adanya filamen mukoid dan
deskuamasi sel epitel pada pemukaan kornea
• Penyebab tdk diketahui
• Disertai penyakit lain: keratokonjungtivitis sika,
sarkoidosis, trakoma, penggunaan contact lens,
edema kornea, DM, pemakaian antihistamin
• Ditemukan pada: gejala sindrom mata kering (dry
eye syndrome), DM, pascabedah katarak, dan
keracunan kornea o/ obat tertentu
• Gambaran klinis
– kelilipan, sakit, silau, blefarospasme dan epifora,
mata merah dan tdpt defek epitel kornea
• Terapi
– NaCl 5%, air mata hipertonik
– Mengangkat filamen, bila mungkin memasang
lensa kontak lembek
Keratitis Lagoftalmus
• Keratitis yg terjadi akibat adanya lagoftalmus  kelopak
mata tdk dpt menutup sempurna  kekeringan kornea 
infeksi (konjungtivitis atau keratitis)
• Etiologi
– Tarikan jar.parut pd tepi kelopak, eksoftalmus, paralise saraf
fasial, atoni orbikularis okuli, proptosis krn tiroid
– Lagoftalmus partial pd waktu tdr  pasien histeria, lelah, anak
sehat
• Terapi
– Mengatasi causa dan air mata buatan
– Cegah infeksi sekunder  salep mata
Keratitis Neuroparalitik
• Keratitis akibat kelainan N.trigeminus, shg terdapat kekeruhan
kornea yg tdk sensitif disertai kekeringan kornea
• Terbentuknya deskuamasi epitel seluruh permukaan kornea, mulai
dari bagian tengah dan meninggalkan sedikit lapisan epitel kornea
yg sehat di dekat limbus
• Gambaran klinis
– Tajam penglihatan menurun, silau dan tidak nyeri, refleks mengedip hilang,
injeksi siliar, permukaan kornea keruh, infiltrat dan vesikel pada kornea
• Terapi
– Air mata buatan dan salep  jaga kornea tetap basah
– Cegah infeksi sekunder  pengobatan keratitis, tarsorafi, dan menutup
pungtum lakrimal
KERATOKONJUNGTIVITIS SIKA
• Mata kering atau keratokonjungtivitis sika  suatu keadaan
keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang diakibatkan
kurangnya fungsi air mata
• Etiologi
– Defisiensi komponen lemak air mata (blefaritis menahun, akibat
pembedahan kelopak mata)
– Defisiensi kelenjar air mata (sindrom sjogren, sindrom Riley Day,
alakrimia kongenital, atropin, usia tua)
– Defisiensi komponen musin (benign ocular pempigoid)
– Akibat penguapan yang berlebihan (co. keratitis neoparalitik, hidup
di gurun pasir, keratitis lagoftalmus)
– Karena parut kornea atau menghilangnya mikrovili kornea
• Gejala
– Gatal
– Mata berpasir
– Silau
– Penglihatan kabur
• Tanda
– Sekresi mukus berlebihan
– Sukar menggerakkan kelopak mata
– Mata tampak kering
– Terdapat erosi kornea
– Konjungtiva bulbi edema, hiperemik menebal dan kusam
– Kadang terdapat benang mukus kekuningan pada forniks konjungtiva bagian
bawah
• Pemeriksaan penunjang
– Uji scheimer  resapan air mata pada kertas uji < 5
menit  abnormal
• Pengobatan
– Air mata buatan
• Komplikasi
– Ulkus kornea
– Infeksi sekunder o/ bakteri
– Parut dan neovaskularisasi kornea
ULKUS KORNEA
• Hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea
• Etiologi
– Bakteri, jamur, Acanthamoeba (biasanya berasal
dari cairan pencuci lensa kontak), herpes simpleks
• Gambaran klinis
– mata merah, sakit ringan hingga berat, fotofobia,
penglihatan menurun
• Pemeriksaan
– Kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek
epitel, iris sukar dilihat akibat edema kornea dan
infiltrasi sel radang pada kornea, penipisan kornea,
lipatan descement, flare, hipopion, hifema,dan sinekia
posterior.
– Bila disebabkan oleh jamur  infiltrat berwarna abu-abu
dikelilingi infiltrat halus di sekitarnya (fenomena satelit).
– Pemeriksaan sediaan langsung dan pemeriksaan jamur
dengan sedian hapus KOH.
• Diagnosa banding
– Keratomalasia, tukak hipersensitif stafilokok,
infiltrat sisa benda asing.
• Terapi
– Diberikan sikloplegik serta antibiotik topikal dan
subkonjungtiva yang sesuai, Keratitis herpetik
dilakukan debridemen epitel dengan aplikator
kapas, sikloplegik atropin 1% dan dibalut tekan.
GLAUKOMA AKUT
• Glaukoma akut sudut tertutup  mata merah
dengan penglihatan turun mendadak
• Patfis
– Cairan mata yang di COP tidak dapat mengalur
melalui pupil  mendorong iris ke depan 
memblok aliran keluarnya cairan mata melalui
sudut bilik mata
• Tanda dan gejala
– Nyeri pada mata yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur
– Melihat pelangi (halo) di sekitar lampu (stadium prodromal)
– Gejala GI  nausea, vomit
– Bradikardia akibat okulokardia
– Mata menunjukkan tanda kongestif, kelopak mata bengkak
– Mata merah
– TIO tinggi  pupil lebar
– Lapang pandangan mengecil
– Tajang penglihatan turun
– Biasanya terjadi saat pupil melebar (co. tempat gelap)
• Pengobatan 2 tahap
– Menurunkan TIO
• Topikal pilokarpin 2% setiap menit selama 5 menit dan
disusul setiap 1 jam selama satu hari
• Sistemik IV Asetazolamid 500mg dilanjutkan 250mg
tablet setiap 4 jam
• IV manitol 1.5-2mg/kgBB dalam larutan 20%
– Pembedahan
• Iridektomi atau suatu pembedahan infiltrasi
• DDx
– Sindrom Posner Schlossman
– Glaukoma sudut terbuka meradang
– Perdarahan retrobulbar
– Glaukoma hemolitik
• KIE
– Emosi (bingung takut) dapat menimbulkan serangan akut
– Pemakaian simpatomimetik yang melebarkan pupil berbahaya
– Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik mata dangkal
berbahaya memakai obat antihistamin dan antispasme
UVEITIS
• melibatkan semua proses-proses peradangan
dari lapisan-lapisan tengah mata  uvea
• Uveitis dapat mengenai:
– Bagian anterior jaringan uvea : iritis
– Bagian tengah jaringan uvea : siklitis
– Menenai bagian belakang jaringan uvea : koroiditis
• Uveitis anterior (iridoklitis)
– Mendadak, berlangsung selama 6-8minggu
– Dapat sembuh dengan tetes mata saja (pada stadium dini)
Uveitis anterior
• Dibedakan menjadi dua bentuk:
1. Granulomatosa akut-kronis
• Etiologi : akut  sarkoiditis, sifilis, tuberkulisis, virus, jamur
(histoplamosis), atau parasit (toksoplamosis).
2. Non-Granulamatosa akut-kronis
• Etiologi : akut  trauma, diare kronis, penyakit reiter, herpes simpleks,
pascah bedah, infeksi adenovirus, parotitis, influenza dan klamidia.
• Merupakan manifestasi reaksi imunologik terlambat, dini
atau sel mediated terhadap jaringan uvea anterior.
• Bakteriemia ataupun viremia, bila kemudian terdapat
antigen yang sama dalam tubuh akan dapat timbul
kekambuhan.
• Gejala
– Kemerahan dan iritasi mata
– Penglihatan yang kabur
– Nyeri mata
– Kepekaan yang meningkat pada sinar
– Noda-noda yang mengambang didepan mata-
mata
• Iritis bentuk uveitis yang paling umum. mempengaruhi iris
dan seringkali dihubungkan dengan kelainan-kelainan autoimun
seperti rheumatoid arthritis. Iritis mungkin berkembang tiba-tiba
dan mungkin berlangsung sampai delapan minggu, bahkan
dengan perawatan.
• Cyclitis suatu peradangan dari bagian tengah mata dan
mungkin mempengaruhi otot yang mengfokuskan lensa. Ini juga
dapet berkembang tiba-tiba dan berlangsung beberapa bulan.
• Choroiditis peradangan dari lapisan dibawah retina. Ia
mungkin juga disebabkan oleh suatu infeksi seperti tuberculosis.
• Diperlukan pengobatan segera untuk mencegah kebutaan.
• Steroid  diberikan pada siang hari bentuk tetes dan malam
hari bentuk salep.
• Siklopegik  untuk mengurangi rasa sakit,melepas sinekia
yang terjadi, memberi istirahat pada iris yang meradang.
• Komplikasiglaukoma, katarak-katarak, pertumbuhan
pembuluh-pembuluh darah yang abnormal dalam mata-mata
yang mengganggu penglihatan, cairan dalam retina, dan
kehilangan penglihatan.
ENDOFTALMITIS
• Peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi setelah
trauma/bedah/endogen akibat sepsis
–  radang supuratif di dalam rongga mata & struktur di
dalamnya  abses badan kaca

• Etiologi
– Kuman & jamur yg masuk bersama trauma tembus (eksogen)/
sistemik melalui peredaran darah (endogen)
• Bakteri  stafilokok, streptokok, pneumokok, pseudomonas, bacilus
species
• Jamur  aktinomises, aspergilus, phitomikosis sporothrix, kokidioides
• Gambaran klinik
– Rasa sakit yg sangat
– Kelopak merah & bengkak
– Kelopak sukar dibuka
– Konjungtiva kemotik & merah
– Kornea keruh
– Bilik mata depan keruh yg kadang disertai hipopion
•  prognosa memburuk
– Kekeruhan / abses badan kaca  refleks pupil berwarna
putih
• Gambaran seperti retinoblastoma (pseudoretinoblastoma)
• Pengobatan
– Antibiotik
• Ampisilin topikal & sistemik 2g/hari + kloramfenikol 3g/hari
• Stafilokok  basitrasin (topikal), metisilin (subkonjungtiva & IV)
• Pneumokok, streptokok, stafilokok  penisilin G (top, subkonj, & IV)
• Neiseria  penisilin G (top, subkonj, & IV)
• Pseudomonas  gentamisin; tobramisin + karbesilin (top, subkonj, IV)
• Batang gram (-) lain  gentamisin (top, subkonj, IV)
– Sikloplegik 3x/hari tetes mata
– Kortikosteroid
– Gagal pengobatan  eviserasi; enukleasi bila mata sdh tenang & ftisis bulbi
– Jamur  amfoterisin B 150mikrogram subkonjungtiva

• Komplikasi  panoftalmitis (prog buruk jika e/ jamur / parasit)


Kelainan pada kelopak mata
LO3.
Kelainan pada kelopak mata
• Blefaritis
• Hordeolum
• Kalazion
• Trikiasis
• Laserasi kelopak mata
BLEFARITIS
• Radang pada kelopak mata dan tepi kelopak
• Etiologi
– Infeksi
• Streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
pseudomonas, virus, jamur
– Alergi kronis
• Debu, asap, kimia iritatif, bahan kosmetik
• Tanda dan gejala umum
– Kelopak mata merah, bengkak, sakit
– Eksudat lengket
– Epifora
– Sering disertai konjungtivitis atau keratitis
• Tatalaksana umum
– Diberikan pembersihan dengan garam fisiologik
hangat
– Antibiotik yang sesuai
Blefaritis bakterial (lanjutan)
• Blefaritis superfisial
• Blefaritis seboroik
• Blefaritis ulseratif
• Blefaritis angularis
*Blefaritis superfisial
• Etiologi
– Biasanya staphylococcus
• Terapi
– Salep antibiotik  sulfasetamid dan sulfasoksazol
– Pengangkatan krusta dengan kapas basah sebelum
pemberian salep
*Blefaritis seboroik
• Epidemiologi
– Laki-laki > perempuan
– Usia lanjut (50 tahun)
• Tanda dan gejala
– Mata kotor
– Panas dan rasa kelilipan
– Keluar sekret
– Air mata berbusa
– Hiperemia dan hipertrofi papil pada konjungtiva
– Bisa terjadi kalazion, hordeoulum, madarosis, poliosis
• Terapi
– Memperbaiki kebersihan dan membersihkan
kelopak dari kotoran dengan kapas lidi hangat
– Pembersihan bisa dengan nitrat argenti 1%
– Salep sulfonamid u/ keratolitik
– Antibiotik oral tetrasiklin 4x250 mg dan topikal
*Blefaritis ulseratif
• Peradangan margo dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus
• Etiologi
– Infeksi staphylococcus
• Tanda dan gejala
– Keropeng kekuningan yang bila diangkat akan
terlihat ulkus kecil dan mengeluarkan darah
• Terapi
– Sulfasetamid, gentamisin, atau basitrasin
– Apabila ulseratif luas, ditambah AB sistemik dan roboransia
• Komplikasi
– Madarosis
– Trikiasis
– Keratitis superfisial
– Keratitis pungtata
– Hordeolum
– kalazion
*Blefaritis angularis
• Infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus  gangguan fungsi pungtum
lakrimal
• Etiologi
– Staphylococcus aureus
– Morax axenfekd
• Terapi
– Sulfa, tetrasiklin, sengsulfat
• Komplikasi
– Tersumbatnya duktus lakrimal
*Blefaritis skuamosa
• Blefaritis yang disertai terdapatnya skuama atau
krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak
mengakibatkan terjadinya luka kulit
• Etiologi
– Kelainan metabolik
– Jamur
• Tanda dan gejala
– Terdapat sisik halus yang mudah dikupas tanpa perdarahan
– Penebalan margo palpebra
– madarosis
• Terapi
– Membersihkan margo dengan shampo bayi
– Salep mata dan steroid topikal
• Komplikasi
– Keratititis
– Konjungtivitis
HORDEOLUM
• Infeksi kelenjar di palpebral.
• Klasifikasi
– Hordeolum internum
• Infeksi kelenjar meibom di tarsus
– Hordeolum externum
• Infeksi kelenjar zeiss atau moll
• Etiologi
– Infeksi staphylococcus
• Tanda dan gejala
– Kelopak mata bengkak disertai nyeri
– Merah dan nyeri tekan
– Penonjolan ke kulit (Interna/ Less, Eksterna Always)
– Pembesaran kelenjar preaurikel
• Pengobatan
– AB sistemik  eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4x sehari atau tetrasiklin
(umumnya jika terdapat selulitis)
– Kadang perlu insisi abses dan drainase (internum  tegak lurus, sedangkan externum 
sejajar margo palpebra) (Jika 48 jam tidak membaik)
– Pengangkatan bulu mata untuk drainase nanah
– Kompres hangat 3-4x sehari selama 10 - 15 menit
– Antibiotik pada saccus conjuctivitalis
• Komplikasi
– Selulitis palpebra
– Abses palpebra
• DDx
– Selulitis preseptal
– Konjungtivitis adenovirus
– Granuloma pyogenik
KALAZION
• Peradangan granulomatosa kelenjar meibom
yang tersumbat secara kronis
• Tanda dan gejala
– Benjolan pada kelopak
– Tidak hiperemi
– Tidak ada nyeri tekan
– Ada pseudoptosis
– Kelenjar preaurikel tidak membesar
– Steril / tdk ada tanda peradangan akut
• Pengobatan
– Bisa self limiting karena diabsorpsi
– Kompres hangat
– Antibiotik setempat dan sistemik
– Ekskokleasi isi abses atau ekstirparsi kalazion
• Prognosis
– Bila berulang, waspadai keganasan dengan
melakukan pemeriksaan histopatologik
TRIKIASIS
• Bulu mata mengarah pada bola mata yang
akan menggosok kornea atau konjungtiva
• Gejala
– Konjungtiva kemotik dan hiperemi
– Kornea terdapat erosi, keratopati dan ulkus
– Fotofobia
– Lakrimasi
– Seperti kelilipan
• Komplikasi
– Erosi kornea
– Tukak kornea
• Terapi
– Epilasi  pencabutan bulu yang salah tumbuh
– Elektrolisis  efektif (pd epilasi, kejadian akan berulang
akibat pertumbuhan bulu mata dalam 6-8 minggu)
– Terapi krio  dilakukan pada bagian yang lebih luas
– Tarsotomi / bedah plastik  pada trakoma dengan
trikiasis
Epikantus
• Lipatan vertical kulit di atas kantus medialis
• Khas pada orang asia
• Gejala
– Lipatan kulit sering cukup besar hingga menutupi sebagian sklera nasalis
 Pseudoesotropia
• Klasifikasi
– Epikantus tarsalis  lipat palpebral superior menyatu di medial dengan
lipat epikantus.
– Epikantus inversus lipatan kulit menyatu dengan palpebral inferior. (rare)
• Etiologi:
– Pasca bedah
– Trauma di bagian medial palpebral dan hidung
– Pemendekan vertical kulit di antara kantus dan hidung
• Pengobatan : Bedah
Kegawatdaruratan Mata Merah kondisi
memerlukan penegakan diagnosa dan
penanganan yang segera.
• Skleritis
• Konjungtivitis gonore  ulserasi dan perforasi
kornea
• Ulkus kornea
• Benda asing dikornea
• Hifema
• Iridosiklitis akut
• Endoftalmitis
• Glaukoma akut
Penyakit Keratokonjungtivitis: AB gentamicin

dr. Suni Christina Widjaya


SIP 405130111
Jln. Taman S. Parman No A3
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jakarta, 11 Agustus 2016
R/gentamicin 0,3 % eyedrop fl. I
S o 4 h gtt 1 o.d.
--------------------------------------------------------------- suni
R/gentamicin cream 0,3% tube 5 g No. I
S u.e 2dd applic o.d.
--------------------------------------------------------------- suni

Pro: Nn X
Usia: 20 tahun

MIMS

Anda mungkin juga menyukai