Anda di halaman 1dari 14

Sirosis Hati

Disusun Oleh :

- Aprilliani Sholeha

- Mila Nursaadatul Mila Tilah

- Yulita Faralina
Pengertian
Sirosis

Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan


stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang
ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan
Nodulus regeneratif (Sudoyo Aru, dkk. 2009)

Sirosis Hepatis (SH) merupakan konsekuensi dari penyakit hati


kronis yang ditandai dengan penggantian jaringan hati oleh
fibrosis, jaringan parut dan nodul regeneratif (benjolan yang
terjadi sebagai hasil dari sebuah proses regenerasi jaringan yang
rusak) akibat nekrosis hepatoseluler, yang mengakibatkan
penurunan hingga hilangnya fungsi hati. (Perhimpunan Peneliti
Hati Indonesia, 2010).

2
KLASIFIKASI • Berdasarkan Morfologi :
1. Mikronodular : Sirosis hepatitis dimana nodul-nodul yang berbentuk ˂ 3 mm
2. Makronodular : Sirosis hepatitis dimana nodul-nodul ˃3 mm
3. Campuran : Nodul-nodul yang terbentuk ada yang ˂ 3 mm dan ada juga yang ˃3 mm
• Berdasarkan Fungsional :
1. Sirosis hepatitis kompensata : Belum terlihat gejala yang nyata, biasanya stadium ini ditemukan
pada saat pemeriksaan Screening
2. Sirosis hepatitis dekompensata : Gejala sudah terlihat jelas, misalnya: asites, edema, ekterus.
• 3 Tipe Sirosis atau pembetukan parut dalam hati :
1. Sirosis Laennec (alkoholik, nutrisional) : Jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal.
Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2. Sirosis pascanekrotik : Terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis
virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis bilier : Pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar saluran empedu. Terjadi
akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
3
Signifikasi

WHO tahun 2002 memperkirakan


783.000 pasien di dunia meninggal
Penelitian oleh Jang di Korea
akibat sirosis hati. Sirosis hati paling
menyatakan bahwa sirosis
banyak disebabkan oleh South EastAsia Regional
hati adalah salah satu
penyalahgunaan alkohol dan infeksi Office (SEARO) tahun
penyebab morbiditas dan
virus hepatitis. Di Indonesia sirosis 2011 melaporkan sekitar
mortalitas di Korea dan
hati banyak dihubungkan dengan 5,6 juta orang di Asia
menduduki urutan ke-8
infeksi virus hepatitis B dan C karena Tenggara adalah
penyebab kematian tahun
penyalahgunaan alkohol lebih jarang pembawa hepatitis B,
2007
terjadi dibandingkan negara barat. sedangkan sekitar
Sekitar 57%,pasien sirosis hati 480.000 orang pembawa
terinfeksi hepatitis B atau C. hepatitis C.

2002 2007 2011


4
Patofisiologi

Patofisiologi

Dari berbagai macam Etiologi seperti yang diakibatkan oleh Hepatitis B/C atau dari
penggunaan alkohol dapat menimbulkan peradangan sel hati.

Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas, terjadi kolaps lobulus hati
dan ini memicu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya jaringan septa fibrosa difus dan
nodul sel hati.hal tersebut menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan
gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal.

Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo
endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari reversible
menjadi ireversible bila telah terbentuk septa permanenyang aseluler pada daerah porta dan
parenkim hati.

Pada sirosis dengan etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal,
pada sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limfosit T dan makrofag menghasilkan
limfokin dan monokin, mungkin sebagai tombulnmya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan
peradangan dan nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke
parenkim hati.

5
Resiko dan
Distribusi Kelompok Dengan Resiko Tinggi :
 Pengguna Alkohol,
 Penderita infeksi (virus hepatitis),
 Penderitas autoimun (hepatitis kronis aktif, sirosis bilier primer),
 Penderita obstruksi bilier (batu saluran empedu).
Distribusi
Sirosis Hati dijumpai di seluruh negara, tetapi kejadiannya berbeda-beda tiap negara. Pada
periode 1999-2004 Insidensi Sirosis Hati di Norwegia sebesar 13,4 per 100.000 penduduk.
Di Indonesia data Prevalensi Sirosis Hepatis belum ada. Di RS Sardjito Yogyakarta jumlah pasien
Sirosis Hepatis berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam terjadi selama
kurun waktu 1 tahun (data tahun 2004). Lebih dari 40% pasien sirosis adalah Asimptomatis
sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan rutin
atau karena penyakit yang lain (Siti Nurdjanah). Dalam kurun waktu lima tahun (2000-2005) dari
data yang dikumpulkan dari Rumah Sakit Adam Malik Medan, Klinik Spesialis Bunda dan Rumah
Sakit PTPN II Medan, ditemukan 232 penderita Sirosis Hati.
6
Pada tahun 2001 di
Trend Waktu Islandia Insidensi sirosis
hati 4% dan tahun 2002
sebesar 2,4%. Pada tahun
2002, PMR sirosis hati di
Di Modolvo terjadi dunia yaitu 1,7%.
peningkatan, dimana
pada tahun 2002 CSDR
sirosis hati 89,2% per
100.000 penduduk (CSDR
2002),dan pada tahun
2004 sebesar 99,2%
(CSDR 2004).

Di Amerika Serikat
terjadi peningkatan
persentase kematian
akibat sirosis hati
sebesar 3,4% dari. tahun
2006 ke tahun 2007.

7
A. Faktor Kekurangan Nutrisi
Faktor Resiko
Menurut Spellberg, Shiff (1998) bahwa di negara Asia faktor gangguan nutrisi memegang penting untuk timbulnya
sirosis hati. Dari hasil laporan Hadi di dalam simposium Patogenesis sirosis hati di Yogyakarta tanggal 22 November
1975, ternyata dari hasil penelitian makanan terdapat 81,4 % penderita kekurangan protein hewani , dan
ditemukan 85% penderita sirosis hati yang berpenghasilan rendah, yang digolongkan ini adalah : pegawai rendah,
kuli, petani, buruh kasar, mereka yang tidak bekerja, pensiunan pegawai rendah menengah.

B. Hepatitis Virus

Hepatitis Virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab Sirosis Hati, apalagi setelah penemuan
Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka
diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi sirosis. Secara klinik
telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi
gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virus A.

C. Zat Hepatotoksik

Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan


pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis
atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati.

Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut adalah alkohol.


8
D. Penyakit Wilson

Faktor Resiko Suatu penyakit yang jarang ditemukan , biasanya terdapat pada orang-orang muda dengan ditandai sirosis
hati, degenerasi basal ganglia dari otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat
kehijauan disebut Kayser Fleischer Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defesiensi bawaan dari
seruloplasmin. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, mungkin ada hubungannya dengan
penimbunan tembaga dalam jaringan hati.

E. Hemokromatosis

Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan timbulnya hemokromatosis, yaitu:
• Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
• Kemungkinan didapat setelah lahir, misalnya dijumpai pada penderita dengan penyakit hati alkoholik.
• Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hati.

F. Sebab-Sebab Lain

• Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardiak. Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap
reaksi dan nekrosis sentrilobuler
• Sebagai saluran empedu akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini
lebih banyak dijumpai pada kaum wanita.
• Penyebab sirosis hati yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis kriptogenik. Penyakit ini banyak ditemukan di Inggris.

Dari data yang ada di Indonesia Virus Hepatitis B menyebabkan sirosis 40-50% kasus, sedangkan hepatitis C dalam 30-40%. Sejumlah 10-
20% penyebabnya tidak diketahui dan termasuk disini kelompok virus yang bukan B atau C. 9
Penatalaksanaan Pencegahan
menurut Tarigan dan
(2001) adalah: Pengendalian

1. Pasien dlm keadaan kompensasi hati yang baik, cukup dilakukan kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori tinggi
protein, lemak secukupnya.

2. Pasien Sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :


• Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunaannya. Alkohol akan mengurangi input protein ke dalam tubuh. Dengan diet tinggi kalori
(300 kalori), kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr sehari untuk menghambat perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan pemberian D
penicilamine dan Cochicine.
• Hemokromatis Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi/ terapi kelasi (desferioxamine). Dilakukan vena seksi 2x seminggu sebanyak
500cc selama setahun.
• Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid.

3. Terapi terhadap komplikasi yang timbul


a. Asites Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram/ hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-
obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respons diuretik bisa dimonitor dengan
penurunan berat badan 0,5 kg/ hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/ hari dengan adanya edema kaki. Bilamana pemberian
spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/ hari. Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya
bila tidak ada respons, maksimal dosisnya 160 mg/ hari.
1
0
Kasus Sirosis

Prevalensi penyakit liver atau hati di Indonesia terbilang cukup


tinggi. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, jumlah
pasien penyakit hati kronis mencapai 20 juta jiwa. 20-40 persen
diantaranya berpeluang mengembangkan penyakit menjadi
sirosis hati. Kondisi ini tentu membuat fungsi hati mengalami
gangguan. Spesialis bedah dari Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) Dr dr Andri Sanityoso, SpPD-KGEH
menjelaskan, penyebab penyakit hati bisa bermacam-macam,
salah satunya karena virus hepatitis. Apabila hati yang sehat
terinfeksi virus maka kondisinya bisa menjadi kronis. Bila
dibiarkan bisa menjadi fibrosis hati yang kemudian berlanjut ke
sirosis.

1
1
Analisa

Di Indonesia saat ini ada sekitar 20jt orang menderita penyakit hati kronik
dan 40% berkembang menjadi sirosis (pengerasan hati). Hati atau liver
yang awalnya sehat kemudian terinfeksi virus hepatitis (B atau C) sehingga
menjadi hepatitis kronik yang berkembang menjadi fibroris lalu sirosis.
Gagal hati pada orang dewasa terjadi biasanya disebabkan karena sejumlah
penyakit antara lain hepatitis B dan C, kanker hati, dan penyakit autoimun.
Sementara pada anak-anak, kondisi ini umumnya karena kelainan bawaan
semisal atresia bilier dan algille syndrome

1
2
Rekomenda
si
Melakukan Pola Makan Sehat Diet Rendah Sodium dan
dan PHBS
menghindari Alkohol

Melindungi Diri dari Infeksi Virus Mempertahankan Berat Badan dg


Hepatitis
Berolahraga rutin

Pembatasan obat-obatan yang


Melakukan tes darah dan USG
berbahaya bagi hati (hepatotoksi) dan
setiap 6bln
Ginjal (nefrotoksik)

Melakukan transplantasi hati ketika kondisi Hindari obat-obat anti-peradangan nonsteroid,


hati sudah tidak memungkinkan untuk nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs,
diobati sebagai langkah terakhir dari contohnya ibuprofen)
penanganan
1
3
The End….

Continued the
Dicussion Forum
at
e-
Learning.bku.ac.id

Thank You !!
1
4

Anda mungkin juga menyukai