Anda di halaman 1dari 7

HUKUM TRANSFUSI DARAH

MENURUT PANDANGAN
ISLAM
Oleh
1. Faiqoh Febrianti
2. Irma Nugraheni
3. Ngainun Ngulumiah
4. Retno Tristanti
PENGERTIAN
Donor darah adalah suatu kegiatan pemberian atau sumbangan
darah yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja dan
sukarela kepada siapa saja yang membutuhkan transfusi darah.
Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood
Transfution” yang artinya memasukkan darah orang lain ke
dalam pembuluh darah orang yang akan ditolong. Hal ini
dilakukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang karena
kehabisan darah. Menurut Asy-Syekh Husnain Muhammad
Makhluuf merumuskan definisinya sebagai berikut:
‫ ْنقَا ِذ‬9‫ْص ِال‬ ْ ‫َلى‬99‫ْح ِإ‬
ِ ‫ل َم ِري‬99‫ا‬ ِ ‫لص‬99‫ ِم َنا‬9‫نَ ْقلِ ِه‬999‫ ِ ْنإل َس ِان ِب‬99‫ ْا‬9‫ َد ِم‬999‫تِفَا ُع ِب‬9 ‫ ِإل ْن‬99‫ج ُه َو ْا‬
ِ ‫َّحي‬ ِ ‫ ْل ِع َال‬99‫ ِل‬9‫ل َّد ِم‬99‫ ْق ُلا‬9 َ‫ن‬
9ِ ‫َحيَاتِه‬
Yang artinya “Transfusi darah adalah memanfaatkan darah
manusia, dengan cara memindahkannya dari (tubuh) orang
yang sehat kepada orang yang membutuhkannya, untuk
mempertahankan hidupnya.
Alasan dilakukan Transfusi Darah

Manusia tidak dapat hidup tanpa darah karena semua jaringan


tubuh memerlukan darah. Otak manusia membutuhkan darah yang
mencukupi dan teratur. Jika tidak menerima darah dalam tempo
lebih dari empat menit, maka sel otak akan mati. Salah satu manfaat
donor darah adalah bahwa darah dari pendonor dapat
menyelamatkan jiwa orang lain secara langsung.
Transfusi darah menurut Islam
Pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk najis menurut hukum Islam.
Maka agama Islam melarang mempergunakannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tetapi bila berhadapan dengan hajat manusia untuk mempergunakannya dalam keadaan darurat,
sedangkan sama sekali tidak ada bahan lain yang dapat dipergunakan untuk menyelamatkan nyawa
seseorang maka najis itu boleh dipergunakannya hanya sekedar kebutuhan untuk mempertahankan
kehidupan; misalnya seseorang menderita kekurangan darah karena kecelakaan, maka hal itu dibolehkan
dalam Islam untuk menerima darah dari orang lain, yang disebut “transfusi darah”. Hal tersebut, sangat
dibutuhkan (dihajatkan) untuk menolong seseorang dalam keadaan darurat, sebagaimana firman Allah swt
dalam surah al-Baqarah (2) ayat 173, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang (yang
ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya” …
Pandangan islam menerima darah dari non Muslim / sebaliknya

Para ulama menyatakan bahwa tubuh manusia, kafir atau muslim, tidak termasuk benda
najis. Kalau pun ada ungkapan di dalam Alquran tentang kenajisan orang kafir, maka para
ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan najis di dalam ayat itu bukan najis secara hakiki,
namun najis secara majazi.
Karena melihat konteks ayat itu yang sedang menjelaskan keharaman orang kafir memasuki
wilayah tanah haram di Makkah. Maka ketika orang-orang musyrik itu dikatakan najis, adalah
makna majazi.
Seolah-olah mereka itu benda najis yang tidak boleh memasuki wilayah yang suci. Tapi pada
hakikatnya tubuh orang kafir bukan benda najis. Buktinya mereka tetap dibolehkan masuk ke
dalam masjid-masjid mana pun di dunia ini, kecuali masjid di tanah haram
Maka hukum darah orang kafir yang dimasukkan ke dalam tubuh
seorang muslim tentu bukan termasuk benda najis. Ketika darah itu
baru dikeluarkan dari tubuh, saat itu darah itu memang najis. Dan
kantung darah tentu tidak boleh dibawa untuk shalat, karena
kantung darah itu najis.
Namun begitu darah segar itu dimasukkan ke dalam tubuh
seseorang, maka darah itu sudah tidak najis lagi. Dan darah orang
kafir yang sudah masuk ke dalam tubuh seorang muslim juga tidak
najis. Sehingga hukumnya tetap boleh dan dibenarkan ketika
seorang Muslim menerima transfusi darah dari donor yang tidak
beragama Islam.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai