Anda di halaman 1dari 27

PROBLEMATIK dan

PENATALAKSANAAN FISOTERAPI
LANSIA PADA SISTEM
MUSKULOSKELETAL
GANGGUAN PADA PERESNDIAN
DAN JARIGAN LUNAK
 OA
 RA
 BURSITIS
 GOUT
 ARTRITIS SEPTIK
GANGGUAN TULANG METABOLIK
 OSTEOPOROSIS
GANGGUAN MUSKULAR
 PRIMER MUSKULAR
 DERMATOMIOSITIS
 POLIMIOSITIS
Gangguan pada sistem
muskuloskeletal
 Berupa gangguan fungsional pada
klien lansia
 Berujung pada disabilitas 
deformitas
Diagnosa gangguan muskulosk
 Informasi riwayat penyakit
 Hasil pemeriksaan fisik
 Data / pemeriksaan laboratorium
Keluhan utama klien
 Rasa nyeri : lokasi, sifat (regional/difus),
pola (artikular/non), perjalanan
waktu/terjadi, kaitan dengan gangguan lain
(proses inflamasi)
 Pemeriksaan terhadap keseluruhan sistem :
- gejala bengkat tidak disertai nyeri
- gangguan gerakan oleh karena proses
inflamasi
- pemeriksaan khusus (melalui palpasi &
gerakan) : nyeri tekan, deformitas,
oedema, penurunan gerakan, keterbatasan
ROM dll
 Pemeriksaan yang berorientasi pada kinerja :
- uji kekuatan genggaman & memegang benda (alat
makan/tulis)
- kemampuan mengangkat tangan melewati kepala
- kemampuan membungkuk, menyentuh
kaki/mengambil benda di lantai
- bangkit dari kursi
- mempertahankan keseimbangan tubuh
- memulai dan mempertahankan langkah
- menaiki tangga, berjalan 5 menit dll

 Pemeriksaan laboratorium
3 prinsip mengatasi problematik
peny. muskuloskelatal
 Terapi ditujukan secara spesifik untuk
pemulihan fungsi dan perbaikan
kualitas hidup
 Klien dan keluarga terlibat secara
aktif dalam pengambilan keputusan
dalam mengarahkan tujuan spesifik
terapi
 Cara pendekatan multifaset
OSTEOARTRITIS
 INSIDENSI
- OA :Peny sendi yang paling sering ditemukan
- 1/3 dari orang yang berusia > 35 th, bukti Ra.  OA dengan
prevalensi yang terus meningkat sd usia 80 th.
- OA salah satu penyebab utama  disabilitas untuk usia > 65 th
- STIEGLITZ, di AS 70 % orang tua menderita OA, causa
(mikroskopis):
- penipisan kartilago
- kartilago tak elastisitas
- lapisan epitel menipis
- mengandung jaringan kolagen
- SIELBERG, causa :
- kartilago sendi mengalami penyusutan : bentuk, ukuran,
jumlah proteoglikan, jumlah cairan.
- kehilangan fungsi penyangga BB
 ETIOLOGI
 ETIOLOGI
- tidak jelas  memperlihatkan gambaran klinis
- mal nutrisi  penurunan asupan kalsium
- gangguan resorbsi/malabsorbsi kalsium, vitamin D
- hilangnya faktor stimulasi :gaya berat, tarikan
otot/kontraksi otot, aktivitas menurun/imobilisasi
lama tanpa perubahan posisi
- predisposisi : proses penuaan, obesitas, trauma,
kelainan endokrin (mis DM) dll
 KELUHAN DAN GEJALA
diklasifikasi :
- OA primer
- OA sekunder
OA PRIMER
 Penyebab tidak jelas
 Perkembangan nyeri sendi lambat dan bersifat
intermiten
 Serangan nyeri menetap
 Kadang dengan keterbatasan / menurun ROM
 Deformitas sendi
 Nyeri reda bila istirahat
 Nyeri terasa bila beraktifitas
 Tidak disertai gejala-gejala inflamasi
 Sendi yang biasa kena : interfalang distal dan
proksimal, karpometakarpal I, vertebrae cervicalis
dan lumbalis, hip, knee, jari kaki
OA SEKUNDER
 Causa jelas, mis. Trauma, peny. Metabolik,
artritis, inflamasi dll
 Terapi tergantung causa dan kondisi
 Nyeri sendi saat aktivitas
 Kaku sendi pada pagi hari, dengan aktifitas
menjadi lebih ringan
 Oedema  gerakan menjadi terbatas
 Radiologi : osteofit, sklerosis,
berkurangnya rongga sendi yang
asimetris / degenerasi cartilago.
Akibat lanjut gangguan muskl.
 Bentuk organ tubuh
 Nyeri pinggang
 Fraktur cartilago costa
 Fraktur ekstremitas
 Perubahan tinggi badan
 Perubahan kurve ke anterior/kiposis
 Perubahan sangkar thorax ke anterior
Penanganan / Terapi
 Dukungan psikologis & edukasi pasien
 FISIOTERAPI
 Terapi farmakologi (medis)
 Pembedahan :
- artroskopi – osteotomi
- artroplasti
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
 Anamnese
 Pemeriksaan
 Diagnosa Fisioterapi
 Tujuan
 Rencana Terapi
 Intervensi Fisioterapi
 Penatalaksanaan Fisioterapi
 Evaluasi
Inventarisasi
Permasalahan pada OA
 Nyeri dan kaku sendi
 Menurunnya kekuatan dan endurance
 Oedema
 Menurunnya ROM
 Obesitas
 Menurunnya stabilitas sendi
 Spasme
 Fraktur
 Radang
 Permasalahan paska operasi
 Gangguan berjalan
 Gangguan membungkuk dll
REMATOID ARTHRITIS
 Inflamasi jaringan sinovial persendian diarthroid  hiperplastik + infiltrasi
(limfosit dan sel-sel plasma)
 Zat pengantara inflamasi (dalam cairan sinovial) :
- Interleukin 1
- Prostaglandin
- Imunoglobulin
 Penyakit kronik, sifat multi resisten
 Etiologi : belum diketahui
 Sifat khas :
- peradangan sinovial menetap
- menyerang sendi kecil dan perifer secara simetris
- radiologi :
- pembengkakan jaringan lunak  hipertropi sinovial  efusi sendi
- osteoporosis periartikuler
- spasme sendi  destruksi cartilago
- erosi tulang  deformitas….
INVENTARISASI
PERMASALAHAN KLIEN RA
 Nyeri (sendi dan otot), akut/kronis
 Berkurangnya LGS/ROM
 Berkurangnya stabilitas sendi
- Statik  ligamentum, tendon, kapsul sendi
- Dinamis  otot penggerak
 Deformitas
 Menurunnya kekuatan dan ketahanan otot
 Radang sendi
 Nyeri myofacial
PROBLEM REHABILITASI LANSIA
 Mobilisasi sendi
modifikasi alat bantu sesuai lingkungan
aktifitas
 ADL
 Aspek psikososial
- lansia rendah diri  ok tidak dapat
melakukan aktivitas.
- psikis labil  mudah emosi
- perilaku kekanak-kanakan, minta
perhatian berlebihan.
 Aspek kekaryaan
PRINSIP TERAPI
 Mencegah deformitas
 Latihan, toleransi pasien
 Latihan breathing
 Latihan : dari proximal  distal
 Istirahat / bed rest dibatasi
 Interaksi dengan klien dan keluarga
 Intervensi modalitas bila diperlukan
HEEL SPUR SYNDROM
 Osifikasi pada tuber calcanei  bentuk seperti jalu, apexnya masuk dalam aponeurosis
plantaris
 Etiologi : sering asymtomatis
 Gejala yang kadang dijumpai :
- Nyeri tekan pada procesus medialis tuberis calcanei
- Ro : ada jalu
- Nyeri pada waktu dipijakkan / tidak
- Pemendekan arcus kaki
- Pasien berjalan dengan pemukaan lateral kaki
- Spasme otot tibialis anterior
- Arhytmic gait waktu berjalan
- oedema -
 Fisioterapi :
- Deep tissue heating
- US
- Exercise :
- Toleran stretch plantaris
- Stretch achiles tendon
- Koreksi jalan
- Sepatu khusus
- Alas kaki tidak keras
SPONDYLOSIS
 Variasi kondisi degenerasi pada spine
 Ada riwayat cidera sendi
 Gejala khas :
- Nyeri sendi
- Stiffness
- Sprain
- Inflamasi
 Ro : gambaran proses degenerasi & penyempitan ruang discus
 Adanya kelemahan sesuai level (sering terjadi pada VC5 dan VL4-5)
 VC5 : - nyeri lokal, kaku leher
- Nyeri radikuler  bahu, lengan
- Paraesthesia jari-jari : weakness
- Vertigo, gangguan visus (diplopia) : Kollaps
 VL4-5 : - nyeri lokal
- refered pain
- weakness
 Gerakan aktif dan pasif bisa terbatas
 Tidak semua keluhan dapat ditemukan
GOUT
 Keadaan hiperurikemia  tidak seimbang antara produksi endogen
asam urat dan ekresi urat lewat ginjal
 Laki-laki : usia pertengahan, perempuan : paska menopause
 Batas atas kadar asam urat serum :
- Laki-laki : 7 mg/dL
- Perempuan : 6 mg/dL
 Onset penyakit gout :arthritis inflamasi, paska trauma, pembedahan
 Sendi metatarsophalangeal ibu jari kaki : sendi ankle, knee, wrist,
elbow, jari-jari tangan, bursa olekranon
 Gejala khas : - Febris s/d 390 C
- Nyeri tekan hebat
- Tak mampu menggerakkan sendi
- Morning stiffness
- Pegal di sendi, terkadang ada pembentukan topus
- Sinar Ro : Penumpukan Na urat pada jaringan lunak
dan periartikular
TRIGGER FINGER
 Salah satu contoh dari Teno synoviis / Teno vaginitis
 Etiologi : Idiopatik, trauma (tenosynovitis traumatik),
infeksi (tenosynovitis infection).
 Vagina tendineum  peradangan kronik  mudah
mengalami penebalan  menjepit tendon yang
melewati  stenosing tenosynovitis / tendovaginitis.
 Gambaran klinik : bila jari tangan dalam keadaan flexi
(menggenggam)  diextensikan : macet / tetap flexi
(prox IP), bila dipaksakan extensi pasif terasa nyeri
dan terdengar “klik”.
 Causa : ada nodulus tendon otot (IP s/d setinggi
caput os metacarpal) terjebak dalam dalam
retinakulum (tendonnya melewati retinakulum).

Anda mungkin juga menyukai