Anda di halaman 1dari 8

KORUPSI DI INDONESIA

Kelompok 8
1. Marza Lena (18.01.01.022)
2. Putri Leila Andini (18.01.01.033)
3. Rizky Mega Ayu (18.01.01.036)
4. Siska (18.01.01.039)
5. Tarisa Sundari (18.01.01.041)
Pengertian Korupsi
• Kata Korupsi berasal dari bahasa
latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik
atau menyogok.
• Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah
tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan,  dan merugikan kepentingan
umum.
Sejarah Korupsi di Indonesia
Korupsi di Indonesia sebenarnya sudah ada pada saat masa penjajahan,

praktek korupsi telah mulai masuk dan meluas ke dalam sistembudaya sosial-

politik bangsa kita. Budaya korupsi telah dibangun oleh para penjajah

kolonial (terutama oleh Belanda) selama 350 tahun. Budaya korupsi ini

berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal yang sengaja dijadikan badut

politik oleh penjajah, untuk menjalankan daerah adiministratif tertentu,

semisaldemang (lurah), tumenggung (setingkat kabupaten atau provinsi), dan

pejabat-pejabat lainnya yangnotabene merupakan orang-orang suruhan

penjajah Belanda untuk menjaga dan mengawasi daerah territorial tertentu.


Jenis-jenis Korupsi

Ada dua jenis korupsi yaitu :

1.  Adminstrative Coruption dimana segala sesuatu yang dijalankan


adalah sesuai dengan hukum/peraturan yang berlaku. Akan tetapi
individu-individu tetentu memperkaya dirinya sendiri. Misalnya
proses rekruitmen pegawai negeri,dimana dilakukandalam
negeri,dimana dilakukan ujian seleksi mulai dari seleksi administratif
sampai ujian pengetahuan atau kemampuan,akan tetapi yang harus
diluluskan sudah tertentu orangnya.
2.Against The Rule Corruption

Artinya korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya bertentangan dengan hukum, misalnya

penyuapan, penyalahgunaan jabatan untuk memperkaya dirisendiri atau orang lain atau

korporasi.C. Data KorupsiPer 31 Oktober 2014, KPK melakukan penyelidikan 73 perkara,

penyidikan 49 perkara, penuntutan 37 perkara, inkracht 34 perkara, dan eksekusi 40 perkara.

Dandengan demikian, maka total penanganan perkara tindak pidana korupsi dari tahun2004-

2014

adalah penyelidikan 658 perkara, penyidikan 402 perkara, penuntutan314 perkara, inkracht

277 perkara, dan eksekusi 287 perkara.


Latar Belakang Terjadinya Korupsi
1. Moral dan Mental Pelaku.

2. Minimnya Pengetahuan Tentang Hukum.

3. Minimnya Penghasilan/Penghasilan Tidak sebanding dengan Kebutuhan.

4. Adanya Peluang Karena Lemahnyapengawasan.

5. Lemahnya Sanksi Pidana Yang dijatuhkan hakim.


6. Struktur Dan Sistem Birokrasi Sertamanajemen Yang Kurang Baik.
7. Modernisasi.
8. Kepentingan Politik.
Dasar Hukum Korupsi
1. UU No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 
2. UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelengaraan Negara yang Bersih dan BebasKKN.
3. UU No. 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

4. UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.


5. Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 tentang Penyelengaraan Negara yang Bersihdan Bebas KKN.

6. UU No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.


7. UU No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi(KPK).

8. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2004 tentang PercepatanPemberantasan


Korupsi.

9. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat
dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 

10. Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber.


Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
1. Mewajibkan pejabat publik melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik
sebelum dan sesudah menjabat. Masyarakat ikut memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah
kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan
melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya ke orang lain.
2.Memberi hak kepada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadapinformasi. Perlu dibangun
sistem dimana masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi sehubungan
dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
3. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus dimulai dari diri sendiri darihal-hal yang kecil dan
mulai hari ini agar setiap daerah terbebas darikorupsi.
4.Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau
kegiatan pemberantasan korupsi agar diketahui capaian yang telah dilakukan.Melalui pemantauan
dan evaluasi dapat dilihat strategi atau program yangsukses dan gagal. Program yang sukses
sebaiknya silanjutkan, sementarayang gagal dicari penyebabnya.

Anda mungkin juga menyukai