Anda di halaman 1dari 21

Trauma Abdomen

Oleh : Ervinarto Pawellangi,S.Kep.,Ns


PENDAHULUAN

Di Indonesia  paling banyak terjadi umur di bawah 45


tahun

Lebih 50% aibat dari KLL, yg lain terjatuh, luka tembak,


luka tusuk, luka bakar

Rongga abdomen : rongga yg diliputi dengan otot dan


jaringan ikat yg rentan oleh trauma.
Konsep Medis
 Trauma adalah cedera fisik dan psikis,
kekerasan yang mengakibatkan cedera.
 Trauma abdomen didefenisikan sebagai
kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan
oleh luka tumpul atau luka tusuk (tajam).
 Trauma abdomen adalah cedera pada
abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus yang dilakukan secara sengaja maupun
tidak sengaja
Etiologi dan Klasifikasi
 Trauma tembus ( trauma abdomen
dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum), disebabkan oleh :
 Luka tusuk
 Luka tembak
Lanjutan……..
 Trauma tumpul, disebabkan oleh :
 Pukulan
 Benturan
 Ledakan
 Kompresi atau sabuk pengaman (set – belt)
Manifestasi Klinis
Trauma tembus :
 Nyeri
 Perdarahan dan pembekuan darah
 Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
 Kematian sel
 Kontaminasi bakteri
Trauma tumpul :
 Memar / jejas pada dinding perut
 Kehilangan darah
 Nyeri tekan, nyeri lepas
 Kerusakan organ – organ
 Kekakuan (rigidity) dinding perut
 Iritasi cairan usus
3 hal yg menimbulkan
kegawatdaruratan :

1. Perdarahan akibat trauma


hepar, limfa,
pembuluh darah besar,
mesocolon,
kerusakan organ retro
peritonial
2. Peritonitis oleh isi usus
yg keluar
3. Diseminasi urine karena
kerusakan ginjal dan
kandung kemih
Komplikasi
 Komplikasi akut
 Hemoragi
 Syok
 Cedera
 Komplikasi kronik : Infeksi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto toraks
untuk melihat apakah ada kelainan di toraks
2. Pemeriksaan darah rutin
- hb & hemotokrit  melihat perdarahan
- lekosit > 20.000 tanpa infeksi curiga
perdarahan
3. Foto abdomen tegak
untuk melihat udara bebas, corpus alineum 
gambaran usus
4. Pemeriksaan urine rutin
untuk menilai adanya perlukaan di saluran
kemih,  bila ditemukan hematuri
5. IVP (Intravenous Pielografi)
untuk menilai kerusakan di ginjal
6. DPL (diagnostic Peritonial Lavage)
untuk menentukan adanya perdarahan di rongga
peritonium
7. USG dan CT scan
USG dapat melihat cairan bebas rongga
peritonium
8. Pem. Khusus : laparaskopi
Penatalaksanaan Awal

 Penilaian awal dilakuakan prosedur ABC jika


ada indikasi :
Airway
Breathing
Circulation

Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma


tumpul)
 Stop makanan dan minuman
 Imobilisasi
 Bawa ke RS
 Penetrasi (trauma tajam)

 Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis
 Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan
kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga
tidak memperparah luka.
 Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.
 Imobilisasi pasien
 Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
 Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekan
 Bawa ke rumah sakit
1 3

2 4
PENANGANAN MEDIS

1. Abdominal Parancentesis  adanya


perdarahan dalam rongga peritoneum 
indikasi laparatomi
2. Pemeriksaaan Laparoskopi 
etiologi/penyebab.
3. Pemasangan NGT  memeriksa cairan yang
keluar dari lambung pd tr. Abdomen.
4. Pemberian Antibiotik  cegah infeksi.
5. Tindakan Operatif : Laparatomi.
Diagnosa Keperawatan
 Kekurangan Cairan Tubuh b/d adanya perdarahan
 Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan
 Gangguan Mobilitas fisik b/d kelemahan fisik
 Resiko infeksi b/d tindakan pembedahan
 Ansietas b/d krisis situasi dan perubahan status
kesehatan

Anda mungkin juga menyukai