Anda di halaman 1dari 23

Asuhan Keperawatan

TBC Pada Anak


Nama kelompok
1. Desi Rahmawati S
2. Gilang Ramandhani N
3. Liedya Fitriani
4. Rhena Fitriyani R
5. Rias Sri Utami
Pengertian

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang bersifat sistemik, yang
dapat bermanifestasi pada berbagai organ, terutama paru. Sifat sistemik ini
disebabkan oleh penyebaran hematogen dan limfogen setelah terjadi infeksi
Mycobacterium tuberculosis. Data insidens dan prevalens tuberkulosis anak tidak
mudah dengan penelitian indeks tuberkulin dapat diperkirakan angka kejadian
prevalens tuberkulosis anak
Etiologi
 Merokok pasif : Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga meningkatkan
risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah fungsi sel, misalnya dengan menurunkan tingkat
kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan kemampuan penyerapan sel dan pembuluh darah
(Reuters Health, 2007).
 Faktor Risiko TBC anak
 Resiko infeksi TBC : Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat.
Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang
dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang
positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer,
batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi
udara yang tidak baik.
 Resiko Penyakit TBC : Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur).
Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada
bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia
1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%.
Patofisiologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di
kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada
di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya
mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).

patofisiologi penyakit tuberkulosis pada anak terdiri atas :


1.  Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat
kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga
sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman
TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer predileksinya disemua
lobus, 70% terletak subpelura. Fokus primer dapat mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau
penyebaran lebih lanjut. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar
4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif
menjadi positif. Setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya
tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TBC2. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu
yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
2.   TBC Pasca Primer (Post Primary TBC) TBC biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas
dari TBC pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Pathway
Klasifikasi

 1.      Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis


 2.      Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
 3.      Tuberkulosis pada sistem saraf
 4.      Tuberkulosis pada organ-organ lainnya
 5.      Tuberkulosis millier.
Manifestasi Klinis
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
 Demam
 Malaise
 Anoreksia
 Penurunan berat badan
 Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu minggu sampai berbulan
– bulan)
 Peningkatan frekuensi pernapasan
 Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
 Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
 Demam persisten
 Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan
Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
 Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya
jalan napas.
 Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial.
 Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10
mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan
infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti
menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan
oleh mycobacterium yang berbeda.
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa
menunjukan nekrosis.
8. Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex
;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat
tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen
sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural (TB paru kronis luas).
Penatalaksanaan Medis

Pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka


waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya
penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam pengobatan
tuberculosis yang berdasarkan pada :
1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap
mikroorganisme.
2. Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk
menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang
paling singkat.
Asuhan keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data pasien: Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari usia
anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapa pun, namun usia
paling umum adalah 1– 4 tahun.
2. Riwayat kesehatan
3. Keluhan yang sering muncul antara lain:
 Demam: subfebris, febris (40-410C) hilang timbul.
 Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus.
 Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-
paru.
 Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
 Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam.
 Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelektasis.
 Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular.
B. Pemeriksaan Fisik
 Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi
interkostal dan fibrosa.

C. Pemeriksaan Penunjang
 Sputum Kultur Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan
Mycrobacterium Tuberculossepada stadium aktif.
 Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif
mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan infeksi lam dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
 Darah: leukositosis, LED meningkat.
Diagnosa Keperawatan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret


2) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan proses infeksi
3) Hipertermia behubungan dengan dehidrasi
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret.
 Tujuan : Anak menunjukkan jalan nafas yang efektif.
 Intervensi :
1) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tidak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, misal krekels, mengi.
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Bunyi napas bronkhial dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronkhi dan
mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respons terhadap
pengumpulan cairan/sputum.
2) Mengkaji ulang tanda-tanda vital (irama dan frekuensi,s erta gerakan dinding dada)
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris terjadi
karena ketidaknyaman gerakan dinding dada dan atau cairan paru-paru
3) Bantu pasien latihan napas sering dengan cara meniup balon atau terapi benam.
Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada
dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
Rasional : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru/jalan napas lebih kecil.
Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami membantu silia untuk
mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan
posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.
4) Penghisapan sesuai indikasi
Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien
yang tidak mampu melakukan karena batuk tidak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat dari
pada dingin.
Rasional : Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
6) Berikan cairan tambahan, misalnya IV, oksigen humidifikasi .
Rasional : Cairan diperlkukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk yang tidak
tampak) dan memobilisasikan sekret.
7) Memberikan obat yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas (seperti bronchodilator)
Rasional : alat untuk menurunkan spasme bronkhus dengan memobilisasi sekret, obat
bronchodilator dapat membantu mengencerkan sekret sehingga mudah untuk dikeluarkan.
2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan proses infeksi.
 Tujuan : Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dispnea.
 Intervensi :
1) Berikan oksigen humidifier bagi anak dengan dispnea
Rasional : Dispnea masih dapat terjadi, hingga pemberian obat kemoterapetik
dimulai untuk mendapatkan efeknya, oksigen humidifier mengurangi dispnea dan
meningkatkan oksigenasi
2) Tinggikan bagian kepala tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala menyebabkan otot diagframa mengembang
3) Berikan obat batuk ekspektoran sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Ekspektoran membantu melepaskan mucus.
3. Hipertermia behubungan dengan dehidrasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
masalah hipertermi teratasi
Kriteria hasil:
 Suhu 360-370C
 Tidak ada keluhan demam
 Turgor kulit kembali > 2 detik - Tanda-tanda vital dalam rentang normal intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vita terutama suhu
Rasional: untuk memantau peningkatan suhu tubuh pasien
2) Monitor intake dan output setiap 8jam
Rasional: untuk mengatasi dehidrasi
3) Berikan kompres hangat
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh
4) Anjurkan banyak minum
Rasional: untuk mengatasi dehidrasi
5) Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional: agar sirkulasi udara ke tubuh efektif
6) Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik
Rasional: mengatasi dehidrasi dan menurunkan suhu tubuh
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
 Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi
 Intervensi :
1) Kaji nafsu makan anak dan fasilitasi anak dengan menyediakan makanan yang
menarik dan hangat.
Rasional : Dapat menjadi dasar dalam melakukan pendekatan pada anak saat
memberi makan sehingga anak akan dapat meningkatkan nafsu makannya.
2) Ijinkan anak untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak
meningkat.
Rasional : memungkinkan anak akan mengkomsumsi makanan ektra sebagai
tambahan suplay nutrisi.
3) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi.
Rasional : dalam mengobati penyakit tuberkulosis diperlukan gizi yang cukup
sehingga pemberian makanan dengan diet tinggi protein dan kalori sangan
diperlukan.
4) Kolaburasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral
tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.
Rasional : pemberian makanan parenteral sangat perlu dilakukan jika anak tidak
menelan makanan atau muntah yang terus menerus.
5) Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan dan
membran mukosa)
Rasional : indikator penilaian status nutrisi dapat menentukan jumlah nutrisi yang
dibutuhkan oleh anak.
6) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi kecil
tetapisering.
Rasional : porsi kecil tetapi sering memungkinkan anak dapat mengkomsumsi makanan
dengan cukup.
7) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama.
Rasional : untuk memantau status gizi atau perbaikan gizi anak.
8) Mempertahankan kebersihan mulut anak.
Rasional : dapat meningkatkan nafsu makan anak.
9) Menjelaskan pentingnya intake nutrsisi yanga dekuat untuk penyembuhan penyakit.
Rasional : pendidikan kesehatan tentang nutrisi akan membuat orang tua dapat
berpartisipasi dalam memberikan gizi yang baik bagi anaknya.
TERIMA KASIH...

Anda mungkin juga menyukai