Anda di halaman 1dari 108

KETENTUAN UMUM DAN

TATA CARA PERPAJAKAN


Disusun Oleh: Tim Dosen Brevet Pajak Batam (2020)
APA YANG AKAN KITA BAHAS?
KEWAJIBAN MENDAFTAR DIRI DAN MELAPORKAN
01 USAHA

PEMBUKUAN DAN PENCATATAN


02
PEMBAYARAN PAJAK
03
PELAPORAN PAJAK
04
PEMERIKSAAN PAJAK
05
APA YANG AKAN KITA BAHAS?
SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT TAGIHAN
06 PAJAK

PENAGIHAN PAJAK
07
UPAYA HUKUM DI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
08
UPAYA HUKUM DI PENGADILAN PAJAK DAN
09 MAHKAMAH AGUNG

10
KEWAJIBAN MENDAFTAR
DIRI DAN MELAPORKAN
USAHA
KEWAJIBAN NPWP
MEMENUHI SYARAT SUBJEKTIF
persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai
01 subjek pajak dalam Undang­-Undang Pajak Penghasilan
1984 dan perubahannya

MEMENUHI SYARAT OBJEKTIF


02 persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan
Undang­Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya
KETENTUAN MENGENAI NPWP
 NPWP merupakan sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak, bukan untuk menentukan saat
terutangnya pajak atau saat mulai harus melaporkan pajaknya
 Setiap Wajib Pajak, baik orang pribadi maupun badan hanya diberikan satu NPWP,
sepanjang hidupnya, walaupun domisilinya berpindah ­pindah. Dalam hal berhubungan
dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan mencantumkan NPWP yang
dimilikinya.
 Wajib Pajak yang sudah mendaftarkan diri akan memperoleh NPWP yang secara fisik
berupa kartu NPWP dan SKT yang berisi kewajiban perpajakan Wajib Pajak
 Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan perpajakan
YANG WAJIB MENDAFTARKAN DIRI
Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah (yang
01
tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh penghasilan di atas PTKP)
karena:
a. hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
b. menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta;
atau
c. memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak
YANG WAJIB MENDAFTARKAN DIRI
Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah (yang
02
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas) karena:
a. hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
b. Menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta;
atau
c. memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya meskipun
tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan
dan harta, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
YANG WAJIB MENDAFTARKAN DIRI
Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong
03
dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang­undangan perpajakan,
termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak
dan gas bumi;

Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau
04 pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang­ undangan perpajakan, termasuk
bentuk kerja sama operasi (Joint Operation); dan

Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan
05
peraturan perundang­undangan perpajakan
KEWAJIBAN NPWP WANITA KAWIN
DAN ANAK BELUM DEWASA
Pada prinsipnya sistem administrasi perpajakan di Indonesia menempatkan keluarga
sebagai satu kesatuan ekonomis, sehingga dalam satu keluarga hanya terdapat satu
NPWP. Dengan demikian, wanita kawin yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak
dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya dan anak yang belum dewasa,
harus melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan NPWP
suami atau kepala keluarga
KEWAJIBAN NPWP WARISAN
YANG BELUM DIBAGI
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak dalam
kedudukannya sebagai subjek pajak menggunakan NPWP dari orang pribadi yang
meninggalkan warisan tersebut dan diwakili oleh salah seorang ahli waris, pelaksana
wasiat, atau pihak yang mengurus harta peninggalan.
Wakil dari Wajib Pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan wajib melaporkan
perubahan data ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar bahwa Wajib Pajak sudah meninggal
dunia sehingga nantinya subyek pajak berubah namanya menjadi warisan yang belum
terbagi tetapi NPWP­nya masih menggunakan NPWP almahum/almahumah, tetapi dalam
menghitung PPh­nya tidak mendapat pengurang PTKP
CARA PENDAFTARAN NPWP
DAN PELAPORAN PKP

MANUAL KE KPP E-REGISTRATION


Dengan mengajukan permohonan Permohonan pendaftaran
tertulis, dengan mengisi dan dilakukan secara elektronik pada
menandatangani Formulir Aplikasi e-Registration yang
Pendaftaran Wajib Pajak dan harus tersedia pada laman DJP di
melengkapi formulir pendaftaran www.pajak.go.id dan dianggap
tersebut dengan dokumen yang telah ditandatangani secara
disyaratkan elektronik atau digital dan
mempunyai kekuatan hukum
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN NPW
P
Wajib Pajak/Pengusaha Kena
No Jangka Waktu
Pajak
1. Wajib Pajak orang pribadi yang paling lama pada akhir bulan
tidak menjalankan usaha atau berikutnya setelah
tidak melakukan pekerjaan bebas penghasilan Wajib Pajak
2. Wajib Pajak orang pribadi yang paling lambat satu bulan
menjalankan usaha atau setelah saat usaha, atau
melakukan pekerjaan bebas pekerjaan bebas nyata­nyata
(termasuk wanita kawin yang mulai dilakukan
dikenai pajak secara terpisah
3. Wajib Pajak badan wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP paling
lambat satu bulan setelah
saat pendirian
4. Bendahara yang ditunjuk sebagai paling lambat sebelum
pemotong dan/atau pemungut melakukan pemotongan
pajak dan/atau pemungutan pajak
DOKUMEN SYARAT PEMBUATAN NPWP
Wajib Pajak orang pribadi, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
01
dan Wajib Pajak orang pribadi berupa:
a. fotokopi KTP bagi Warga Negara Indonesia; atau
b. fotokopi paspor, fotokopi KITAS atau KITAP, bagi Warga Negara Asing.
DOKUMEN SYARAT PEMBUATAN NPWP
Wajib Pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas berupa:
02
a. fotokopi KTP bagi WNI, atau fotokopi paspor, fotokopi KITAS atau KITAP, bagi WNA,
dan fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
Pejabat Pemerintah Daerah sekurang­ kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau
lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/bukti pembayaran listrik; atau
b. fotokopi e­KTP bagi WNI dan surat pernyataan di atas meterai dari Wajib Pajak orang
pribadi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan benar­benar menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas.
DOKUMEN SYARAT PEMBUATAN NPWP
Wajib Pajak badan yang berorientasi pada profit (profit oriented) berupa:
03
a. fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan
dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha
tetap;
b. fotokopi Kartu NPWP salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan surat keterangan
tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang­ kurangnya Lurah atau Kepala
Desa dalam hal penanggung jawab adalah WNA;dan
c. fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah
Daerah sekurang­kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari
Perusahaan Listrik/bukti pembayaran listrik.
DOKUMEN SYARAT PEMBUATAN NPWP
Wajib Pajak badan yang tidak berorientasi pada profit (non profit oriented)
04
berupa:
a. fotokopi e­KTP salah satu pengurus badan atau organisasi; dan
b. surat keterangan domisili dari pengurus RT/RW.
DOKUMEN SYARAT PEMBUATAN NPWP
Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau
05
pemungut pajak, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint Operation) berupa:
a. fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation);
b. fotokopi Kartu NPWP masing­-masing anggota Joint Operation yang diwajibkan untuk
memiliki NPWP ;
c. fotokopi Kartu NPWP orang pribadi salah satu pengurus Joint Operation, atau fotokopi
paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemda sekurang­-kurangnya
Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah WNA;
d. fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan atau surat keterangan tempat kegiatan
usaha dari Pejabat Pemda sekurang-­kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
DOKUMEN SYARAT PEMBUATAN NPWP
Bendahara sebagai Wajib Pajak pemotong dan/atau pemungut pajak berupa:
06
a. fotokopi surat penunjukan sebagai Bendahara; dan
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk.

Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
07 berupa:
c. fotokopi Kartu NPWP pusat atau induk;
d. surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak Badan; dan
e. fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang
atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang­kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
DOKUMEN SYARAT PEMBUATAN NPWP
Wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena menghendaki secara tertulis
08
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, dan wanita kawin yang memilih
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus
dilampiri dengan:
a. fotokopi Kartu NPWP suami;
b. fotokopi Kartu Keluarga; dan
c. fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat pernyataan
menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari
hak dan kewajiban perpajakan suami.
PENGHAPUSAN NPWP
diajukan permohonan penghapusan Wajib Pajak badan dilikuidasi karena
NPWP oleh Wajib Pajak dan/atau ahli penghentian atau penggabungan usaha
warisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau dianggap perlu oleh Dirjen Pajak untuk
objektif menghapuskan NPWP dari Wajib Pajak
yang sudah tidak memenuhi persyaratan
Wajib Pajak bentuk usaha tetap subjektif dan/atau objektif sesuai dengan
menghentikan kegiatan usahanya di ketentuan peraturan perundang­
Indonesia undangan perpajakan
wanita yang sebelumnya telah memiliki
NPWP dan menikah tanpa membuat
Permohonan penghapusan dapat
perjanjian pemisahan harta dan juga dilakukan secara elektronik
penghasilan.64 Penghapusan NPWP dengan mengisi Formulir
bagi Wajib Pajak wanita dapat dilakukan Penghapusan NPWP pada Aplikasi
dalam hal suami dari wanita tersebut e-Registration yang tersedia pada
telah terdaftar sebagai Wajib Pajak laman DJP di www.pajak.go.id.
PEMBUKUAN
DAN
PENCATATAN
PEMBUKUAN

Pengertian Pembukuan (Pasal 28 UU KUP)


pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data
dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak tersebut
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN
• Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tetapi
wajib melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas undang-undang perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
• pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan
iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya
• pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan
huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan
PRINSIP TAAT ASAS
pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas

STELSEL AKRUAL (ACCRUAL BASIS)


01 suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu
terutang. Jadi, tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan
kapan biaya itu dibayar secara tunai. Termasuk dalam pengertian stelsel
akrual adalah pengakuan penghasilan berdasarkan metode persentase
tingkat penyelesaian pekerjaan yang umumnya dipakai dalam bidang
konstruksi dan metode lain yang dipakai dalam bidang usaha tertentu
seperti build operate and transfer (BOT) dan real estate

STELSEL KAS (CASH BASIS)


02
penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan apabila benar ­benar
telah diterima secara tunai dalam suatu periode tertentu serta biaya baru
dianggap sebagai biaya apabila benar­ benar telah dibayar secara tunai
dalam suatu periode tertentu. Stelsel kas biasanya digunakan oleh
perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan jasa, misalnya
transportasi, hiburan, dan restoran yang tenggang waktu antara
penyerahan jasa dan penerimaan pembayarannya tidak berlangsung
lama
PERUBAHAN METODE PEMBUKUAN/
PERUBAHAN TAHUN BUKU
perubahan terhadap metode pembukuan Perubahan metode pembukuan akan
dan/atau tahun buku harus mendapat mengakibatkan perubahan dalam prinsip
persetujuan dari Dirjen Pajak, baik itu taat asas yang dapat meliputi perubahan
metode pengakuan penghasilan dan metode dari kas ke akrual atau
biaya (metode kas atau akrual), metode sebaliknya atau perubahan penggunaan
penyusutan aktiva tetap, dan metode metode pengakuan penghasilan atau
penilaian persediaan pengakuan biaya itu sendiri

Perubahan metode pembukuan harus


diajukan kepada Dirjen Pajak sebelum
dimulainya tahun buku yang
bersangkutan dengan menyampaikan
alasan yang logis dan dapat diterima
serta akibat yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut
PEMBUKUAN BAHASA ASING
DAN MATA UANG ASING
Wajib Pajak dalam rangka
Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi
Penanaman Modal Asing yang berdasarkan kontrak dengan
beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang­ 01 02 Pemerintah Republik Indonesia
yg diatur dalam UU
undangan Penanaman Modal pertambangan selain
Asing pertambangan minyak dan gas
Bahas Inggris dan
Mata Uang USD bumi
(setelah mendapat
ijin Menteri
Keuangan)
Wajib Pajak Kontraktor Kontrak
Kerja Sama yang beroperasi
berdasarkan ketentuan UU 03 04 Bentuk Usaha Tetap
pertambangan minyak dan gas
bumi
PEMBUKUAN BAHASA ASING
DAN MATA UANG ASING
Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Wajib Pajak yang mendaftarkan yang menerbitkan reksadana
emisi sahamnya baik sebagian dalam denominasi satuan mata
maupun seluruhnya di bursa
efek luar negeri 05 06 uang Dollar Amerika Serikat dan
telah memperoleh SPT Efektif
Pernyataan Pendaftaran dari
Bahas Inggris dan Badan Pengawas Pasar Modal­
Mata Uang USD Lembaga Keuangan sesuai UU
(setelah mendapat pasar modal
Wajib Pajak yang berafiliasi ijin Menteri
langsung dengan perusahaan Keuangan)
Wajib Pajak yang menyajikan
induk di luar negeri, yaitu
laporan keuangan dalam mata
perusahaan anak (subsidiary
company) yang dimiliki dan/atau
07 08 uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata
dikuasai oleh perusahaan induk
(parent company) di luar negeri uang Dollar Amerika Serikat
sesuai Standar Akuntansi
yang mempunyai hubungan
Keuangan yang berlaku di
istimewa
Indonesia
PENCATATAN
Pencatatan terdiri atas data tentang peredaran bruto sebagai
dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang,
termasuk penghasilan yang bukan objek pajak atau yang
dikenai pajak yang bersifat final.

Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan


kegiatan usaha dan pekerjaan bebas meliputi peredaran atau
penerimaan bruto dan penerimaan penghasilan lainnya

Bagi mereka yang semata­ mata menerima penghasilan dari


luar usaha dan pekerjaan bebas, pencatatannya hanya
mengenai penghasilan bruto, pengurang, dan penghasilan
neto yang merupakan objek Pajak Penghasilan, termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak atau yang dikenai pajak
yang bersifat final.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM MENYELENGGARAKAN PENCATATAN
• Pencatatan peredaran bruto oleh Wajib Pajak orang pribadi meliputi seluruh peredaran bruto
yang telah diterima secara tunai.
• Pencatatan dibuat dalam suatu Tahun Pajak (1 Januari sd 31 Desember).
• Pencatatan dibuat secara kronologis dan sistematis berdasarkan urutan tanggal
• Pencatatan dilakukan dengan menggunakan mata uang Rupiah sebesar nilai yang
sebenarnya terjadi dan disusun dalam bahasa Indonesia.
• Pencatatan diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan
yang sebenarnya serta didukung dokumen yang menjadi dasar pencatatan.
• Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan ditempat tinggal Wajib
Pajak dan/atau tempat kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas dilakukan selama sepuluh
tahun terhitung sejak berakhirnya Tahun Pajak
CONTOH PENCATATAN
Atas Penghasilan Yang Diterima Dari Kegiatan Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas
Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai Pajak Bersifat Final

BENGKEL MOTOR PASTI CEPAT


Peredaran dan/atau Penerimaan Bruto
01 Jenis Usaha: Bengkel Motor
Tempat Usaha: Jalan Jenderal Sudirman No.1 Batam Centre
Tahun 2018
Tanggal Uraian Jumlah Bruto (Rp) Keterangan
(1) (2) (3) (4)
1 Januari

31 Desember
Jumlah
CONTOH PENCATATAN
Atas Penghasilan Yang Diterima Dari Luar Kegiatan Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merup
akan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai Pajak Bersifat Final (Penghasilan Lainnya)

BENGKEL MOTOR PASTI CEPAT


02 Penghasilan Lainnya
Bulan: Januari
Tahun 2018
Penghasilan Penghasilan
Tanggal Uraian Biaya (Rp) Keterangan
Bruto (Rp) Neto (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Januari

31 Desember
Jumlah
CONTOH PENCATATAN
Atas Penghasilan Bruto Yang Diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
Yang Tidak Melakukan Kegiatan Usaha Dan/Atau Pekerjaan Bebas

BENGKEL MOTOR PASTI CEPAT


03 Penghasilan Bruto
Tahun 2018
Pengurang
Penghasilan P e n g h a s ila n
Tanggal Uraian P e n g h a s ila n Keterangan
Bruto (Rp) Neto (Rp)
Bruto (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Januari

31 Desember
Jumlah
CONTOH PENCATATAN
Atas Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak dan/atau
04 Penghasilan Yang Pengenaan Pajaknya Bersifat Final
Penghasilan Bruto Bukan Objek
Tahun 2018
Tanggal Uraian Jumlah Bruto (Rp) Keterangan
(1) (2) (3) (4)
1 Januari
Penghasilan Bruto Final
31 Desember
Tahun 2018
Jumlah DPP/ Penghasilan PPh Terutang
Tanggal Uraian Keterangan
Bruto (Rp) (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Januari

31 Desember
Jumlah
PEMBUKUAN TERPISAH
Pembukuan secara terpisah merupakan proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur dengan melakukan pemisahan pencatatan untuk setiap transaksi,
penghasilan dan biaya ­biaya antara kegiatan usaha yang dikenai Pajak
Penghasilan dengan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 UU PPh dengan
kegiatan usaha yang dikenai PPh Final maupun atas penerimaan penghasilan
bruto yang merupakan objek pajak dan yang bukan merupakan objek pajak, serta
penghasilan dan biaya ­biaya dari usaha yang tidak mendapatkan fasilitas
perpajakan

Kewajiban pembukuan terpisah diatur dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010 Tentang Penghitungan Penghasilan
Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan.
CONTOH PEMBUKUAN TERPISAH
PT. Maju Mundur Cantik bergerak dalam bidang usaha yang penghasilannya
dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Dalam suatu tahun pajak,
perusahaan memperoleh penghasilan bruto yang terdiri dari:

Penghasilan dari usaha yang telah dikenakan


Pajak Penghasilan yang bersifat final Rp 300.000.000,00

Penghasilan bruto lainnya yang dikenakan


Pajak Penghasilan yang bersifat tidak final Rp 200.000.000,00

Jumlah penghasilan bruto Rp 500.000.000,00

Apabila biaya­biaya bersama yang tidak dapat dipisahkan setelah dilakukan


penyesuaian fiskal adalah sebesar Rp250.000.000,00, maka biaya yang boleh
dikurangkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan adalah
sebesar:

2/5 x Rp250.000.000,00 = Rp 100.000.000,00


PEMBAYARAN
PAJAK
BATAS WAKTU PEMBAYARAN SPT MASA
No Jenis Setoran Disetor Paling Lama
1 PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
Pemotong Pajak Penghasilan Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.
2 PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar tanggal lima belas bulan berikutnya setelah
sendiri oleh Wajib Pajak Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan
3 PPh Pasal 15 yang dipotong oleh tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
Pemotong PPh Pajak berakhir
4 PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri tanggal lima belas bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
5 PPh Pasal 21 yang dipotong oleh tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
Pemotong PPh Pajak berakhir
6 PPh Pasal 23 dan PPh Pasal tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
26 yang dipotong oleh Pemotong Pajak berakhir
PPh
7 PPh Pasal 25 tanggal lima belas bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
BATAS WAKTU PEMBAYARAN SPT MASA
No Jenis Setoran Disetor Paling Lama

8 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan bersamaan dengan saat pembayaran Bea
PPnBM atas impor Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau
dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan
PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat
penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean
impor
9 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan Dalam jangka waktu satu hari kerja setelah
PPnBM atas impor yang dipungut oleh dilakukan pemungutan pajak
DJBC
10 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh pada hari yang sama dengan pelaksanaan
bendahara pembayaran atas penyerahan barang yang
dibiayai dari APBN/D, dengan menggunakan
SSP
atas nama rekanan dan ditandatangani oleh
bendahara
11 PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
bakar minyak, gas, dan pelumas kepada Pajak berakhir
penyalur/agen atau industri yang
dipungut oleh Wajib Pajak badan yang
bergerak dalam bidang produksi bahan
bakar minyak, gas, dan pelumas
BATAS WAKTU PEMBAYARAN SPT MASA
No Jenis Setoran Disetor Paling Lama
12 PPh pasal 22 yang pemungutannya tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah Masa
dilakukan oleh Wajib Pajak badan Pajak berakhir
tertentu sebagai Pemungut Pajak

13 PPN atau PPn dan PPnBM tanggal lima belas bulan berikutnya
yng terutang dalam satu Masa Pajak setelah Masa Pajak berakhir

13a PPN yang terutang atas pemanfaatan tanggal lima belas bulan berikutnya
Barang Kena Pajak tidak berwujud setelah saat terutangnya pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean harus disetor oleh orang
pribadi atau badan yang memanfaatkan
Barang Kena Pajak tidak berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean
14 PPN atau PPN dan PPnBM yang tanggal tujuh bulan berikutnya setelah Masa
pemungutannya dilakukan oleh Pajak berakhir
Bendahara Pemerintah atau instansi
Pemerintah yang ditunjuk
BATAS WAKTU PEMBAYARAN SPT MASA
No Jenis Setoran Disetor Paling Lama
14a PPN atau PPN dan PPnBM yang pada hari yang sama dengan pelaksanaan
pemungutannya dilakukan oleh Pejabat pembayaran kepada PKP Rekanan Pemerintah
Penandatangan Surat Perintah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Membayar sebagai Pemungut PPN, Negara
harus disetor

15 PPN atau PPN dan PPnBM yang tanggal lima belas bulan berikutnya
pemungutannya dilakukan oleh setelah Masa Pajak berakhir
Pemungut PPN selain Bendahara
Pemerintah atau instansi Pemerintah
yang ditunjuk

16 PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan pada akhir Masa Pajak terakhir
kriteria tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang­Undang
KUP yang melaporkan beberapa Masa
Pajak dalam satu SPT Masa

17 Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 sesuai dengan batas waktu untuk masing­
bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertent masing jenis pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3b) Undang­Undang KUP yang
melaporkan beberapa masa pajak dalam
satu SPT Masa
BATAS WAKTU PEMBAYARAN SPT TAHUNAN

Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak


Penghasilan harus dibayar lunas sebelum SPT Pajak Penghasilan disampaikan

Catatan:
Baik Pajak Masa maupun Tahunan, dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau
penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur

nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja

berikutnya.
Hari libur nasional tersebut termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan
Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang
ditetapkan oleh Pemerintah
TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK
01 Kantor Pos

Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, yaitu:


02
a. Bank Persepsi adalah bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima
setoran penerimaan negara bukan dalam rangka impor, yang meliputi penerimaan
pajak, cukai dalam negeri dan penerimaan negara bukan pajak;
b. Bank Devisa Persepsi adalah Bank Devisa yang menerima setoran penerimaan
negara dalam rangka ekpor dan impor;
c. Bank Tunggal adalah Bank Indonesia yang mengelola penerimaan dan
pengeluaran yang membebani Rekening Kas Negara;
d. Bank Operasional I adalah Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
mengelola penerimaan dan pengeluaran yang membebani Rekening Kas Negara,
dalam daerah dimana tidak terdapat Bank Indonesia
PELAPORAN
PAJAK
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Dalam sistem pelaporan pajak di Indonesia, sarana yang digunakan adalah SPT. SPT adalah
surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang­undangan perpajakan.

Ada dua jenis SPT, yakni


1. SPT Masa
2. SPT Tahunan
SPT TAHUNAN

SPT Tahunan Pajak Penghasilan terdiri dari:


a. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan;
b. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan bagi Wajib Pajak yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat;
c. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi; dan
SPT MASA
SPT Masa terdiri dari:
a. SPT Masa Pajak Penghasilan:
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26;
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22;
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26;
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25;
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2);
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15;
b. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai; dan
c. SPT Masa PPN bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
FUNGSI SPT BAGI WP PPh
Bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang:
a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
b. penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
c. harta dan kewajiban; dan/atau
d. pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak
orang pribadi atau badan lain dalam satu Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang­undangan perpajakan.
FUNGSI SPT BAGI PKP
Bagi PKP, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang:
a. pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan
b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan/atau
melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­
undangan perpajakan.
FUNGSI SPT BAGI PEMOTONG PAJAK

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN
PENYAMPAIAN SPT
01 Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan di bawah PTKP, tetapi
karena kepentingan tertentu diwajibkan memiliki NPWP
02 Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut:
 Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi PTKP dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa
Pajak Penghasailan Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi.
 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan
pekerjaan bebas, dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan
Pasal 25
PENGAMBILAN SPT
01 SPT berbentuk formulir kertas (hardcopy) dapat diambil secara langsung di tempat yang
ditetapkan oleh Dirjen Pajak (KPP, Kanwil DJP, KP2KP, Kantor Pusat DJP, Pojok Pajak, Mobil
Pajak

SPT berbentuk berbentuk e­SPT, aplikasinya dapat diambil secara langsung oleh Wajib Pajak di
02
KPP atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan atau diunduh dari website
Direktorat Jenderal Pajak, dari situs internet DJP dengan alamat http://www.pajak.go.id.
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
a. untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
b. untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama tiga bulan
setelah akhir Tahun Pajak; atau
c. untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan
setelah akhir Tahun Pajak.

Batas waktu penyampaian SPT Masa PPN diatur tersendiri berdasarkan Pasal 15A Undang­
Undang PPN 1984 disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
No Jenis SPT Masa Batas Waktu
1 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor tidak dilaporkan/disampaikan

2 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang secara mingguan paling lama pada
dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai hari kerja terakhir minggu
berikutnya
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
No Jenis SPT Masa Batas Waktu
3 PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong PPh

4 PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh

5 PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh

6 PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan


pelumas kepada penyalur/agen atau industri yang dipungut oleh
Wajib Pajak badan yang bergerak dalam bidang produksi bahan
bakar minyak, gas, dan pelumas dua puluh hari setelah Masa Pajak
berakhir
7 PPh pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak
badan tertentu sebagai Pemungut Pajak

8 PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Pemotong PPh

9 PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong


PPh
10 PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak

11 PPh Pasal 15 yang harusdibayarsendiri


12 PPh Pasal 25
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
No Jenis SPT Masa Batas Waktu
13 PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b)
Undang­Undang KUP yang melaporkan beberapa Masa Pajak
dalam satu SPT Masa
dua puluh hari setelah Masa Pajak
berakhir
14 Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak
dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3b) Undang­Undang KUP yang melaporkan beberapa
masa pajak dalam satu SPT Masa

15 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara empat belas hari setelah Masa
Pajak berakhir
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
No Jenis SPT Masa Batas Waktu
16 PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa
Pajak
17 PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus
disetor oleh orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri
18 PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Pemungut PPN selain Bendahara Pemerintah atau instansi
Pemerintah yang ditunjuk
19 PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
akhir bulan berikutnya setelah
Bendahara Pengeluaran sebagai Pemungut PPN Masa Pajak berakhir
20 PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
harus disetor oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan
Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean
21 PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar sebagai
Pemungut PPN
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
SPT Tahunan
1 SPT PPhTahunan Wajib Pajak orang pribadi tiga bulan setelah akhir
Tahun Pajak
2 SPT PPhTahunan Wajib Pajak badan empat bulan setelah akhir
Tahun Pajak
SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN
01
a. SPT tidak ditandatangani;
b. SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen yang
02
disyaratkan;
c. SPT yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah tiga tahun
sesudah berakhirnya Masa pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis; atau
d. SPT disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau
menerbitkan surat ketetapan pajak.
WP TERTENTU YANG DAPAT MELAPORKAN
BEBERAPA MASA PAJAK DALAM SATU SPT MASA
01
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak
dalam satu SPT Masa. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, antara lain Wajib
02
Pajak usaha kecil, dapat:
a. menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk beberapa Masa
Pajak sekaligus dengan syarat pembayaran seluruh pajak yang wajib dilunasi
menurut SPT Masa tersebut dilakukan sekaligus paling lama dalam Masa
Pajak yang terakhir; dan/atau
b. menyampaikan SPT Masa selain yang disebut pada huruf a untuk beberapa
Masa Pajak sekaligus dengan syarat pembayaran untuk masing-masing Masa
Pajak dilakukan sesuai batas waktu untuk Masa Pajak yang bersangkutan.
WP TERTENTU YANG DAPAT MELAPORKAN
BEBERAPA MASA PAJAK DALAM SATU SPT MASA
01 WP Kriteria tertentu tersebut meliputi:

01 Wajib Pajak usaha kecil, yang terdiri dari

02 a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang menjalankan kegiatan


usaha/pekerjaan bebas, yang memperoleh peredaran usaha dari dalam
Tahun Pajak sebelumnya tidak lebih dari Rp600.000.000,00
b. Wajib Pajak Badan 100% modal dalam negeri yang memperoleh peredaran
usaha Tahun Pajak sebelumnya tidak lebih dari Rp900.000.000,00

02 Wajib Pajak di daerah tertentu, yaitu yang tempat tinggal, tempat kedudukan,
atau tempat kegiatan usahanya berlokasi di daerah tertentu yang ditetapkan oleh
Dirjen Pajak
PEMERIKSAAN
PAJAK
PEMERIKSAAN PAJAK
Pengertian
01
pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang­undangan
perpajakan

02 Tujuan
Tujuan Pemeriksaan diantaranya menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang­undangan perpajakan
KEWAJIBAN WP YANG DIPERIKSA

a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang


menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek pajak
(yang terutang pajak);
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang
perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; atau
c. memberikan keterangan lain yang diperlukan.
KEWAJIBAN PEMERIKSA
a. menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
b. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP2 kepada Wajib Pajak pada waktu
Pemeriksaan;
c. memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak kepada Wajib Pajak
apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
d. menjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang diperiksa;
e. menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;
f. mengembalikan buku, catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib
Pajak; dan/atau
g. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau
diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan.
KEWENANGAN PEMERIKSA
a. melihat dan/atau meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain, yang berhubungan dengan tujuan
Pemeriksaan;
b. mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
c. memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak
yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku, catatan, dan/atau
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang,
yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan;
d. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak; dan/atau
e. meminta keterangan dan/atau data yang diperIukan dari pihak ketiga yang mempunyai
hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan.
PENIADAAN KEWAJIBAN
MERAHASIAKAN PEMBUKUAN
apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk
merahasiakannya, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh
permintaan untuk keperluan pemeriksaan. Untuk mencegah adanya dalih bahwa
Wajib Pajak yang sedang diperiksa terikat pada kerahasiaan sehingga pembukuan,
catatan, dokumen serta keterangan ­keterangan lain yang diperlukan tidak dapat
diberikan oleh Wajib Pajak maka ditegaskan bahwa kewajiban merahasiakan itu
ditiadakan
PENYEGELAN
jika Wajib Pajak yang diperiksa tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau
ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, maka Direktur
Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu serta barang
bergerak dan/atau tidak bergerak.
Penyegelan merupakan upaya terakhir pemeriksa untuk memperoleh atau mengamankan buku,
catatan, dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik, dan benda­benda lain yang
dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak yang
diperiksa agar tidak dipindahkan, dihilangkan, dimusnahkan, diubah, dirusak, ditukar, atau
dipalsukan
SURAT KETETAPAN PAJAK
DAN
SURAT TAGIHAN PAJAK
JENIS SURAT KETETAPAN PAJAK (SKP)

SKPKB SKPKBT SKPKN SKPLB

surat ketetapan pajak surat ketetapan pajak surat ketetapan pajak surat ketetapan pajak
yang menentukan yang menentukan yang menentukan yang menentukan
besarnya jumlah pokok tambahan atas jumlah jumlah pokok pajak jumlah kelebihan
pajak, jumlah kredit pajak yang telah sama besarnya dengan pembayaran pajak
pajak, jumlah ditetapkan jumlah kredit pajak atau karena jumlah kredit
kekurangan pajak tidak terutang dan pajak lebih besar
pembayaran pokok tidak ada kredit pajak daripada pajak yang
pajak, besarnya sanksi terutang atau
administrasi, dan jumlah seharusnya tidak
pajak yang masih harus terutang
dibayar
PENERBITAN SKP
SEBELUM WP MEMPUNYAI NPWP
Dirjen Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau STP untuk Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebelum Wajib Pajak diberikan atau
diterbitkan NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP, apabila diperoleh data
dan/atau informasi yang menunjukkan adanya kewajiban perpajakan yang belum
dipenuhi Wajib Pajak
PENERBITAN SKP
SEBELUM WP MEMPUNYAI NPWP
Contoh Kasus: Alex diterbitkan NPWP 6 Januari 2017. Sampai 31 Maret 2018 Alex hanya
menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2017. Dalam tahun 2018, Dirjen Pajak
memperoleh data bahwa Alex Tahun Pajak 2015 memperoleh penghasilan di atas PTKP.
Berdasarkan data tersebut Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKP atau STP untuk Tahun Pajak
2015.
SKP atau STP diterbitkan dalam jangka waktu lima tahun setelah saat terutangnya pajak, atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, kecuali apabila Alex dipidana
karena melakukan tindak pidana perpajakan yang mengakibatkan kerugian negara berdasarkan
Putusan Pengadilan jangka waktu menjadi sepuluh tahun.
PENERBITAN SKP
SETELAH PENGHAPUSAN NPWP
Dirjen Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau STP untuk Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebelum dan/atau setelah penghapusan NPWP atau pencabutan
Pengukuhan PKP, apabila setelah penghapusan NPWP atau pencabutan Pengukuhan PKP,
diperoleh data dan/atau informasi yang menunjukkan adanya kewajiban perpajakan yang belum
dipenuhi Wajib Pajak
PENERBITAN SKP
SETELAH PENGHAPUSAN NPWP
Contoh kasus: Beni diterbitkan NPWP 6 Januari 2015. Pada 28 Desember 2017, NPWP tersebut
dihapus. Dalam tahun 2019, Dirjen Pajak memperoleh data yang menunjukkan bahwa
• 2014 memperoleh penghasilan di atas PTKP,
• 2016 memperoleh penghasilan yang belum dilaporkan sebesar Rp100.000.000,00
• 2018 memperoleh penghasilan di atas PTKP.
Berdasarkan data tersebut Dirjen Pajak menerbitkan SKP atau STP Tahun Pajak 2014, 2016,
dan 2018.
SKP atau STP diterbitkan dalam jangka waktu lima tahun setelah saat terutangnya pajak, atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, kecuali terhadap Wajib Pajak
dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan Putusan
Pengadilan
Pasal Masalah Sanksi Keterangan

01 SPT Terlambat disampaikan :


Rp500.000 untuk SPT Masa PPN, atau
Rp500.000 atau
a. Masa Rp100.000 untuk SPT Masa Lainnya per-
Rp100.000
7 (1) SPT
SANKSI DE 02 Rp100.000 untuk SPT Tahunan PPh
Rp100.000 atau
b. Tahunan Orang Pribadi atau Rp 1.000.000 untuk
NDA Rp 1.000.000
SPT Tahunan PPh Badan per-SPT
8 (3) Pembetulan sendiri dan belum disidik 150% Dari jumlah pajak yang kurang dibayar
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP,
tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat 2% Dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
14 (4) pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang
2% Dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
tidak mengisi faktur pajak secara lengkap
PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan
2% Dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
masa penerbitan faktur pajak
Pasal Masalah Sanksi Keterangan

Per bulan, dari jumlah pajak yang


8 (2 dan 2a) Pembetulan SPT Masa dan Tahunan 2%
kurang dibayar
9 (2a dan 2b) Keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan 2% Per bulan, dari jumlah pajak terutang
Per bulan, dari jumlah kurang dibayar,
01
13 (2) Kekurangan pembayaran pajak dalam SKPKB 2%
max 24 bulan
SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena
Dari jumlah paak yang tidak mau atau
13 (5) adanya tindak pidana perpajakan maupun tindak pidana 48%
kurang dibayar.
lainnya
SANKSI BU 02 Per bulan, dari jumlah pajak tidak/
a. PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2%
kurang dibayr, max 24 bulan
NGA 14 (3)
Per bulan, dari jumlah pajak tidak/
b. SPT kurang bayar 2%
kurang dibayr, max 24 bulan
PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan Per bulan, dari jumlah pajak tidak/
14 (5) 2%
pengembalian Pajak Masukan kurang dibayr, max 24 bulan
SKPKBT diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena
Dari jumlah pajak yang tidak atau
15 (4) adanya tindak pidana perpajakan maupun tindak pidana 48%
kurang dibayar
lainnya
SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding Per bulan, atas jumlah pajak yang tidak
19 (1) 2%
yang menyebabkan kurang bayar terlambat dibayar atau kurang dibayar
Per bulan, bagian dari bulan dihitung
19 (2) Mengangsur atau menunda 2%
penuh 1 bulan
19 (3) Kekurangan pajak akibat penundaan SPT 2% Atas kekurangan pembayaran pajak
Pasal Masalah Sanksi Keterangan
Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum
8 (5) 50% Dari pajak yang kurang dibayar
terbitnya SKP
01 Apabila: SPT tidak disampaikan sebagaimana disebut
dalam surat teguran, PPN/PPnBM yang tidak
seharusnya dikompensasikan atau tidak tarif 0%,
tidak terpenuhinya Pasal 28 dan 29
SANKSI KE 0213 (3) a. PPh yang tidak atau kurang dibayar 50% Dari PPh yang tidak/ kurang dibayar
Dari PPh yang tidak/ kurang dipotong/
NAIKAN b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan 100%
dipungut
Dari PPN/ PPnBM yang tidak atau
c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar 100%
kurang dibayar
Alpa tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan
SPT, tetapi tidak benar atau tidak lengkap, atau
13A melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, 200% Dari jumlah kekurangan pajak tersebut
tidak kena sanksi pidana apabila kealpaan tersebut
pertama kali

15 (2) Kekurangan pajak pada SKPKBT 100% Dari jumlah kekurangan pajak tersebut
SKEMA PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK
KURANG BAYAR (SKPKB)
SKPKB adalah surat
ketetapan pajak yang
menentukan besarnya
jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan
pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan
jumlah pajak yang
masih harus dibayar
SKEMA PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK
KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT)
SKPKBT adalah surat
ketetapan pajak yang
menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan
SKEMA PENERBITAN
SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)
STP adalah surat untuk
melakukan tagihan
pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa
bunga dan/atau denda
PENAGIHAN
PAJAK
PENAGIHAN PAJAK
Pengertian Penagihan Pajak tidak diatur dalam UU KUP, namun diatur dalam Undang-­Undang
Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita
SKEMA PENAGIHAN PAJAK
DASAR PENAGIHAN PAJAK

a. Surat Tagihan Pajak,


b. SKPKB,
c. SKPKB Tambahan,
d. SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah.
SK yang tidak menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah
bukan merupakan dasar penagihan, misalnya SK Keberatan yang menjadikan
leih bayar.
PENANGGUNG PAJAK

Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang­undangan perpajakan
TABEL TINDAKAN PENAGIHAN
No. Kegiatan Jangka Waktu Keterangan

Penerbitan Dasar 1 Bulan


1
Penagihan

Penerbitan Surat Minimal 7 hari setelah tanggal


2
Teguran jatuh tempo dasar penagihan Wajib Pajak

3 Surat Teguran 21 hari tidak atau


kurang
4 Surat Paksa 2 X 24 Jam
membayar
Surat Perintah Paling cepat 14 hari pajak terutang
5
Melakukan Penyitaan

6 Pengumuman lelang Paling cepat 14 hari

7 Lelang
PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS
a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-­lamanya atau berniat untuk
itu;
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam
rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang
dilakukannya di Indonesia;
c. terdapat tanda-­tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usaha atau
menggabungkan atau memekarkan usaha, atau memindahtangankan perusahaan yang
dimiliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
d. badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau
e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-­
tanda kepailitan.
HAK MENDAHULU
Undang-­Undang KUP mengatur bahwa negara mempunyai hak mendahulu untuk
utang pajak atas barang ­barang milik Penanggung Pajak. Dalam penjelasannya
disebutkan bahwa ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur utama
yang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang-­barang milik Penanggung
Pajak yang akan dilelang di muka umum. Pembayaran kepada kreditur lain misalnya
uang kepada Bank, Utang ke pihak lainnya, Utang Pembayaran Gaji Karyawan
diselesaikan setelah utang pajak dilunasi
DIKECUALIKAN DARI HAK MENDAHULU
hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali
terhadap:
a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang
suatu barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; dan/atau
c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan
DALUWARSA PENAGIHAN
Daluwarsa Penagihan terjadi setelah melampaui waktu lima tahun terhitung sejak
penerbitan STP, SKPKB, serta SKPKB Tambahan, dan SK Pembetulan, SK
Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.
Daluwarsa ini untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan,
dan biaya penagihan pajak, setelah lewat lima tahun maka ketetapan pajak tidak
dapat ditagih lagi untuk memberikan kepastian hukum
DALUWARSA PENAGIHAN
TERTANGGUH APABILA
a. diterbitkan Surat Paksa;
b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung;
c. diterbitkan SKPKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5), atau
SKPKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4); atau
d. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
Piutang pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum dalam:
a. Surat Tagihan Pajak;
b. SKPKB;
c. SKPKBT
d. SPT Pajak Terhutang PBB;
e. Surat Ketetapan Pajak;
f. Surat Ketetapan Pajak Tambahan;
g. SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah
PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
Piutang pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum dalam:
a. Surat Tagihan Pajak;
b. SKPKB;
c. SKPKBT
d. SPT Pajak Terhutang PBB;
e. Surat Ketetapan Pajak;
f. Surat Ketetapan Pajak Tambahan;
g. SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah
PIUTANG PAJAK KEPADA WP ORANG PRIBADI
TIDAK DITAGIH KARENA
a. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai harta
warisan atau kekayaan;
b. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;
c. hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
d. dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran
secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang­undangan di bidang perpajakan; atau
e. hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi
tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau berdasarkan
pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
PIUTANG PAJAK KEPADA WP BADAN
TIDAK DITAGIH KARENA
a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat
ditemukan;
b. hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
c. dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang­undangan di
bidang perpajakan; atau
d. hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena
kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau
berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
UPAYA HUKUM DI
DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK
PEMBETULAN KETETAPAN DAN KEPUTUSAN
(Pasal 16 UU KUP)
Pembetulan ketetapan dan Keputusan Pajak bisa berupa membetulkan kesalahan tulis,
kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu
dalam peraturan perundang­undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak,
Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.

Pembetulan ini tidak ada sengketa antara Petugas Pajak dengan Wajib Pajak
KEBERATAN (Pasal 25 UU KUP)

Wajib Pajak dapat mengajukan Permohonan Keberatan yang diajukan mengenai


materi atau isi dari ketetapan pajak, yaitu jumlah rugi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang­undangan perpajakan, jumlah besarnya pajak, atau
pemotongan atau pemungutan pajak. Keberatan ini muncul karena adanya sengketa
antara Wajib Pajak dengan fiskus terhadap materi ketetapan pajak
YANG DAPAT DIAJUKAN KEBERATAN

Keberatan dapat diajukan atas suatu


a. SKPKB;
b. SKPKBT;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
SYARAT MENGAJUKAN KEBERATAN (1)
a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia

b. mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan­alasan
yang menjadi dasar penghitungan

c. 1 (satu) keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak , untuk
1 (satu) pemotongan pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak

d. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit

sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi, sebelum Surat Keberatan disampaikan
SYARAT MENGAJUKAN KEBERATAN (2)
e. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal: surat ketetapan
pajak dikirim; atau pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga,
kecuali Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak
f. Ditandatangani oleh Wajib Pajak, Jika ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak,
Surat Keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus
g. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan Pasal 36 (Pembetulan,
Pembatalan, Pengurangan Sanksi SKP)
SANKSI DENDA 50%
PUTUSAN KEBERATAN
dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi

administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan
keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan.

Sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% juga dikenakan terhadap:


a. keputusan keberatan menambah jumlah pajak yang masih harus dibayar;
b. Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan;
c. pengajuan keberatan tidak dipertimbangkan karena tidak memenuhi persyaratan pengajuan
keberatan;
SANKSI DENDA 50%
PUTUSAN KEBERATAN
dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak
berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan.
Sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% juga dikenakan terhadap:
a. keputusan keberatan menambah jumlah pajak yang masih harus dibayar;
b. Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan;
c. pengajuan keberatan tidak dipertimbangkan karena tidak memenuhi persyaratan
pengajuan keberatan;
CONTOH PENGENAAN SANKSI
Untuk tahun pajak 2018 terhadap PT.Maju Terus diterbitkan SKPKB dengan jumlah pajak yang
masih harus dibayar sebesar Rp1.000.000.000,00. Dalam Pembahasan Akhir, Wajib Pajak
hanya menyetujui pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 200.000.000,00. Wajib Pajak
telah melunasi sebagian SKPKB tersebut sebesar Rp200.000.000,00 dan kemudian mengajukan
keberatan atas koreksi lainnya.
Dirjen Pajak mengabulkan sebagian keberatan Wajib Pajak dengan jumlah pajak yang masih
harus dibayar menjadi sebesar Rp750.000.000,00.

Dalam hal ini, Wajib Pajak dikenai sanksi yaitu sebesar:


50% x (Rp 750.000.000,00 – Rp200.000.000,00) = Rp275.000.000,00.
UPAYA HUKUM PASAL 36 UU KUP
Direktur Jenderal Pajak dapat:
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan perpajakan dalam hal sanksi
tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 14
yang tidak benar; atau
d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang
dilaksanakan tanpa penyampaian surat pemberitahuan hasil Pemeriksaan atau surat
pemberitahuan hasil Verifikasi, atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan
Akhir Hasil Verifikasi dengan Wajib Pajak.
UPAYA HUKUM DI PENGADILAN
PAJAK
DAN MAHKAMAH AGUNG
UPAYA HUKUM DI PENGADILAN PAJAK
DAN MAHKAMAH AGUNG

- Upaya Hukum di Pengadilan Pajak dan Mahkamah Agung, serta Pemberian Imbalan Bunga
akan dibahas di Mata Kuliah Pengadilan Pajak -
SELESAI

gading.dwisakti@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai