Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani dan dapat dicegah dengan
imunisasi. Dapat dikategorikan sebagai kecelakaan atau neonatal.

Clostridium tetani menghasilkan eksotoksin, seperti tetanolysin dan tetanospasmin yang dapat
merusak jaringan sehat di sekitar luka dan mengurangi potensi pengurangan oksidasi, sehingga
mendorong pertumbuhan organisme anaerob.

Insiden global tetanus diperkirakan sekitar satu juta kasus setiap tahun. Angka kematian akibat
tetanus sangat bervariasi di seluruh dunia, tergantung pada akses ke layanan kesehatan, dan
mendekati 100% jika tidak ada perawatan medis
TUJUAN REFARAT

 Memahami tinjauan ilmu teoritis, diagnosis serta penatalaksanaan


yang tepat pada Tetanus dan Antitetanus.

 Meningkatkan kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah di


bidang kedokteran

 Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan


Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Kedokteran di Departmen
Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
MANFAAT

Manfaat yang diharapkan dalam penulisan laporan kasus ini adalah


meningkatkan pemahaman terhadap kasus “Tetanus dan Antitetanus”
serta penanganannya terhadap tingkat layanan primer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi:

Tetanus adalah penyakit akut yang ditandai oleh kekakuan otot dan
spasme, yang diakibatkan oleh toksin dari Clostridium tetani .

Neonatal tetanus adalah suatu penyakit yang terjadi pada anak yang
memiliki kemampuan normal untuk menyusu dan menangis pada 2 hari
pertama kehidupannya tapi kehilangan kemampuan ini antara hari ke 3
sampai ke 28 serta menjadi kaku dan spasme.

Definisi & Epidemiologi Maternal tetanus didefinisikan sebagai tetanus yang terjadi saat
kehamilan sampai 6 minggu setelah selesai kehamilan (baik dengan
kelahiran maupun abortus).

Epidemiologi:

 Pada Negara maju angka kejadian penyakit tetanus kecil, karena angka
cakupan imunisasi sudah cukup baik.
 Dilaporkan terdapat 1 juta kasus per tahun di seluruh dunia, dengan
angka kejadian 18/100.000 penduduk pertahun serta angka kematian
300.000 – 500.000 pertahun.
Basil Gram-
positif
dengan spora

Kuman
hidup di
tanah, debu, Obligat
dan di dalam anaerob
usus Etiologi
binatang,
(Clostridium
Tetani)

Mampu
Menghasilka membentu
n
tetanospamin k spora
& tetanolisin (terminal
spore)
Patogenesis:
C.tetani memproduksi tetanospasmin dan tetanolisin.

Luka Spora Vegetatif Eksotoksin .


(Tetanospamin & Tetanolisin) dikeluarkan.

1. Tetanospamin
Patogenesis - Protein yang bersifat toksik terhadap saraf
- Diabsorbsi end of saraf motorik Sel Ganglion SSP
- Menimbulkan kontraksi otot yang terus menerus (spasme).
- Peningkatan toksin terhadap neuron bersifat ireversibel dan proses
penyembuhan memerlukan pertumbuhan ujung saraf yang baru.

2. Tetanolisin
- Melisiskan sel darah (eritrosit)
- Menambah kondisi lokal untuk bakteri berkembang.
1. Tetanus Localized
• Mengalami spasme dan peningkatan tonus otot terbatas pada otot-otot di
sekitar tempat infeksi tanpa tanda- tanda sistemik.

2. Tetanus Cephalic
• Meliputi gangguan pada otot yang diperantarai oleh susunan saraf perifer
bagian bawah.
• Dapat timbul parese wajah, disfagia, serta gangguan pada otot ekstraokular.

Manifestasi Klinis 3. Tetanus Generalized


• Paling sering dijumpai. Gejalanya adalah, trismus, kekakuan otot maseter,
punggung, serta bahu.
• Tanda khas dari tetanus generalized adalah trismus (lockjaw) yaitu
ketidakmampuan membuka mulut akibat spasme otot maseter.
• Sardonicus & Opistotonus.

4. Tetanus Neonatorum
• Infeksi melalui tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora masuk
disebabkan proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik karena
penggunaan alat maupun obat- obatan yang terkontaminasi spora C.tetani.
• Gejala awal ditandai dengan ketidakmampuan untuk menghisap 3-10 hari
setelah lahir. Gejala lain termasuk iritabilitas dan menangis terus menerus
(rewel), risus sardonikus, peningkatan rigiditas, dan opistotonus.
Anamnesis:

• Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan/patah tulang terbuka, luka dengan
nanah atau gigitan binatang.
• Apakah pernah keluar nanah dari telinga
• Apakah menderita gigi berlobang
• Apakah sudah pernah mendapat imunisasi DT atau TT, kapan imunisasi yang
terakhir.
• Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus atau spasme lokal)
dengan kejang yang pertama (period of onset).
Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium:

• Leukosit normal atau leukositosis ringan


• Glukosa dan kalsium darah normal
• Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat meningkat
• Enzim otot serum, SGOT, serum aldolase mungkin meningkat
• EKG dan EEG biasanya normal
• Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil dari luka
dapat membantu, tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh dan batang gram
positif berbentuk tongkat penabuh drum seringnya tidak ditemukan.
• Kreatinin fosfokinase dapat meningkat karena aktivitas kejang (> 3U/ml)
, Penatalaksanaan Umum

 Perawatan intensif dengan stimulasi yang minimal .


 Pemberian cairan/IV ( hari1), obat-obatan (hari3)
 Menjaga saluran nafas tetap bebas, kalau berat perlu trakeostomi
 Memberikan tambahan oksigen dengan sungkup
 Mengurangi spasme dan mengatasi kejang

Diazepam
 (0,1-0,3 mg/kgBB dengan interval 2-4 jam ).
Tatalaksana  Usia < 2 tahun adalah 8 mg/kgBB/hari diberikan oral dalam dosis 2-3
mg/3 jam.
 BB< 12Kg – 5mg per rektal
 BB> 12Kg – 10mg.
 Untuk bayi diberikan dosis inisial 0,1-0,2 mg/kgBB/hari untuk
menghilangkan spasme akut, diikuti infuse kontinu 15-40
mg/kgBB/hari. Setelah 5-7 hari dosis diazepam diturunkan bertahap
5-10 mg/hari dan dapat diberikan melalui OGT.

Tanda klinis membaik bila tidak dijumpai kejang spontan, badan masih
kaku, kesadaran membaik, tidak dijumpai gangguan nafas.
Antibiotik:
 Antibiotik bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan
untuk toksin yang dihasilkannya.
 Antibiotik lini pertama - metronidazole IV/oral (loading dose 15
mg/kgBB) dalam 1 jam dilanjutkan 30 mg/kgBB/hari setiap 6 jam
selama 7-10 hari.
 Lini kedua penisilin prokain 50.000- 100.000/kgBB/hari selama 7-10

Tatalaksana hari, jika terdapat hipersensitif terhadap penisilin dapat diberikan


tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari (untuk anak usia > 8 tahun).

Anti Tetanus Serum (ATS):


 Dosis ATS yang dianjurkan adalah 100.000 IU dengan 50.000 IU IM
dan 50.000 IU IV.
 Pada tetanus anak ,diberikan HTIG (Human Tetanus Immune Globulin)
3.000-6000 IU IM.
 Dosis untuk anak < 7 tahun: 4 IU/kg IM dosis tunggal, sedangkan dosis
untuk anak ≥ 7 tahun: 250 IU IM dosis tunggal.
Komplikasi:
- Hambatan pada jalan napas.
- Kejang terus menerus mengakibatkan fraktur dari tulang panjang,
serta rhabdimiolisis yang sering diikuti oleh gagal ginjal akut.
- Gangguan otonom (hipertensi & takikardi).

Komplikasi & Pencegahan:


Pencegahan -
-
Tetanus dicegah dengan penangan luka yang baik dan imunisasi.
Rekomendasi WHO tentang imunisasi tetanus adalah 3 dosis awal saat
infant, booster pertama saat umur 4-7 serta 12-15 tahun dan booster
terakhir saat dewasa.
- Rekomendasi WHO, menganjurkan pemberian imunisasi pada wanita
hamil yang sebelumnya belum pernah diimunisasi, 2 dosis dengan
selang 4 minggu tiap dosisnya. Hal tersebut untuk mencegah tetanus
maternal dan neonatal.
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin
protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, tanpa gangguan
kesadaran.

Kesimpulan Strategi terapi tetanus meliputi penatalaksaan umum yaitu menjaga


kelancaran jalan nafas, oksigenasi, mengatasi kejang, perawatan luka /
port d’entre dan kebutuhan cairan dan nutrisi, serta penatalaksanaan
khusus yaitu pemberian antibiotik dan serum anti tetanus.

Prognosis dipengaruhi oleh beberapa faktor: masa inkubasi, umur, period


of onset, pengobatan, ada tidaknya komplikasi, frekuensi kejang.

Anda mungkin juga menyukai