Anda di halaman 1dari 34

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY OFDAILY

LIVING LANSIA DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI


KENAGARIAN VII KOTO TALAGO WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PADANG KANDI KECAMATAN
GUGUAK, KABUPATEN LIMA PULUH KOTA,
SUMATERA BARAT TAHUN 2019
 
OLEH :
MARDINAL
NIM. 1811142010221

PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN
STIKes YARSI SUMBAR
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Lansia adalah tahap akhir dari perkembangan pada siklus kehidupan


yang ditanda dengan berbagai penurunan status kesehatan terutama status
kesehatan fisik (Kiik, Junaiti, dan Henny, 2018).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun (enam puluh) tahun keatas (Kemenkes RI, 2017).
Proyeksi pertumbuhan lansia >>>>
WHO : thn 2030 = dari 901 menjadi 1, 4 milyar ( tumbuh 65% dr thn
2015)
thn 2050 = 2,1 Milyar (dua kali lipat dari yg sebelumnya)
Indonesia : thn 2035 = dari 23,66 juta menjadi 48,19 juta = 15,77% dari
total
populasi (tumbuh 49% dari thn 2017)

LATAR BELAKANG
ENAM PROVINSI DENGAN PERSENTASE POPULASI
LANSIA
16 TERBESAR DI INDONESIA TAHUN 2017
14
12
10
8
13.81 12.59
6 12.25
10.71
9.25 9.18
4
2
0

LATAR BELAKANG
Populasi lansia di Kabupaten Lima Puluh
kota sebanyak 45.354 jiwa atau 8,29%
(BPS Kabupaten Lima Puluh Kota, 2018).
Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari
tigabelas kecamatan, dari tigabelas
kecamatan tersebut kecamatan Guguak
memiliki rata–rata penduduk yang paling
besar per nagari yaitu sebesar 7.328
jiwa (BPS Kabupaten Lima Puluh Kota,
2018).

LATAR BELAKANG
 Lansia merupakan salah satu kelompok atau
populasi berisiko mengalami penyakit akibat proses
penuaan yang terjadi akibat kemunduran fungsi sel
– sel tubuh (degeneratif) (Kemenkes, 2017), yang
semakin meningkat jumlahnya.
 Penduduk Lansia memiliki kareakteristik yang
berisiko secara biologis yaitu penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus,
yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
misalnya, tenaga berkurang, energy menurun, gigi
makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya
yang menyebabkan semakin rentannya terhadap
serangan penyakit seperti; wasir, radang sendi,
rematik, gangguan penglihatan, dan lain sebagainya
( Lestari dan I Wayan, 2017; Kiik, Junaiti, dan Henny,
2018; Adriani dan Bambang, 2014).

LATAR BELAKANG
 Lansia memiliki kecendrungan dalam masalah fisik,
terutama ditemukan dalam melakukan kegiatan hari
ke hari. Kesehatan fisik tidak bisa terlepas dari yang
namanya kinerja aktivitas sehari–hari dalam
kehidupan mereka itu akan memperburuk status
kesahatan mental dan harga diri Lansia (Datta,
Pratyay, dan KunalKanti, 2014) atau selanjutnya
disebut dengan istilah Activity of Daily Living (ADL).
 Activity of Daily Living (ADL) melibatkan aktifitas
perawatan diri, terdiri dari; makan, mencuci,
memakai baju biasanya disebut sebagai tugas pokok
untuk kegiatan fisik sendiri ( Oros, Codruta, Sorin,
Petru, dan Claudia, 2016). Jadi, Kemandirian Lansia
dalam ADL Menurut Ediawati dalam Roehadi, S, Putri
S.T, dan Karimah, A.D (2016) sebagai sikap
kemandirian seseorang dalam kehidupan sehari – hari
yang dilakukan secara rutin dan universal.

LATAR BELAKANG
 Kemandirian dalam melakukan Activity of Daily Living (ADL)
sangat terkait dengan status mental dan harga diri lansia
yang kesemuanya mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia
( Datta, Pratyay, dan KunalKanti, 2014).
 “Kualitas hidup mengindikasikan bagaimana seseorang
hidup dan secara tidak langsung mempengaruhi standar
fisik, mental, social, dan status kesehatan lingkungan
seseorang.” (Datta, Pratyay, dan KunalKanti, 2014 : p.758).
 Status Kesehatan lebih kepada kesejahteraan sosial
terutama terkait dengan tidak adanya penyakit yang
dirasakan oleh lansia (Karimi, 2016).
 World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)
membagi kualitas hidup menjadi empat yaitu fisik,
psikologis, hubungan sosial dan lingkungan (WHO, 2004).
Kualitas Hidup dipengaruhi oleh usia, lansia memiliki
kualitas hidup yang rendah dibandingkan dengan kelompok
usia yang lain (anak-anak, dewasa ( Datta, Pratyay, dan
KunalKanti, 2014 : p.758 ).

LATAR BELAKANG
GAMBARAN LANSIA DI NAGARI VII KOTO
TALAGO
A. Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki perhatian yang lebih
kepada lansia yaitu dengan didirikannya Posyandu Lansia di
Jorong Koto Kociak, Nagari VII Koto Talago yang berada di
Kecamatan Guguak yang memiliki rata–rata penduduk
paling besar di Kabupaten Lima Puluh Kota (BPS Kabupaten
Lima Puluh Kota, 2018).
B. Posyandu Lansia ini berada pada wilayah kerja Puskesmas
Padang Kandi dengan sasaran Lansia berumur enampuluh
tahun ke atas dan pra Lansia yang berumur antara 45 – 59
tahun dengan tujuan agar lansia siap menghadapi usia
lanjut dengan mandiri dan sehat (Mulyadi, 2019).
C. Hadirnya Posyandu Lansia di Nagari VII Koto Talago
merupakan sarana bagi para Lansia untuk berbagai
kegiatan yang menunjang kesehatan mereka yang terkait
dengan peningkatan kualitas hidup Lansia, khususnya
Lansia yang berada di Nagari VII Koto Talago yang terdiri
dari tujuh jorong : Talago, Tanjung Jati, Ampang Gadang,
Padang Jopang, Koto Kociak, Padang Kandis, Sipingai

LATAR BELAKANG
GAMBARAN LANSIA DI NAGARI VII KOTO
TALAGO

D. populasi lansia tahun 2019


sebesar 1.677 jiwa (Puskesmas
Padang Kandis, 2019) atau 4,57 %
dari total populasi di Kecamatan
Guguak sebesar 36.639 jiwa (BPS
Kabupaten Lima Puluh Kota, 2018).
E. Dari jumlah populasi tersebut,
jorong koto kociak dan tanjung jati
memiliki jumlah populasi yang
paling besar dari lima jorong
lainnya yaitu sebesar 628 jiwa
LATAR BELAKANG
STUDI AWAL

Hasil studi pendahuluan dilakukan peneliti pada tanggal 28


November 2019 dengan wawancara pada lima orang lansia,
A. lima orang lansia itu setuju bahwa kesehatan dan kemandirian
beraktivitas menjadi factor utama dalam kualitas hidup mereka.
B. Lima orang lansia tersebut merasa tidak puas dalam melakukan
aktivitas sehari–hari diakibatkan masalah fisik seperti;
penurunan fungsi panca indra : penglihatan berkurang, sudah
mulai tuli, nyeri dan kaku pada sendi.
C. Salah satu lansia dalam melakukan aktifitas sehari–hari harus
dibantu oleh anak-nya, seperti cuci baju dan mandi, lansia
tersebut merasa dirinya sudah tidak mampu lagi menjalankan
aktivitas kesehariannya seperti dulu.
D. Empat lansia lain masih mampu melakukan aktivitas
kesehariannya tapi merasa tenaga-nya sudah mulai menurun
terutama sering merasa kesakitan di area persendian dan otot.

LATAR BELAKANG
Bagaimana hubungan antara Tingkat Kemandirian
activity of
daily living lansia dengan kualitas hidup lansia di
Kenagarian VII Koto Talago Wilayah Kerja Puskesmas
Padang Kandi Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima
Puluh Kota,
Sumatera Barat Tahun 2019 ”.

RUMUSAN MASALAH
TUJUAN UMUM
Diketahuinya tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) lansia dengan
kualitas hidup lansia di Kenagarian VII Koto Talago Wilayah Kerja Puskesmas
Padang Kandi Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat
Tahun 2019 ”.

TUJUAN KHUSUS
1. Mengidentifikasi distribusi frekuensi tingkat kemandirian Activity
Daily Living (ADL) lansia di Kenagarian VII Koto Talago Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Kandi Kecamatan Guguak, Kabupaten
Lima Puluh Kota, Sumatera Barat Tahun 2019 .
2. Mengidentifikasi distribusi frekuensi kualitas hidup lansia di
Kenagarian VII Koto Talago Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Kandi Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera
Barat Tahun 2019.
3. Mengidentifikasi hubungan antara tingkat kemandirian Activity
Daily Living (ADL) lansia dan kualitas hidup lansia di Kenagarian
VII Koto Talago Wilayah Kerja Puskesmas Padang Kandi Kecamatan
Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat Tahun 2019.

TUJUAN
sumbangan ilmu untuk Program Studi
Bagi S-1 Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar
Pendidika dan dapat menjadi acuan untuk
n penelitian selanjutnya.

memberikan pemahaman tentang


Bagi
pentingnya pemenuhan aktivitas sehari –
Instansi
hari lansia terhadap kualitas hidup yang
Puskesma
dirasakan lansia. Sehingga dapat
s Padang
memberikan pelayanan yang maksimal
Kandi
kepada lansia tersebut.

dapat dijadikan sebagai sumber informasi


Peneliti bagi penelitian selanjutnya yang
selanjutn berhubungan dengan tingkat kemandirian
ya Activity of Daily Living (ADL) lansia dengan
kualitas hidup lansia

MANFAAT
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS

A. Lansia atau Lanjut usia adalah tahap akhir dari


perkembangan pada siklus kehidupan manusia.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2004 dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
(enam puluh) tahun keatas (Kemenkes, 2017).
B. Pada tahap lansia terjadi penurunan status
kesehatan, terutama fisik akibat proses penuaan
yang terjadi akibat kemunduran sel - sel tubuh
(degeneratif) (Kiik, Junaiti, dan Henny, 2018;
Kemenkes, 2017).

LANSIA
PERUBAHAN PADA LANSIA
 Perubahan fisiologis, hilangnya masa jaringan
aktif dan berkurangnya fungsi dari banyak
organ dalam tubuh manusia. Perubahan
fisiologis meliputti; gangguan kemampuan
motoric, sehingga berdampak kesulitan untuk
menyiapkan makanan dan menyuap sendiri;
perubahan pada saluran pencernaan; 1.rongga
mulut ; gigi, gusi, lidah, 2.lambung; lambung
menipis ; mengganggu penyerapan kalsium, zat
besi, seng, protein lemak, dan vitamin yang laut
lemak,
 Perubahan Fisik yang terjadi pada lansia antara
lain : terganggunya mekanisme perbaikan 1)
sel: lebih sedikit jumlahnya, lebih besar
ukurannya, jumlah sel otak menurun, 2) system
persarafan : kurang sensitive terhadap
sentuhan, 3) system pendengaran mengalami
gangguan, seperti tuli, 4system
PERUBAHAN PADA LANSIA
Perubahan Psikologis, dapat berupa sikap yang yang semakin
egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit terhadap sesuatu,
frustasi, kesepian, depresi, cemas, takut mengahadapi
kehilangan, takut menghadapi kematian, dan perubahan harga
diri.
Perubahan Psikososial, nilai seseorang sering diukur melalui
produktivitasnya dan identitasnya dengan peranan dalam
pekerjaan. Ketika seorang pensiun, maka yang dirasakan
adalah pendapatannya berkurang, kedudukan, membuat
lansia menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan
muncul perilaku regresi, seperti mudah menangis, mengurung
diri, menangis, sehingga perilakunya seperti anak kecil.
 Perubahan Spiritual, ketidakiklasan menerima kenyataan
baru, seperti; penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian
pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan
perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lansia.
 
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Selain perubahan fisik proses penuaan yang dialami lansia akan
menyebabkan perubahan fisiologis, psikologis, psikososial, dan
mental/spiritual (Adriani dan Bambang, 2014)
B. Perubahan fisik pada lansia khususnya pada system
musculoskeletal : tulang kehilangan desnity (cairan) makin rapuh,
persendian membesar dan menjadi pendek, tendon mengerut dan
mengalami skelrosis, kifosis (penyakit kelainan pada tulang
belakang), discus intervertebralisis (sendi tulang rawan) menipis
dan menjadi pendek (Adriani dan Bambang, 2014) akan
menimbulkan penyakit osteoporosis, rematik, cedera tulang
belakang sehingga lansia akan menyebabkan perubahan gerakan
fungsional lansia Perubahan gerak fungsional digambarkan
melalui empat tahap yaitu kelemahan (impairment), keterbatasan
fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability),
dan keterhambatan (handicap) (Bondan, 2006).

PENUAAN
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Perubahan gerak fungsional tersebut mempengaruhi
tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas
sehari – hari (Activity Daily Living) yang melibatkan
aktivitas perawatan diri, terdiri dari; makan, mandi,
BAB, makan, dan lain sebagainya biasanya disebut
sebagai tugas pokok untuk kegiatan fisik sendiri
(Oros, Codruta, Sorin, Petru, dan Claudia, 2016).
B. Tingkat Kemandirian yang terbagi dua yaitu : 1)
mandiri artinya tidak bergantung pada orang lain
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Putri dan
Hamidah, 2014) dan 2) Membutuhkan bantuan,
artinya cendrung tergantung pada orang lain dalam
melakukan aktivitas (Adriani dan Bambang, 2014).

TINGKAT KEMANDIRIAN
ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) LANSIA
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADL
 UMUR DAN STATUS PERKEMBANGAN
 KESEHATAN FISIOLOGIS
 FUNGSI KOGNITIF
 FUNGSI PSIKOSOSIAL
 RITME BIOLOGI
 STATUS MENTAL
 TINGKAT STRESS
No Aktivitas Bantuan Mandiri
Makan (bantuan jika makanan perlu di
1 potong-potong, disuap, tidak mampu 5 10
menggunakan peralatan makan
sendiri, dan lain – lain
Transfer (dari duduk ke tempat tidur
2 lalu kembali duduk lagi) 5-10 15
Membersihkan diri atau personal
3 toilet (mencuci muka, menyisir 0 5
rambut, mengosok gigi, dan
mencukur kumis)
Penggunaan toilet
4 5 10
Mandi
5 0 5
Mobilisasi (berjalan) atau jika tidak
6 mampu berjalan mengkaji 10 15
kemampuan penggunaan kursi roda
0 5
Naik-turun tangga
7 5 10
Berpakaian
8 5 10
Kontrol BAK
9 5 10
Kontrol BAB
10 5 10

INDEKS BARTHEL
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Tingkat Kemandirian Activity of Daily Living (ADL)
sangat terkait dengan status mental dan harga diri
lansia yang mempengaruhi kualitas hidup lansia
(Datta, Pratyay, dan KunalKanti, 2014; Kanayama,
Keiko, Kenichi, Yosuke, dan Ryuji, 2016; Putri dan
Hamidah, 2014).
B. Kualitas hidup mengindikasikan bagaimana
seorang hidup dan secara tidak langsung
mempengaruhi standar fisik, psikologis, hubungan
sosial, dan lingkungan (WHOQOL Group. 2009,
Oktober 20; Skevington.S.M, Lotfy.M dan
O’Connell.K.A, 2004, WHO, 1998).

KUALITAS HIDUP LANSIA


FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS HIDUP
 JENIS KELAMIN
 USIA
 PENDIDIKAN
 PEKERJAAN
 PENGHASILAN
 HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN
WORLD HEALTH ORGANIZATION
QUALITY OF LIFE (WHOQOL) BREF
MEMBAGI KUALITAS HIDUP MENJADI
4 DOMAIN /DIMENSI YAITU :
A. fisik,
B. psikologis,
C. hubungan sosial
D. lingkungan
Lansia

Perubahan pada lansia :


Perubahan Sistem
Fisik
Fisik Muskuluskeletal
Psikologis

Psikososial

Spritual
Bantuan : Perubahan Gerak Fungsional

Ringan

Sedang Mandiri

Berat Kelemahan

Total Keterbatasan fungsional

  Ketidakmampuan

Keterhambatan
Tingkat Kemandirian

Activity of Daily Living (ADL)


KERANGKA TEORI
Sumber : Adriani dan Bambang (2014), Bondan
Kualitas Hidup : (2006), Oros, Codruta, Sorin, Petru, dan Claudia
(2016), Putri dan Hamidah (2014), Datta, Pratyay,
Fisik dan KunalKanti (2014), Kanayama, Keiko, Kenichi,
Yosuke, dan Ryuji (2016), Skevington.S.M, Lotfy.M
Psikologis
dan O’Connell.K.A (2004), WHO (2004)
Hubungan Sosial
Lingkungan
BAB III KERANGKA KONSEP

VARIABEL VARIABEL DEPENDEN


INDEPENDEN
KUALITAS HIDUP
ACTIVITY OF QUALTY OF LIFE
DAILY LIVING (QOF)
(ADL) LANSIA LANSIA

Keterangan :
= variabel yang diteliti

= ada hubungan
Tidak Ada Hubungan Tingkat Kemandirian Activity

HIPOTESA
Daily Living (ADL) lansia dengan Kualitas Hidup

(Quality of Life) Lansia di Kenagarian VII Koto

Ho Talago Wilayah Kerja Puskesmas Padang Kandi,

Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota,

Sumatera Barat Tahun 2019.

Ada Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living

(ADL) lansia dengan Kualitas Hidup (Quality of Life)


Ha
Lansia di Kenagarian VII Koto Talago Wilayah Kerja

Puskesmas Padang Kandi, Kecamatan Guguak,

Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat Tahun 2019


BAB IV
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN

METODE >>> DESKRIPTIF KORELASI


( CROSS SECTIONAL )
B. POPULASI DAN SAMPEL

1. POPULASI : LANSIA YANG ADA DI JORONG TANJUNG JATI


DAN KOTO KOCIAK YANG BERJUMLAH 628 JIWA
2. SAMPEL : 244 JIWA (JORONG KOTO KOCIAK 120 JIWA
DAN TANJUNG JATI 124) dipilih secara Stratified Random
Sampling
Teknik Pengambilan sampel : Non probabilitas ( Non
Random ) dengan Purposive Sampling
C. TEMPAT DAN WAKTU

TEMPAT : NAGARI VII KOTO TALAGO


WAKTU : DESEMBER 2019 S.D JANUARI 2019
BAB IV METODE PENELITIAN

D. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

1. INKLUSI :
A. lansia berusia 60 tahun – 90 tahun
B. Lansia yang dapat diajak berkomunikasi dengan
baik
C. Lansia yang bersedia menjadi responden
D. Lansia dengan pendengaran yang baik

2. EKSKLUSI :
A. Lansia yang mengalami gangguan jiwa
B. Lansia dengan demensia. Tidak mampu
mengorientasikan orang, tempat dan waktu.
DEFENISI OPERASIONAL

Variabel Defenisi Alat Cara Ukur Skala Hasil Sumber

  Ukur
Variabel Aktivas Barthel Wawancara Ordinal Nilai ADL : Barthel
Independe perawatan diri Scale Terpimpin 1. Mandiri Scale
nt yang     (skor 100) (1965)
Kemandiria normalnyadilakuk   2. Ketergant diadaptasi
n activity an setiap hari ungan dari
of daily oleh individu ringan Kemenkes
living dalam memenuhi (Skor 91 – (2017);
(ADL) pada kebutuhan hidup 99) Putri dan
Lansia sehari – hari 3. Ketergant Hamidah,
meliputi ungan (2014);
mobilisasi, sedang Oros,
transfer, (Skor 61- Codruta,
penggunaan 90) Sorin,
toilet, 4. Ketergant Petru, dan
membersihkan ungan Claudia,
diri, kontrol BAB, Berat (2016)
kontrol BAK, (Skor 21-  
mandi, 60)
berpakaian, 5. Ketergant
makan, dan naik- ungan
DEFENISI OPERASIONAL

Variabel Defenisi Alat Cara Ukur Skala Hasil Sumber

  Ukur
Variabel Pandangan WHOQOL Wawancara Ordinal 1. Metode Skeving
Dependent lansia terhadap -BREF Terpimpin Transformasi ton.
Kualitas kehidupannya pemindahan M.Lotfy,
Hidup yang skor ke O’Conel
(Quality of digambarkan rentang l
Life) Lansia dalam empat antara 4-20 (2004);
domain yaitu 2. Metode WHO
fisik, psikologis, Transformasi (1996 &
hubungan pemindahan 2004);
sosial, dan skor domain Datta,
lingkungan ke rentang Pratyay
0-100 , dan
KunalKa
nti
(2014)
BAB IV
METODE PENELITIAN

F. PENGUMPULAN DATA

1. ALAT PENGUMPUL DATA : KUESIONER


2. TAHAP PENGUMPULAN DATA DENGAN KUISIONER :
TAHAP PENGUMPULAN DATA DENGAN
KUISIONER
BAB IV
METODE PENELITIAN
G. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

1. CARA PENGOLAHAN DATA


 Editing/ Memeriksa
 Kode / Koding
 Entry Data
 Cleaning
2. ANALISA DATA :
 Analisa Univariat = deskripsi tingkat kemandirian
activity daily living dan kualitas hidup lansia
 Analisa Bivariat >> Uji Statistik > Spearmen
Rank

Anda mungkin juga menyukai