GINJAL
Kelompok 4 :
Rizka Aulia Putri (19013029)
Fitra Ayu Ningsih (19013008)
Berli Amelia Yesi (19013009)
Nadiya Haryanti (19013013)
Friskia Dwi Kharisma (19013017)
Nailatul Fadhila (19013004)
Echa septiana (1801010)
Herdinawati Manao (1801151)
Intan Indriani ((1801042)
Nadia Ramadani (1801163)
Hesti andriani (1801056)
Regina Nababan (1901190)
Tirsa Ami Manao (1801189)
Aulia Hikmah Syamsurizal (1801178)
DEFENISI
Batu ginjal adalah proses terbentuknya batu (kalkuli) pada
traktus urinarius. Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut
nephrolitiasis dan kasus ini paling sering dijumpai.
Batu ginjal adalah suatu kondisi terbentukny material keras
yang menyerupai batu di dalam ginjal. Material tersebut
berasal dari sisa zat-zat limbah didalam darah yang dipisahkan
ginjal yang kemudian mengendap dan mengkristal seiring
waktu.
Diuretik
Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urin.Istilah diuresis mempunyai dua
pengertian, pertama menunjukkan adanya
penambahan volume urin yang diproduksi yang
kedua menunjukkan jumlah pengeluaran
(kehilangan) zat-zat terlarut dan air.
KLASIFIKASI
A. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
Berdasarkan etiologinya batu ginjal dapat diklasifikasikan
menjadi infeksi, non infeksi, genetik, atau efek samping obat.
Dapat dilihat pada tabel II.1
Urolitiasis non infeksi Kalsium oksalat , Kalsium phospat,
Asam urat
lokasi rasa sakit dapat bervariasi dari pasien ke pasien
tergantung pada ukuran batu, lokasi batu, derajat obstruksi,
ketajaman obstruksi, dan variasi anatomi individu. Renal
colic pada obstruksi dari renal pelvis dan ureter biasanya
tergambarkan nyeri sedang sampai nyeri berat di daerah
panggul yang menjalar ke daerah paha. Obstruksi batu di
mid ureter biasanya nyeri menjalar ke lateral perut bagian
bawah dan disertai dengan inkontinensia urin sedangkan
obstruksi di bagian distal ureter atau uretrovesical junction
biasanya sakit parah dan terasa lumpuh, juga bisa disertai
mual dan muntah.
GEJALA
Nyeri atau pegal-pegal pada pinggang atau flank
yang dapat menjalar keperut bagian depan, dan
lipatan paha hingga sampai kemaluan
Hematuria : buang air kecil berdarah
Urin berisi pasir, berwarna putih dan berbau
Nyeri saat buang air kecil
Infeksi saluran kencing
Demam
Mual dan muntah
menggigil
DIAGNOSA
Anamnesis
Diagnosis adanya kalkuli pada traktus urinarius dimulai dari wawancara adanya
keluhan klasik berupa kolik renalis.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik vital sign jangan pernah lupa dilakukan. Demam juga bisa
dijumpai saat muncul kolik renalis, jika ada infeksi pada kasu hidronefrosis,
pienefrosis atau abses perinephritik. Adanya takikardia dan berkeringat juga bisa
dijumpai
Pemeriksaan Laboratorium
Pada 85% dari pasien yang mengalami kolik renalis pada pemeriksaan
urinalisisnya ditemukan adanya hematuria secara mikroskopis, kadang-kadang
kristaluria
Pemeriksaan Penunjang
Untuk diagnosa pasti adanya batu adalah dengan Intravenous Pielography (IVP)
dan foto polos abdomen atau Blass Nier Overzicht (BNO). Namun pada keadaan
tertentu misalnya wanita hamil, ada riwayat tak tahan dengan zat kontras,
ditentukan dengan pemeriksaan Ultrasonography (USG).
PENCEGAHAN
Penyakit batu ginjal bisa dicegah dengan membiasakan diir
menerapkan pola hidup sehat:
Minum cukup air putih tiap hari
Membatasi konsumsi makanan, minuman, atau suplemen
yang mengandung zat-zat berpotensi menyebabkan
terbentuknya batu ginjal, seperti oksalat, kalsium dan
protein
Kurangi makanan kaya oksalat seperti bbayam, ubi, the,
coklat dan produk kedelai
Memilih makanan yang rendah garam dan protein hewani
Mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter.
Biasanya langkah ini dianjurkan untuk mencegah kambuh
bagi yang sebelumnya pernah menderita batu ginjal
Farmakologi obat
1. Penghambat Karbonik Anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang terdapat di dalam sel
korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan
SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma.
A. ASETOZOLAMID
1. Efek Samping 3. Indikasi
Intoksikasi asetazolamid jarang terjadi. Pada Penggunaan asetazolamid
dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang utama ialah untuk
yang terus-menerus. Asetazolamid menurunkan tekanan
mempermudah pembentukan batu ginjal intraokuler pada penyakit
karena berkurangnya ekskresi sitrat, kadar glaukoma.
kalsium dalam urin tidak berubah atau
meningkat. Asetazolamid jarang
digunakan sebagai diuretik,
tetapi dapat bermanfaat
untuk alkalinisasi urin
sehingga mempermudah
2. Kontraindikasi
ekskresi zat organik yang
Asetazolamid sebaiknya tidak
bersifat asam lemah.
diberikan selama kehamilan, kerena
pada hewan percobaan obat ini
dapat menimbulkan efek
teratogenik.
4. Sediaan
Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk
pemberian oral.
Dosis antara 250-500 mg per kali, dosis untuk chronic simple glaucoma yaitu 250-
1000 mg per hari.
Natrium asetazolamid untuk pemberian parenteral hendaknya diberikan satu kali
sehari, kecuali bila dimaksudkan untuk menimbulkan asidosis metabolik maka
obat ini diberikan setiap 8 jam.
Dosis dewasa untuk acute mountain sickness yaitu 2 kali sehari 250 mg, dimulai
3-4 hari sebelum mencapai ketinggian 3000 m atau lebih, dan dilanjutkan untuk
beberapa waktu sesudah dicapai ketinggian tersebut.
Dosis untuk paralisis periodik yang bersifat familier (familial periodic paralysis)
yaitu 250-750 mg sehari dibagi dalam 2 atau 3 dosis, sedangkan untuk anak-anak 2
atau 3 kali sehari 125 mg.
B. Diklorofenamid
Dosis :
Diklorofenamid dalam tablet 50 mg, efek optimal dapat dicapai
dengan dosis awal 200 mg sehari, serta metazolamid dalam
tablet 25 mg dan 50 mg dan dosis 100-300 mg sehari
2. Loop diuretik
Mekanisme kerja golongan obat ini yaitu
menghambat kontranspor Na/K/Cl dari membran
lumen pada pars asendens ansa henle.Kerena
itu,reabsorbsi Na,K,dan Cl menurun,sehingga tidak
menyebabkan peningkatan cairan tubuh.Contoh:
asam etakrinat,bumetanid,furosemid ,torsemid.
3. Diuretik tiazid
Sintesis golongan ini merupakan hasil dari
penelitian zat penghambat enzim karbonik
anhidrase.Prototipe golongan benzotiadiazid ialah
klorotiazid, yang merupakan obat tandingan
pertama golongan Hg-organik, yang telah
mendominasi diuretik selama lebih dari 30 tahun.
A. Klorotiazid
Klorotiazid merupakan golongan tiazid modern pertama yang aktif peroral dan
mampu mempengaruhi edema berat yang disebabkan oleh sirosis hati dan gagal
jantung kongestif dengan efek samping yang minimum. Sifat-sifatnya memiliki
kelompok tiazid walaupun derifat yang lebih baru seperti hidroklotiazid atau
klortalidon yang sekarang lebih sering digunakan.
Efek Samping:
• Kehilangan Kalium,
• Hiperurisemia,
• Pengurangan Volume,
• Hiperkalsemia,
• Hiperglikemia,
• Hipersensitifitas
B. Hidroklorotiazid
Hidroklorotiazid adalah direvat tiazd yang telah terbukti lebih popular
dibandingkan obat induk. Hal ini karena kemampuannya untuk menghambat
karbonik anhidrase kurang dibandingkan klorotiazid. Obat ini juga lebih kuat,
sehinga dosis yang diperlukan kurang dibandingkan klorotiazid. Selain itu,
efektivitas sama dengan obat induknya.
C. Klortalidon
Klortalidon adalah merupakan suatu derivat tiazid yang bersifat seperti
hidroklorotiazid. Memiliki ,asa kerja yang panjang dank arena itu sering
digunakan untuk mengobati hipertensi. Diberikan sekali sehari untuk indikasi ini.
D. Analog Tiazid
1) Metolazon : lebih kuat dari tiazid dan tidak seperti tiazid, obat ini
menyebabkan Na+ pada gagal ginjal lanjut.
2) Indapamid : larut dalam lipid, merupakan diuretic bukan gologan tiazid yang
memiliki masa kerja panjang. Pada dosis rendah, obat ini memperlihatkan efek
anti hipertensi yang bermakna dengan efek diuretic yang minimal. Indapamid
sering digunakan pada gagal ginjal yang lanjut untuk merangsang diuresis
tambahan diatas duresis yang telah dicapai oleh diuretic kuat. Indapamid di
metabolism dan diekresi oleh saluran pencernaan dan ginjal, oleh karena itu
sedikit kemungkinan untuk terakumulasi dengan pasien dengan gagal ginjal dan
mungkin berguna untuk pengobatan.
Sediaan dan Dosis
Golongan Tiazid
4. Diuretik hemat
kalium
Mekanisme kerja obat ini yaitu antagonis aldosteron,bersaing
dengan aldosteron untuk mencapai reseptor sitoplasma
intraselular,contoh spironolakton.
Menghambat kanal Na,menghambat saluran transpor Na yang
menyebabkan penurunan pertukaran Na – K ditubulus renalis
rektus. Contoh triamteren ,amilorid.
.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan
elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu zat
dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4
syarat :
1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan
metabolik.
diuretic, urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan monitol, karena
50% senyawa urea ini akan direabsorpsi oleh tubuli ginjal
C. Gliserin
Diberikan peroral sebelum suatu tindakan optalmologi dengan tujuan
menurunkan tekanan intraokuler. Efek maksimal terlihat satu jam sesudah
pemberian obat dan menghilang sesudah 5 jam.
Dosis untuk orang dewasa yaitu 1-1,5g/KgBB dalam larutan 50 atau 75%.
Gliserin ini cepat dimetabolisme, sehingga efek diuresisnya relative kecil.
D. Isosorbid
Diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan gliserin. Efeknya juga
sama, hanaya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar daripada
fliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-3g/KgBB,
dan dapat diberikan 2-4 kali sehari
6. Diuretik Kuat
Diuretik mencakup sekelompok diuretic yang efeknya
sangat kuat dibandingkan dengan diuretic lain. Tempat
kerja utamanya dibagian epitel tebal ansa henle bagian
asenden, karena itu kelompok ini disebut juga sebagai
loop diuretics, Yang termasuk golongan ini adalah
bumetanid, furosemid, torsemid dan asam etakrina.
Diuretic kuat terutama bekerja dengan cara menghambat
reabsorpsi elektrolit di ansa henle asenden bagian epitel
tebal: tempat kerjnya dipermukaan sel epitel bagian
luminal (yang menghadap ke lumel tubuli). Pada
pemberian secara IV obat ini cederung meningkatkan
aliran darah ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi
glomerulus.
Furosemid dan bumetamid mempunyai daya hambat
enzim karbonik anhidrase karena keduanya
merupakan derivate sulfonamide, seperti juga tiazid
dan asetazolamid, tetapi aktivitasnya terlalu lemah
untuk menebabkan diuresis di tubuli proksimal. Asam
etakrinat tidak menghambat enzim karbonik anhidrase.
Efek deuetik kuat terdapak segmen yang lebih distal
dari ansa henle asendens epitel tebal , belum dapat
dipastikan, tetapi dari besarnya dieresis yang terjadii,
diduga obat ini bekerja juga di segmen tubui lain.
Efek Samping
Efek samping asam atakrinat dan furosemid dapat dibedakan
atas:
(1) reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
yang sering terjadi dan
(2) efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya
jarang terjadi.
(3) Hiperuresemia relative sering terjadi, namun pada kebanyakan
penderita hal ini hanya merupakan kelainan biokimia. Dapat pula
terjadi reajksi berupa gangguan saluran cerna, depresi elemen
darah, rash kulit, parestesia dan difungsi hati.
(4) Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam
etakrinat daripada furosemid.
(5) Sensivitas mungkin terjadi antara furosemid dan sulfnamid yang
lain.
(6) Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun
menetap, dan hal ini merupakan efek samping yang serius.
Sediaan
Ø Asam etakrinat.
Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per
hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinal, dolsisnya 50mg atau 0,5-1
mg/kgBB
Ø Furosemid.
Obat ini tersedia dalam bentuk tabletb20, 40, 80 mg dan
preparat suntikan. Umumnya pasien membutuhkan kurang dari
600 mgg/hari. Dosis anak 2 mg/kgBB, bila perlu dapat
ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.
Ø Bumetanid.
Tablet 0,5 dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0,5-2 mg
sehari. Dosis maksimal perhari 10mg. obat ini tersedia juga
dalam bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM dosis awal
atara 0,5-1 mg: dosis diulang 2-3 jam maksimum 10 mg/hari
THANK YOU