Anda di halaman 1dari 60

TANATOLOGI

DR. WINDA TRIJAYANTHI UTAMA, S.KED., S.H.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG


2016
PENDAHULUAN
DEFINSI

 Berasal dari kata


 Thanatos : yang berhubungan dengan kematian,
 Logos : ilmu
 Thanatologi : ilmu yang mempelajari tentang kematian dan
peruahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang
mempengaruhi perubahan tersebut (Idries, 1997).
Pengetahuan ini bertujuan :

 Menentukan seseorang benar-benar telah meninggal atau belum.


 Menentukan kapan seseorang telah meninggal.
 Membedakan perubahan-perubahan post mortal dengan
kelainan-kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup
Pengetahuan ini bermanfaat :

 Menetapkan hidup atau matinya korban


 Memperkirakan lama kematian korban, dan
 Menentukan wajar atau tidak wajarnya kematian korban.
DEFINISI DAN JENIS-
JENIS
MATI
CARA MATI

WAJAR
TIDAK TAK
WAJAR DPT
DITENTUKAN

Pembunuhan
Sakit Bunuh diri
Tua Kecelakaan
DEFINISI MATI

 Mati : penghentian penuh menyeluruh dari semua fungsi vital


tanpa kemungkinan dihidupkan lagi
 Ada beberapa istilah :
1. Mati suri
2.

3.
Mati somatik (mati klinis)
Mati seluler (setelah kematian somatik)
SS
4.

5.
Mati serebral
Mati batang otak P
SIRKUL RESPIR
ASI ASI
1. MATI SURI
(Apparent Death/ Suspended
Animation)
 Adalah penurunan fungsi organ vital sampai taraf minimal yang
reversibel
 3 sistem tidak terdeteksi aktifitasnya dengan alat sederhana
 Diketahui ternyata hidup lagi setelah dinyatakan mati
 Mati suri sering ditemukan pada kasus :
 keracunan obat tidur (barbiturat),
 tersengat listrik atau tersambar petir,dan
 tenggelam.
2. MATI SOMATIS (Mati Klinis)
 Adalah keadaan dimana fungsi ketiga organ vital (sistem saraf
pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernafasan) berhenti
secara menetap (ireversibel)
2. MATI SOMATIS (Mati Klinis)
 Pada klinis tidak ditemukan :
1. Sistem saraf
1. Refleks-refleks fisiologis dan patologis
2. Tonus otot melemas → sehingga terkesan tubuh saat diangkat berat ( relaksasi primer )
2. Sistem pernafasan (henti nafas)
1. Tak tampak gerakan dada
2. Tak teraba udara keluar masuk hidung
3. Bulu / serat halus yang ditaruh di depan hidung tidak bergerak
4. Tak terdengar suara aliran udara di depan hidung, di trakea, di dada
3. Sistem kardivaskuler
1. EEG mendatar selama 5 menit
2. Nadi tidak teraba  kulit pucat
3. Iktus kordis negatif
4. Denyut jantung tidak terdengar (terhenti)
3. MATI SELULER

 Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul


beberapa saat setelah kematian somatis
 Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan
berbeda-beda sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap
organ atau jaringan tidak bersamaan
 Tergantung jaringan, contohnya:
 otak 5 menit,
 otot 4 jam, dari mati somatis
 kornea 6 jam
4. MATI SEREBRAL

 Kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang


otak dan serebelum, dan kedua sistem lain masih berfungsi
dengan bantuan alat
5. MATI BATANG OTAK

 Kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel,


termasuk batang otak dan serebelum
 Tanda awal :
 Relaksasi primer
 Berhentinya pernafasan
 Berhentinya sirkulasi darah
 Kulit pucat
 Reflek kornea dan cahya (-)
PERUBAHAN PADA
MAYAT
PERUBAHAN PADA MAYAT

 Terjadi sesuai dengan perjalanan waktu sehingga dapat digunakan untuk


memperkirakan saat mati

1. Perubahan dini
2. Perubahan lanjut
1. Perubahan Dini

 Tonus otot hilang dan relaksasi (fase relaksasi primer)


 SEMEN KELUAR, FESES KELUAR
 “PENDATARAN”
 Nafas Berhenti
 Sirkulasi darah berhenti
 Kulit pucat
 Kornea mengering
 Reflek kornea dan cahya (-)
2. Perubahan Lanjut

1. Algor mortis (Penurunan Suhu/Dingin Mayat)


2. Livor mortis (Lebam Mayat)
3. Rigor mortis (Kaku Mayat)
4. Dekomposisi (Pembusukan)
5. Adipocere (Saponifikasi)
6. Mumifikasi
7. Maserasi
2.1 ALGOR MORTIS
Penurunan suhu
 Suhu mayat dapat berubah karena
 Ada beda suhu tubuh dengan suhu lingkungan
 Tubuh sudah tidak ada metabolisme
 Tidak ada sirkulasi yang meratakan suhu tubuh

 Dipengaruhi oleh : baju, usia,sakit sebelumnya, dan lingkungan


2.1 ALGOR MORTIS
Penurunan suhu
 Secara kasar dapat dikatakan rata-rata penurunan suhu pada:
 1 jam pertama adalah 2 derajat C dan,
 1 derajat C setelah mencapai keseimbangan dengan suhu
lingkungan (Idries dan Tjiptomartono,2008)

 Pengukuran suhu mayat : termometer raksa dimasukkan ke


dalam rektal sedalam 10 cm selama 3 menit
2.2 LIVOR MORTIS (Lebam
Mayat)
 Adalah warna yang muncul pada kulit orang yang sudah mati
 Patofisiologi : adanya gravitasi bumi sehingga darah
menempati bagian tubuh terbawah, intensitas dan luasnya
berangsur-angsur bertambah sehingga akhirnya menetap.
 Membentuk warna merah ungu ( livide )
2.2 LIVOR MORTIS (Lebam
Mayat)

LivorEkstravasasi

mortisdan terjadi karena
hemolisis sehingga : keluar
hemoglobin
 Kapiler sebagai bejana berhubungan
 Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun
 Pembuluh darah terjepit oleh otot saat rigor mortis (kaku
mayat)
2.2 LIVOR MORTIS (Lebam
Mayat)

Waktu terjadinya
 Terjadi livor
akibat proses gravitasi mortis
setelah :
sirkulasi berhenti
(mati somatis)
20 - 30 menit PM : mulai tampak
½ - 8 jam PM : hilang pada penekanan
>8 PM : menetap
2.2 LIVOR MORTIS (Lebam Mayat)

Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan


untuk memperkirakan penyebab kematian :
 Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
 Jika merah bata intox CO-karboxihemoglobin
 Jika merah terang (sianida)-oksihemoglobin tinggi dlm vena,
atau pada korban tenggelam
 Jika coklat kebiruan intox kalium klorat, kinin, anilin
nitrobenzen karena metHb dan sianosis
2.2 LIVOR MORTIS (Lebam
Mayat)

5 macam

interpretasi Livor mortis
Tanda pasti kematian
Menaksir saat kematian
: Menaksir lama kematian
 Menaksir penyebab kematian
 Posisi mayat setelah terjadi lebam bukan pada saat mati
LEBAM
MAYAT

LEBAM

BEBAS LEBAM AKIBAT PENEKANAN


JEJAS JERAT/PENJERATAN
JEJAS JERAT/GANTUNG
2.3 RIGOR MORTIS (Kaku
Mayat)
 Patofisiologi rigor mortis :
 Terjadi bila cadangan glikogen habis → aktin dan miosin
menggumpal
 Dimulai dari otot kecil ke arah dalam dan menghilang juga dari otot
kecil ( proteolisis )
 Bila otot dipaksa diregangkan maka otot akan robek
 Dapat disertai atau tidak disertai pemendekan serabut otot
2.3 RIGOR MORTIS (Kaku
Mayat)

Perubahan kekakuan pada mayat :


Relaksasi primer : 2-3 jam setelah kematian

Rigor mortis (kaku mayat)


 Relaksasi sekunder
2.3 RIGOR MORTIS (Kaku
Mayat)

Skala waktu
Terjadi

rigor
sesuai dengan teori ATPmortis :
 2 jam PM : mulai dapat ditemukan
 2 - 8 jam PM : mudah dilawan
 8 - 24 jam PM : lengkap sukar dilawan (puncak)
 >24 jam PM : mulai menghilang (fase relaksasi
sekunder)
 Dimulai dari sendi dengan otot kecil
2.3 RIGOR MORTIS (Kaku
Mayat)

Faktor yang mempengaruhi rigor


Aktivitas pre mortal, mempercepat kaku
mortis :

Suhu tubuh tinggi (panas), mempercepat kaku


 Suhu lingkungan tinggi, mempercepat kaku
 Bangun tubuh dengan otot athletis, memperlambat kaku
2.3 RIGOR MORTIS (Kaku
Mayat)

Kekakuan yang menyerupai rigor mortis


1. Cadaveric spasm

: Adalah kekakuan yang timbul pada saat kematian dan menetap



sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena
kelelahan atau emosi yang hebat sesat sebelum mati
 Adalah keadaan kekakuan pada sekelompok otot dan kadang pada
seluruh otot segera setelah terjadi kematian somatis dan tanpa
melalui relaksasi primer
 Dapat terjadi pada : korban panik, menderita nyeri hebat menjelang
kematian, mengalami ketegangan jiwa
 Contoh : pada korban bunuh diri
2.3 RIGOR MORTIS (Kaku
Mayat)

Kekakuan yang menyerupai rigor mortis


2. Heat stiffening
kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga
:

serabut otot memendek dan terjadi fleksi sendi.
 Misalnya pada :
 Mayat yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam
waktu yang lama.
 Pada kasus kebakaran
 Pada korban mati terbakar
 Sikap jenazah menyerupai sikap seorang petinju (pugilistic
attitude)
Heat stiffening
2.3 RIGOR MORTIS (Kaku
Mayat)
3. Cold stiffening
Kekakuan

yang menyerupai rigor mortis :
kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin atau suhu rendah
sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan
jaringan lemak subkutan sampai otot
 Jenazah disimpan di dalam freezer
 Cairan tubuh terutama sekitar sendi akan membeku sehingga dapat
terdengar bunyi derik/krepitasi jika kita mencoba melawan
kekakuan tersebut (terdengar derik akibat pecahnya cairan yang
membeku tadi)
 Bedakan dengan derik tulang pada patah tulang dan derik udara
akibat pembusukan
2.4 DEKOMPOSISI
(Pembusukan)
Faktor yang mempengaruhi pembusukan :
 Aktivitas bakteri pembusuk,
 Dipengaruhi suhu lingkungan, semakin panas semakin cepat.
 Gemuk atau kurus,
 Penyakit infeksi,
 Luka terbuka
 Autolisis
 Rumus casper :
 1 minggu di udara terbuka
 2 minggu di dalam air
 8 minggu di dalam tanah
2.4 DEKOMPOSISI
(Pembusukan)

Pembusukan Minggu Ke-1


Pembusukan organ dalam tergantung banyaknya vaskularisasi,

biasanya dlm waktu 4-5 hari mukosa menjadi merah kehitaman

 Akhir minggu I ; seluruh tubuh kehijauan dan merah ungu


2.4 DEKOMPOSISI
(Pembusukan)

Pembusukan Minggu Ke-2


 Otak lunak membubur

 Paru menjadi lembek


 Gambaran honey comb appearance pada hati
 Limpa lunak dan mudah hancur
 Otot jantung pucat keunguan
 Organ dalam menciut
 Prostat dan rahim (no gravid) membutuhkan waktu paling
lama untuk membusuk
PEMBUSUKAN

VESIKEL

BULLA
PEMBUSUKAN

LARVA
LALAT
TANDA PEMBUSUKAN
 Bula dan kulit ari mengelupas
TANDA PEMBUSUKAN LANJUT
2.5 ADIPOCERE
(SAPONIFIKASI)
 Adanya hidrolisis dan hidrogenisasi asam lemak tak jenuh pada
tubuh mayat karena adanya enzim lesitinase menghasilkan asam
lemak bebas dan menyebabkan pH tubuh rendah yang dapat
menghambat aktivitas bakteri pembusukan
 Tubuh menjadi tampak putih-kelabu, pada perabaan teraba licin,
lunak atau berminyak, berbau tengik (campuran bau tanah,
keju, amoniak) akibat proses penyabunan
 Terbentuk pertama kali pada lemak superfisial bentuk bercak,
di pipi, di payudara, bokong bagian tubuh atau ekstremitas.
 Manfaat : perkiraan saat kematian, perkiraan, sebab kematian,
posisi terakhir saat kematian.
ADIPOCERE (SAPONIFIKASI)
2.6 MUMIFIKASI

 Proses dehidrasi jaringan yang cukup cepat atau terjadi bila


keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan jaringan dengan
cepat yang selanjutnya dapat menghentikan proses pembusukan
 Syarat terjadinya mumifikasi : suhu tinggi, kelembaban
rendah, aliran udara tinggi tubuh dehidrasi dan waktu
yang lama.
 Jaringan menjadi keras dan kering, warna gelap, keriput
dan tidak membusuk
 Pengeringan menyebabkan menyusutnya organ dalam tubuh
sehingga tubuh menjadi lebih kecil dan ringan
2.7 MASERASI

 Adalah perubahan yang terjadi pada mayat yang mati dalam


kandungan yang mengandung dekomposisi protein steril
akibat proses autolisis
(tambahan)
CUTIS ANSERINA
 Kaku mayat yang terjadi pada otot erektor pili, yaitu otot
pada akar rambut

 Gambaran seperti kulit angsa /kulit berbintil-bintil

 Dapat terjadi pada kasus korban tenggelam (faktor suhu


lingkungan yang rendah)
Perubahan lain untuk
perkiraan saat kematian
1. Perubahan pada Mata (kornea)
 Pengeringan pada kornea akan menyebabkan kekeruhan yang
tampak beberapa menit postmortemmenetap
 6 jam PM : mulai terjadi
 10 - 12 jam PM : keruh

 Tekanan intra okuler menurun shg menyebabkan distorsi pada


pupil bila bola mata ditekan
Perubahan lain untuk
perkiraan saat kematian
2. Perubahan pada Retina
 2 jam pertama retina tampak pucat,sekitar fundus dan makula
tampak kuning

 6 jam : batas fundus menjadi tidak jelas, segmentasi pembuluh


darah warna kelabu kekuningan

 7-10 jam : menyeluruh s.d.a pada retina


Perubahan lain untuk
perkiraan saat kematian
3. Perubahan Biokimia
 Didalam humor vitreous : peningkatan kadar K+ (cukup akurat pada
24-100 jam pm)
 Reaksi supravital : kontraksi otot 90-120 menit p.m, perdarahan
dibawah kulit pada pemukulan sd 1 jam pm, sekresi kelenjar
keringat dan rangsang miosis –midriasis hingga 60-90 menit pm
 Setelah kematian :
 pH darah dan jaringan menurun akibat :
 akumulasi CO2,
 Glikogenolisis
 dan glikolisis dengan akumulasi asam laktat ,fosfor pemecahan asam
amino dan lemak
Perubahan lain untuk
perkiraan saat kematian
3. Perubahan Biokimia
 24 jam : pH menjadi alkalis karena terbentuknya amoniak dari
pemecahan enzimatik protein dan peningkatan non protein
nitrogen dalam serum

 12 jam pertama kemudian peningkatan non protein nitrogen


sebesar 50 mg/dl
Perubahan lain untuk
perkiraan saat kematian
3. Perubahan Biokimia
 Setelah kematian : klorida plasma dan eritrosit menjadi
seimbang dan akan menurun karena difusi ekstravaskuler

 72 jam kemudian kadarnya tinggal separuh


Perubahan lain untuk
perkiraan saat kematian
4. Perubahan Elektrolit
 Magnesium eritrosit akan pindah ke serum, meningkat seiring dg
pembusukan72 jam PM mjd 8xlipat normal.

 Kalium juga meningkat krn difusi dari endotel pembuluh darah


Perubahan lain untuk
perkiraan saat kematian
5. Pengosongan Lambung
 3-5 jam setelah makan terakhir,
 30 menit-1 jam masih berupa bolus/stgh cerna
 Kecepatan pengosongan tergantung konsistensi makanan,
kandungan lemak dan ada/tidak penyakit saluran cerna
6. Pertumbuhan Rambut
 Pertumbuhan rambut kumis dan janggut (bertambah 0.4 mm/hari)*
 Bila diketahui kapan bercukur terakhir maka dg mengukur panj
rambut kumis/janggut dapat dipekirakan saat kematian*
Perubahan lain untuk
perkiraan saat kematian
7. Pertumbuhan Kuku
 Kecepatan tumbuh rata-rata 0,1 mm/hari
8. Pemeriksaan Larva Lalat (Entomologi Forensik)
 Masing-masing spesies lalat mempunyai waktu siklus telur-larva-
kepompong-lalat tertentu
TERIMA KASIH....
SEMOGA MENJADI ILMU YANG BERMANFAAT...

Anda mungkin juga menyukai