Phlebografi
1. Pemeriksaan ini dilakukan secara team work antara radiolog, radiographer dan perawat
serta petugas kamar gelap.
2. Pasien diberikan penjelasan mengenai prosedur dan manfaat pemeriksaan yang akan
dilakukan.
3. Pasien melepaskan seluruh pakaian luar termasuk BH bagi pasien wanita dan mengenakan
pakaina ganti yang telah disiapkan.
4. Tungkai yang akan diperiksan direndam air hanagat. Selama 10-15 menit.
5. Pasien dalam posisi duduk, kakai diletakkan diatas duk steril.
6. Dipasang tourniquet diatas pergelangan kaki.
7. Lakukan sterilisasi dengan antiseptic dan kapas alcohol area dorsum pedis.
7. Penyuntikan menggunakan wing needle yang sudah terhubung dengan spuit 5 cc berisi
salin, ukurannya sesuai dengan caliber vena yang diperiksan. Kemudian Dilakukan fiksasi
jarum dan kemudian dihubungkan dengan spuit 25 cc yang berisi kontras. Penyuntikan
dilakukan seiring dengan pengaturan posisi objek pemeriksaan
8. Pasien dibaringkan dalam posisi telentang diatas meja pemeriksaan sementara itu
meja pemeriksaan diposisikan 45 derajat semi erect. Tungkai kontra lateral berpijak diatas
balok kecil sehingga tungkai yang aakan diperiksa dalam posisi “menggantung”.
9. Pada tahap awal disuntikan sebanyak 50-60 cc untuk visualisasi vena daerah cruris dan
femur kemudian tahap kedua disuntikkan 10 cc untuk visualisasi vena iliaka. Penyuntikan
dilakukan dengan flow yang relative cepat untuk mengejar aliran kontras. Untuk visualisasi
vena daerah cruris dilakukan proyeksi foto cruris AP dan lateral sedangkan pada vena
femoralis cukup femur lateral dengan kolimasi diperlebar sehingga area pembuluh darah
tercakup.
10. Setelah femur dan cruris diambil gambar posisi sudut meja diturunkan menjadi 25
derajat sehingga posisi lebih landai. Kemudian kontras 10 cc disuntikkan, stuwing dibuka dan
diambil foto pelvis Ap untuk visualisasi vena iliaka sampai vena iliofemoralnya.
11. Setelah selesai kemudian dilakukan penyuntikan salin untuk membilas (flash), setelah
itu wing needle dicabut dak kemudian bekas injeksi ditutup dengan plester dengan
memperhatikan prinsip sterilitas.
12. Jangan lupa control fungsi-fungsi vital untuk mengawasi keadaan umum pasien, jika
tidak ada tanda-tanda yang membahasayakan pemeriksaan selesai.